Konten dari Pengguna

Hidup Bersahabat dengan Tempe Hasil Rekayasa Genetika

SRI SUYATMI
Guru IPA SMPS Maria Mediatrix Tangerang (2015-2022) Guru IPA di SMPN 5 Pasarkemis (2022-sekarang) Guru Penggerak Angkatan 9 Kabupaten Banten
27 Oktober 2024 11:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SRI SUYATMI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Produk olahan tempe goreng, dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Produk olahan tempe goreng, dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
Infosains, Tangerang, 27/10/2024. Adakah orang Indonesia yang belum pernah mengonsumsi tempe? Hampir semua dari kita pernah mencicipi tempe dalam berbagai olahan, seperti tempe goreng, tempe keripik, tempe orek, tempe mendoan, campuran gado-gado, sayur lodeh tempe, nugget tempe, sate tempe, dan masih banyak lagi. Menurut liputan VOA oleh Ariadne Budianto dkk pada 20/09/2024, tempe semakin populer di Amerika Serikat seiring meningkatnya konsumsi protein nabati dan ketertarikan pada kuliner asing. Selain kaya protein, masyarakat Amerika menyukai tekstur tempe yang padat dengan cita rasa kacang yang khas.
ADVERTISEMENT
Kandungan Gizi Tempe
Tempe mengandung enzim protease, lipase, dan amilase. Selain itu, kandungan gizi tempe meliputi lemak, protein, mineral, asam fitat, karbohidrat, oligosakarida, antioksidan isoflavon, vitamin B12 (biasanya ditemukan pada produk hewani), zat besi, magnesium, kalsium, dan probiotik.
Manfaat Tempe
Tempe memiliki manfaat untuk menghambat pembentukan sel kanker pembuluh darah. Selain itu, tempe berfungsi sebagai agen antibakteri dan dapat meningkatkan kesehatan tulang. Kandungan probiotik pada tempe membantu menjaga keseimbangan mikroflora usus, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan memperbaiki proses pencernaan.
Pembuatan Tempe
Tempe dibuat dari kacang kedelai (Glycine max) yang difermentasi dengan bantuan kapang Rhizopus oligosporus. Kacang kedelai tersedia dalam dua varietas, yaitu kedelai GMO dan non-GMO. GMO (Genetically Modified Organism) atau PRG (Produk Rekayasa Genetika) adalah organisme yang telah dimodifikasi secara genetik untuk memiliki sifat-sifat tertentu, seperti toleransi terhadap herbisida dan ketahanan terhadap kekeringan. Sementara itu, kedelai non-GMO diperoleh secara alami tanpa rekayasa genetik dan ditanam secara tradisional.
ADVERTISEMENT
Perbedaan Tempe GMO dan Non-GMO
Cara termudah untuk membedakan tempe GMO dan non-GMO adalah dengan mengidentifikasi bentuk dan warna biji kedelai. Kedelai GMO biasanya berbentuk lebih bulat dan berwarna cokelat terang, sedangkan kedelai non-GMO berbentuk agak lonjong dengan warna cokelat kekuningan. Meskipun kandungan nutrisi tempe GMO dan non-GMO tidak berbeda jauh, tempe non-GMO berbahan kedelai lokal memiliki kandungan protein lebih tinggi, yaitu 20,39%, dengan ukuran biji yang lebih besar dan warna biji yang lebih kuning dibandingkan dengan kedelai GMO.
Keamanan Konsumsi Tempe GMO
Pada kenyataannya, tempe yang diproduksi di Indonesia banyak menggunakan kedelai GMO impor dari Amerika. Beberapa orang mungkin merasa khawatir tentang keamanan tempe GMO. Penggunaan kedelai GMO dalam pembuatan tempe telah melalui serangkaian uji ketat. Pemerintah Indonesia mengatur keamanan pangan produk GMO melalui Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 2005. Selain itu, keamanan pangan produk GMO juga disertifikasi oleh Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta BPOM. FDA sebagai badan pengawas obat dan makanan di Amerika Serikat juga melakukan pengujian terkait potensi alergen, toksisitas, kandungan nutrisi, dan dampak lingkungan sebelum produk tersebut beredar di pasaran. Riset untuk mengembangkan kedelai GMO juga terus dilakukan oleh BRIN, seperti yang disampaikan oleh Puji Astuti selaku Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN dalam Berita BRIN tanggal 30/01/2024, yaitu bahwa melalui GMO atau PRG ini dimungkinkan untuk mengembangkan varietas tanaman dengan produktivitas tinggi yang tahan hama penyakit juga tahan perubahan iklim serta waktu tanam lebih pendek dibandingkan dengan cara tanam konvensional.
ADVERTISEMENT
Kontroversi Tempe GMO
Walaupun belum ada bukti risiko kesehatan yang timbul dari konsumsi tempe GMO, pengawasan dan penelitian jangka panjang tetap diperlukan untuk mencegah potensi dampak kesehatan di kemudian hari, seperti alergi, masalah pencernaan, dan efek lainnya yang belum diketahui. Kekhawatiran juga muncul bahwa kedelai GMO dapat menciptakan mutan baru yang mengganggu keseimbangan rantai makanan dan ekosistem. Hal ini dapat diatasi dengan kehati-hatian sebelum membudidayakan kedelai GMO secara massal.
Kesimpulan
Peningkatan populasi yang cepat, perubahan iklim ekstrem, dan kebutuhan pangan bergizi yang terus meningkat adalah alasan utama mengapa kita perlu bersahabat dengan produk hasil rekayasa genetika. Prinsip kehati-hatian memang penting, namun pengembangan bioteknologi untuk mencegah krisis pangan di masa depan juga perlu terus didorong.
ADVERTISEMENT