Konten dari Pengguna

Perpustakaan Bukan Gudang Buku tapi Gudang Ilmu

sri wahyu widiati
Pensiunan Pendidik
4 Mei 2023 10:31 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari sri wahyu widiati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kegiatan belajar di ruang perpustakaan
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan belajar di ruang perpustakaan
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 16 September 2020, kepala sekolah tempat saya mengajar dipindahtugaskan ke sekolah lain. Kurang lebih satu bulan kemudian, saya mendapat tugas baru yaitu mengelola perpustakaan. Pada awalnya saya menolak, karena dua alasan.
ADVERTISEMENT
Alasan pertama masalah usia. Kurang lebih dua tahun lagi saya akan pensiun. Kedua, pengalaman saya mengelola perpustakaan sebelumnya masih kurang apabila harus membenahi perpustakaan yang ada. Pada saat itu perpustakaannya seperti gudang buku dan tidak jarang menjadi tempat pelarian siswa yang malas belajar di kelas.
Sungguh tidak teratur. Pengunjung bebas keluar masuk tanpa ada pencatatan. Meminjam buku tidak jelas kapan harus mengembalikan. Petugas tidak bisa mengetahui apakah yang meminjam buku sudah mengembalikan atau belum.
Buku–bukunya belum diolah sebagaimana mestinya, tidak ada label buku, kantong buku, slip tanggal kembali. Pemberian stempel hanya ada stempel inventaris dan stempel kepemilikan. Stempel inventaris masih banyak yang kosong, tidak ditulisi apa pun.
Ilustrasi toko buku. Foto: Shutterstock
Belum lagi buku-buku tersebut belum ditata sesuai dengan nomor klasifikasinya. Buku yang tersedia kebanyakan masih merupakan buku paket mata pelajaran. Satu hal lagi yang membuat saya berpikir dua kali untuk menerima tugas tersebut adalah, banyak siswa yang menjadikan perpustakaan sebagai tempat menghindar dari pelajaran di kelas.
ADVERTISEMENT
Walaupun secara lisan saya menolak tugas itu, tetapi ketika ada surat tugas hitam di atas putih, saya tetap berusaha menjalankan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Pertama yang saya lakukan adalah menyamakan persepsi tentang perpustakaan sekolah dengan sesama pengelola.
Bahwa literasi itu penting dalam pembelajaran itu semua guru, semua warga sekolah tahu. Tetapi bagaimana mengelola perpustakaan sebagai pusat literasi, jantungnya pendidikan di sekolah itu dengan baik yang tidak semua orang tahu dan mau. Membutuhkan kemauan, keseriusan dan konsistensi dari pengelolanya dan semua pihak yang ada di sekolah.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia Bidang Perpustakaan dan Kepustakawanan, SNI 7329:2009, Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada pada satuan pendidikan formal di lingkungan pendidikan dasar dan menengah yang merupakan bagian integral dari kegiatan sekolah yang bersangkutan, dan merupakan pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan sekolah yang bersangkutan.
Ilustrasi membaca di toko buku. Foto: Shutterstock
SNI 7329:2009 inilah yang kami jadikan sebagai salah satu acuan untuk menyamakan persepsi pengelola perpustakaan pada saat itu. Bahwa perpustakaan sekolah itu harus bisa menjadi pusat sumber belajar yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan di sekolah, bukan gudang buku.
ADVERTISEMENT
Di samping SNI tersebut, acuan kami dalam penyamaan persepsi pengelolaan perpustakaan adalah juga Undang – Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Di bawah bimbingan kepala sekolah dan juga petugas dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah, perpustakaan sekolah kami mencoba berbenah diri.
Berusaha keras memberikan layanan kepada semua warga sekolah dan juga masyarakat sekitar dengan penuh kesungguhan, berusaha mengubah pandangan dari perpustakaan gudang buku menjadi perpustakaan gudang ilmu.
Ilustrasi buku. Foto: Shutter Stock
Langkah-langkah yang kami lakukan untuk mengubah pandangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Studi tiru
Dengan berbekal surat tugas dari kepala sekolah dan niat yang bulat kami pengelola perpustakaan, berkunjung dan menimba ilmu ke perpustakaan sekolah sederajat yang sudah terakreditasi.
2. Mengolah dan menata koleksi sesuai standar
ADVERTISEMENT
Sepulang dari studi tiru kami berusaha menginventarisir buku-buku yang ada. Mencatatnya dalam buku inventaris, memberi nomor inventaris, membubuhi stempel yang terdiri dari stempel kepemilikan, stempel inventaris dan stempel rahasia. Setelah itu mengentri ke dalam aplikasi inlislite.
Satu persatu buku yang ada dientri ke dalam aplikasi secara bersama-sama. Dengan semangat kebersamaan yang tinggi akhirnya pengentrian data buku ke dalam aplikasi inlislite selesai. Dilanjutkan dengan mencetak dan memasang label buku.
Belum berhenti sampai kegiatan tersebut, kami melanjutkan dengan memberi kantong buku lengkap dengan kartu buku dan slip tanggal kembali, baru kemudian menatanya di rak buku.
3. Menambah koleksi
Perlu diketahui bahwa koleksi perpustakaan itu tidak hanya berupa buku. Koleksi lainnya bisa berupa terbitan berkala seperti surat kabar, majalah, dan jurnal maupun buletin.Bisa juga berupa hasil karya warga sekolah, kaset, CD, DVD, globe, peta, foto-foto, koleksi digital, alat-alat permainan, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
4. Mengikuti Bimbingan Pengelolaan Perpustakaan sesuai standar nasional dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah
Kegiatan ini dilakukan dengan maksud agar kami bisa mengelola perpustakaan di sekolah kami sesuai dengan standar nasional pengelolaan perpustakaan, sehingga bisa memberikan layanan yang maksimal kepada pengunjung atau pemustaka.
5. Melengkapi sarana dan prasarana perpustakaan sekolah sesuai standar
Sarana dan prasarana yang memadai diperlukan di perpustakaan sekolah agar kebutuhan akan pelayanan yang maksimal bisa terpenuhi. Sarana dan prasarana menyangkut berbagai hal. Ada letak perpustakaan di sekolah, luas gedung perpustakaan, mebelair, akses internet, jumlah rak buku, pengamanan perpustakaan, fentilasi udara, pencahayaan dan juga kebersihan.
Untuk kebutuhan pemenuhan sarana prasarana ini terkait dengan anggaran sekolah. Pengelola perpustakaan tidak bisa memutuskan sendiri tentang pemenuhan sarana prasarana harus ada koordinasi dengan Kepala Sekolah dan tim manajemen.
ADVERTISEMENT
6. Melayani pemustaka atau pengunjung perpustakaan
Pengunjung perpustakaan atau pemustaka yang datang ke perpustakaan , bisa dipastikan membutuhkan sesuatu. Layanan perpustakaan yang biasa dilakukan adalah layanan sirkulasi, layanan peminjaman mandiri, layanan pengembalian mandiri, layanan referensi, layanan akses internet, layanan OPAC, layanan baca di tempat. Kecuali itu bisa ditambah layanan – layanan lainnya sesuai dengan karakteristik sekolah atau sarana dan prasarana yang ada.
7. Mengadakan bimbingan pemustaka
Bimbingan pemustaka atau sering disebut pendidikan yang diberikan kepada pemustaka terkait dengan layanan yang ada di perpustakaan dan pendidikan pemustaka lainnya yang diperlukan bagi para pemustaka.
Contoh bimbingan pemustaka yaitu bimbingan yang diberikan kepada peserta didik baru yang belum mengenal linkungan sekolah termasuk perpustakaan. Petugas perpustakaan memberikan bimbingan mengenai hal-hal apa saja yang harus dilakukan jika berkunjung ke perpustakaan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana cara meminjam dan mengembalikan buku. Peraturan yang berlaku di perpustakaan. Apa yang harus pemustaka lakukan jika akan mencari buku, dsb.
8. Mempromosikan perpustakaan sekolah
Kita perlu mempromosikan perpustakaan agar perpustakaan dikenal oleh semua warga sekolah khususnya dan masyarakat pada umumnya. Jangan sampai ada peserta didik yang tidak pernah berkunjung ke perpustakaan selama menjadi peserta didik sampai dengan lulus.
Tidak pernah memanfaatkan perpustakaan selama menjadi peserta didik. Promosi bisa dengan cara menyelenggarakan lomba-lomba, melalui media sosial, brosur, papan pengumuman, karnaval, membuat souvenir, poadcast, dll.
9. Mengadakan inovasi perpustakaan
Inovasi bisa dilakukan dalam berbagai hal. Bisa bentuk layanannya, tampilan sarana, dll. Contohnya dulu orang beranggapan bahwa di perpustakaan itu hanya ada kegiatan membaca buku saja, sehingga perpustakaan itu sepi, tidak boleh berisik.
ADVERTISEMENT
Kita ciptakan inovasi bahwa di perpustakaan, pemustaka boleh berdiskusi, membaca puisi, bermain musik, menyaksikan video, bermain catur, bahkan bisa membuat produk yang bisa bernilai ekonomi.
Ilustrasi buku puisi. Foto: Shutter Stock
Mengawali pengelolaan perpustakaan yang sesuai standar memang tidak mudah, tetapi tidak berarti tidak mungkin. Kuncinya harus tetap semangat, selalu jaga komunikasi dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait.
Bahwa perpustakaan sekolah itu bukan unit kerja yang berdiri sendiri melainkan merupakan bagian dari sekolah secara keseluruhan. Untuk itu mengelola perpustakaan sekolah harus melibatkan unsur lain yang ada di sekolah, dan harus mau terlibat dengan kegiatan sekolah selain perpustakaan. Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat. Salam literasi.