Konten dari Pengguna

Mitos dan Fakta : Apakah AI Menggantikan Peran Guru?

Sri Wahyuni
Mahasiswi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Agama Islam Universitas Pamulang
11 Desember 2024 12:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sri Wahyuni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi AI dan Guru Pendidikan: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi AI dan Guru Pendidikan: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan artifisial merupakan suatu pengembangan mesin yang mampu melakukan tugas-tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia, seperti pembelajaran (learning), penalaran (reasoning), maupun pemecahan masalah (problem solving).Teknologi ini memungkinkan mesin dapat membuat konten baru, baik konten itu berupa teks, gambar, musik, dan video, berdasarkan data yang telah dipelajari sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Teknologi AI generatif tidaklah muncul secara tiba-tiba, tetapi sudah mengalami perjalanan yang panjang. Pada 1950-an, seorang pakar matematika dari London, Alan Mathison Turing (1912 – 1954), mengusulkan suatu tes untuk menguji kecerdasan komputer dalam berkomunikasi secara langsung dengan manusia. Prosedur pengujian ini sering disebut dengan Turing Test. Kemudian sekitar 1966-an, Joseph Weizenbaum (1923 – 2008) berhasil membuat ELIZA, suatu program komputer yang menjadi awal manusia dapat berkomunikasi dengan komputer menggunakan bahasa alami (natural language).
Menurut saya, ada tantangan dari berkembangnya AI generatif ini, yaitu risiko plagiarisme atau menjiplak yang dilakukan para murid. Mereka mungkin saja tergoda untuk menggunakan AI dalam menyelesaikan tugas sekolah maupun kuliah tanpa diikuti dengan proses memahami materi tersebut. Selain itu, adanya AI generatif ini dapat mengurangi interaksi langsung antara guru dan murid, yang sebenarnya sangat penting dalam proses pendidikan.
ADVERTISEMENT
Di sinilah pentingnya peran guru. Meskipun AI dapat membantu meringankan tugas-tugas rutin para murid, tetapi guru tetaplah memiliki peran utama dalam proses pendidikan. Guru memiliki peran dalam membimbing, memberikan motivasi, dan mampu memahami setiap murid baik secara emosional maupun intelektual. AI hanyalah alat pendukung saja, sementara guru adalah sumber utama pendidikan yang tidak akan tergantikan.
Hubungan kemanusiaan guru dan murid tidak akan dapat digantikan oleh teknologi AI. Dari sisi guru dan murid, penting rasanya memiliki satu persepsi yang sama tentang teknologi AI, khususnya AI generatif. Bahwa teknologi ini hanyalah alat pendukung, bukan alat pengganti. Sumber utama ilmu pengetahuan tetap ada pada guru disertai dengan buku-buku yang kredibel dan juga disertai dengan diskusi-diskusi bersama dengan para kolega atau teman sesama murid.
ADVERTISEMENT
Teknologi AI dapat membantu proses belajar, tetapi janganlah dijadikan satu-satunya sumber pengetahuan. Pada akhirnya, AI generatif memberikan peluang besar dalam dunia pendidikan, namun tidak seharusnya menggantikan posisi guru sebagai insan utama dalam proses pendidikan. Pendidikan yang berkualitas dan autentik masih sangat membutuhkan interaksi langsung antara guru dan murid.
Interaksi langsung dengan guru sangatlah bermanfaat bagi murid, mereka akan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam, dapat bertanya secara langsung terkait suatu masalah, dan para murid mendapatkan umpan balik yang sangat bernilai.
Dengan memanfaatkan teknologi dan tetap menghargai peran guru, nantinya murid bisa mendapatkan pengalaman belajar yang seimbang dan holistik. Guru tidak hanya mendidik pikiran, tetapi juga membentuk karakter dan akhlak, sehingga para siswa diharapkan untuk terus menjadikan guru sebagai panutan dalam perjalanan ilmu pengetahuan mereka.
ADVERTISEMENT
Sri Wahyuni,Mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam Universitas Pamulang