Konten dari Pengguna

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga : Sebuah Solusi?

Sri Budiarti
Sarjana Biologi UGM, Bekerja di RS Paru Respira Yogyakarta
2 Agustus 2020 7:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sri Budiarti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pengurangan sampah dari skala rumah tangga dengan pengomposan. Foto : Unlockfood.ca
zoom-in-whitePerbesar
Pengurangan sampah dari skala rumah tangga dengan pengomposan. Foto : Unlockfood.ca
ADVERTISEMENT
Apa yang ada di benak kita ketika mendengar kata “sampah”? Kita akan langsung mengidentikkan dengan setumpuk benda kotor, bau, dan menjijikkan. Tidak hanya sampai di situ, imajinasi kita akan berlanjut pada segudang permasalahan, mulai dari kebiasaan masyarakat yang masih sembarangan membuang sampah, belum efektifnya pengelolaan sampah oleh pemerintah, semakin meningkatnya produksi sampah setiap tahunnya, serta konflik sosial dan lingkungan yang muncul.
ADVERTISEMENT
Data dari Kementerian LHK, menunjukkan tahun 2019 jumlah sampah di Indonesia mencapai sekitar 66-67 juta ton. Ini lebih banyak dari rata-rata jumlah sampah per tahun yang mencapai 64 juta ton.  

Meningkatnya Sampah Tiap Tahun dan Keterbatasan Cakupan Pelayanan Sampah

Dari angka ini, jumlah sampah rumah tangga yang mendominasi. Sebagaimana tercatat pada Sistem Informasi Data Sampah Nasional, sampah rumah tangga menempati jumlah 63,95%. Sedangkan  sumber sampah terbesar adalah sisa makanan sebesar 46,75%. Ini berarti jumlah terbanyak adalah sampah organik yang bersifat mudah busuk apabila pengelolaannya tidak tepat.
Operasional pengelolaan sampah, secara teknis dimulai dari pewadahan sampah, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pemilahan, kemudian dilanjutkan dengan pembuangan akhir di TPA.  Sebagaimana tercantum di dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, bahwa pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. 
ADVERTISEMENT
Dalam pelaksanaannya, rantai panjang pengelolaan sampah ini banyak mengalami kendala dan permasalahan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan pemerintah, masih rendahnya partisipasi swasta dan masyarakat, serta meningkatnya jumlah dan jenis sampah setiap tahunnya.
Keterbatasan sumber daya yang dimiliki pemerintah menyebabkan cakupan pelayanan pengelolaan sampah masih rendah. Sampah juga tidak dipilah atau diproses terlebih dahulu ketika diangkut dari TPS ke TPA. Akibatnya sampah bercampur antara sampah organik, anorganik, dan limbah B3. Sampah yang bercampur dalam jumlah banyak ini mengakibatkan beban TPA menjadi sangat berat. Dampaknya yang dapat ditimbulkan selain pencemaran lingkungan, juga meningkatnya biaya operasional, dan munculnya potensi konflik sosial. 
Sedangkan keterlibatan pihak swasta masih terbatas pada daur ulang sampah anorganik, seperti plastik, kertas, kaca dan logam. Di sisi lain, jumlah sampah organik lah yang mendominasi total sampah yang dihasilkan setiap tahunnya. 
ADVERTISEMENT

Pengurangan Sampah Paling Efektif Dimulai dari Skala Rumah Tangga

Menurut pandangan saya, pengurangan sampah paling efektif dimulai dari sumber penghasil sampah terbesar, yaitu rumah tangga (reduce at source). Sayangnya, produksi sampah individu meningkat dari tahun ke tahun akibat meningkatnya jumlah penduduk dan taraf hidup masyarakat. Meningkatnya perekonomian cenderung diikuti dengan meningkatkan kegiatan dan gaya hidup, yang berarti penambahan sampah yang dihasilkan. 
Mengapa pengurangan sampah paling efektif dilakukan dari skala rumah tangga? Karena kitalah yang paling tahu, berapa banyak jumlah dan jenis sampah yang kita hasilkan setiap harinya, setiap minggu dan bulan. Kitalah yang tahu berapa banyak sisa makanan, sayuran, buah dan bahan organik yang kita hasilkan. Begitu pula dengan jenis dan jumlah sampah anorganik seperti plastik, kaleng, kertas dan lainnya. 
ADVERTISEMENT
Dari sini sampah organik dipilah dari sampah anorganik. Sampah organik dapat diolah menjadi kompos dengan alat dan proses yang sederhana. Sayangnya kegiatan ini belum banyak dilakukan. 
Pengolahan sampah dengan pengomposan sangat efektif dilakukan mulai dari sini. Tetapi tentu berbeda perlakuannya bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan dan perkotaan.
Untuk masyarakat yang berada di wilayah pedesaan, penyediaan lahan untuk proses pengomposan sampah tidak menjadi masalah. Bayangkan jika kegiatan ini dilakukan di setiap rumah. Berapa banyak kompos yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian guna mengurangi ketergantungan petani pada pupuk anorganik. 
Efisiensi yang luar biasa bukan? Belum lagi dampak lingkungan yang akan didapatkan karena pengurangan penggunaan pupuk anorganik dalam skala besar. Apalagi trend yang terjadi beberapa tahun ini, masyarakat lebih menyukai hasil pertanian yang dipupuk dengan pupuk organik. 
ADVERTISEMENT
Untuk masyarakat di perkotaan, pengomposan harus dilakukan secara hati-hati terutama untuk permukiman yang sangat padat. Lahan tentu menjadi kendala. 
Untuk itu perlu dilakukan inovasi, misalnya pengomposan dilakukan secara komunal. Atau bila dilakukan dalam skala rumah tangga maka dilakukan dengan menggunakan tempat/wadah yang disesuaikan dengan lahan yang terbatas. 
Kompos yang dihasilkan dapat dimanfaatkan bersama-sama untuk dijual atau “menghijaukan” permukiman. Yaitu dengan memanfaatkan kompos untuk menanam tanaman hias. Dampak ikutannya, permukiman menjadi lebih asri, disamping ada tambahan suplai oksigen.
Manfaat lain lain dari kompos adalah sebagai media tanaman sayuran dan buah-buahan di lingkungan permukiman. Tentu hal ini dapat meningkatkan gizi keluarga disamping  menghemat belanja rumah tangga. 
Dari sisi kesehatan karena rumah menjadi lebih bersih, tidak ada lagi penumpukan sampah yang menimbulkan bau dan sumber penyakit. 
ADVERTISEMENT
Dari sisi estetika, lingkungan permukiman juga menjadi lebih indah dengan banyaknya tanaman yang dipelihara. Suplai oksigen tentu menjadi nilai lebih dari lingkungan yang asri.

Pelibatan Lembaga Masyarakat Setempat dalam Program Pengurangan Sampah

Di daerah, pembinaan pemilahan dan pengelolaan sampah skala rumah tangga menjadi kewenangan instansi yang mengelola lingkungan hidup. Program ini telah lama dilakukan tetapi hasilnya masih jauh dari harapan. 
Ada banyak sebab, antara lain faktor pendampingan yang kurang. Program kegiatan biasanya hanya berlangsung 1 tahun kemudian selesai dengan berakhirnya tahun anggaran. 
Tahun berikutnya tidak dilakukan pendampingan. Tidak juga dilakukan monitoring terhadap pelaksanaan lanjutan di masyarakat, tidak juga evaluasi terhadap permasalahan dan kendala yang ada. 
Perilaku masyarakat kita yang greget melakukan kegiatan di awal, tetapi karena kurang motivasi, gampang merasa bosan dan tidak melihat adanya manfaat secara cepat, maka kegiatan perlahan terhenti. Akibatnya sebagian besar program mandeg.  
ADVERTISEMENT
Seringkali instansi kurang melihat potensi yang ada di masyarakat untuk mendorong suksesnya program kegiatan ini. Lembaga yang sudah ada di masyarakat kurang dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan, misalnya organisasi PKK. 
PKK sangat familiar di masyarakat. Pengurus PKK sudah terbentuk bahkan sampai tingkat RT. Seperti kita tahu PKK memiliki 10 program, yang pada program ke 9 adalah Kelestarian Lingkungan. Jadi cukup beralasan untuk melibatkan mereka bukan?
Dengan melibatkan PKK, maka kegiatan pemilahan dan pengelolaan sampah skala rumah tangga maupun komunal dapat lebih efektif dilakukan. Pengurus PKK tingkat RT dapat dilibatkan mulai dari pelatihan pemilahan sampah dan pembuatan kompos, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan di lapangan. Juga pendampingan lanjutan ketika instansi sudah selesai melaksanakan kegiatan pada akhir tahun anggaran. 
ADVERTISEMENT
Pengurus PKK tingkat RT juga dapat menjadi tempat pemecahan masalah ketika ada kendala maupun permasalahan di lapangan karena paling dekat. Dekat lokasinya, juga hubungan sosialnya karena mereka adalah tetangga sendiri. 
Pengurus PKK juga dapat memberikan motivasi kepada masyarakat bila diperlukan, agar kegiatan dilaksanakan secara berkelanjutan. Dan manfaat ganda dari pengelolaan sampah baik dari sisi kesehatan, estetika, ekonomi dan kelestarian lingkungan dapat terus dirasakan oleh masyarakat itu sendiri.