Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pelajaran Pasca-Event MotoGP di Mandalika
Penulis untuk topik mengenai kepemimpinan. Sila kontak [email protected]
21 Maret 2022 17:36 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Sridewanto Pinuji tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari-hari ini saya teringat pada Lalu Darmani. Dia adalah seorang sopir ojek online, tetapi mobilnya bisa pula disewa untuk menjelajahi Lombok.
ADVERTISEMENT
Awal mula berkenalan adalah ketika saya mendapatkan tugas ke Lombok beberapa tahun lalu. Dari penginapan menuju ke kantor tempat kegiatan, saya pun membutuhkan transportasi dan pilihan jatuh pada salah satu aplikasi ojek online. Karena rombongan terdiri dari tiga orang, maka kami pun memilih jenis mobil.
Cukup lama kami menunggu karena mungkin armada taksi online di Lombok saat itu masih sedikit. Setelah beberapa saat menunggu, Lalu Darmani kemudian datang dengan mobil minibus warna putihnya.
Singkat cerita kami diantar ke kantor yang menjadi tujuan. Sebelum turun, Pak Lalu menawarkan diri untuk menunggu kami. Benar saja, setelah kegiatan selesai, mobilnya masih terparkir rapi di depan kantor dan kami tinggal menyambangi saja. Setelah itu, hari-hari kami di Lombok ditemani Pak Lalu ke mana pun kami akan pergi.
ADVERTISEMENT
Lama kemudian saya tak ke Lombok, hingga gempa di tahun 2018 mengguncang pulau cantik itu. Kembali saya pun bertugas ke pulau ini. Di masa awal penugasan, saya kembali mengontak Pak Lalu untuk mengantar ke mana saja.
Saat itu Pak Lalu bercerita kalau dia dan keluarga harus mengungsi di sebuah makam tionghoa, karena khawatir tinggal di rumah ketika sesekali goncangan gempa masih terasa. Meskipun serba prihatin, dia tetap berdedikasi mengantar kemanapun kami ingin pergi di Pulau Lombok.
Salah satu tujuan kami adalah wilayah Pantai Kuta Mandalika. Lokasi ini masih sepi, selain mungkin karena bencana, juga fasilitas yang ada pun serba terbatas. Seingat saya, ada satu wilayah yang terlihat keren, tetapi kita tidak bisa masuk, karena milik sebuah hotel mewah.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, kembali Lombok dan Pak Lalu yang menggantungkan diri dari kedatangan para turis mengalami cobaan. Pandemi Covid-19 yang terjadi tentu mengurangi jumlah wisatawan yang datang ke Lombok. Artinya tentu saja akan berdampak pula pada pendapatan Pak Lalu.
Hingga di tahun 2022, setelah dua tahun pandemi, Lombok kembali menggeliat ketika ada gelaran MotoGP di Mandalika, Lombok. Hasil penelitian Litbang Kompas menyebutkan, bahwa rata-rata seorang pengunjung menghabiskan 12 juta rupiah untuk berbagai keperluan dari transportasi, akomodasi, makan, minum, hingga berbelanja berbagai bingkisan atau kerajinan selama gelaran berlangsung.
Kini MotoGP sudah selesai digelar di Lombok. Lantas apa saja pelajaran yang bisa kita petik dari gelaran akbar tingkat dunia yang penuh drama kemarin itu?
ADVERTISEMENT
Kerja Sama
Menyelenggarakan kegiatan sebesar MotoGP bukanlah perkara yang mudah. Banyak sekali pihak yang terlibat. Belum lagi berbagai persoalan yang terjadi menjelang pelaksanaan balapan.
Sejak Februari ketika tes pra musim diselenggarakan, aspal di sirkuit Pertamina Mandalika menjadi sorotan berbagai pihak, seperti Dorna dan FIM. Aspal yang mengelupas dan debu yang mengambang di udara karena proses pembangunan sirkuit masih berjalan menjadi catatan.
Upaya perbaikan pun digelar dengan sangat singkat. Lintasan balap diaspal ulang dengan melibatkan Campbell Waddell dan David Woodward dua orang yang sangat ahli di bidang pengaspalan berbagai sirkuit di seluruh dunia.
Setelah urusan aspal selesai, berbagai detail kecil pun tak boleh dilupakan. Tim Medis harus sangat mumpuni, karena mereka akan bertanggung jawab manakala balapan berlangsung dan terjadi kecelakaan pada pembalap. Mereka harus menguasai prosedur standar kegiatan (SOP) mulai dari melakukan evakuasi hingga mencapai fasilitas kesehatan yang telah ditentukan. Di sini kesalahan kecil seperti ambulance tidak bisa di-starter atau kehabisan bahan bakar tidak boleh terjadi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, jejaring komunikasi dan visual yang tersebar di seluruh sirkuit pun tak boleh diremehkan. Jaringan komunikasi ini menjadi penentu apakah balapan bisa berjalan atau tidak, karena berbagai peristiwa di sepanjang lintasan harus senantiasa dilaporkan ke Race Director yang memantau dari ruang kontrolnya.
Selain laporan melalui suara, secara visual pun berbagai kejadian di lapangan bisa dipantau melalui jaringan kamera pengawas yang dipasang di seluruh lokasi sirkuit. Tak kurang 40 kamera pengawas canggih yang memantau terus menerus lintasan dari garis Start hingga Finish. Semua ini tentu saja memerlukan kerja sama dan koordinasi yang baik di antara berbagai pihak yang terlibat dalam gelaran. Tanpa kerja sama itu, maka kegagalan menyelenggarakan balapan pun bisa saja terjadi.
ADVERTISEMENT
Selain di dalam sirkuit, kerja sama pun perlu dilakukan di luarnya. Hal ini berkaitan dengan sponsor, pemasaran, pemberitaan, dan lainnya. Tanpa dukungan dari luar ini, MotoGP di Mandalika tidak akan terlaksana. Tercatat 15 perusahaan berkomitmen menjadi sponsor gelaran MotoGP di Mandalika ini. Di antaranya adalah PT Pertamina (Persero) untuk track naming right serta PT Telkom Indonesia, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., PT Bank Mandiri (Persero), Tbk., PT PGN Tbk. sebagai venue partner, PT GoTo Gojek Tokopedia, dan PT PP (Persero) sebagai main sponsor, serta Aprillia Indonesia, Astra Honda Motor, J&T Express, PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk., TDR High Performance Technology, RCB (Racing Boy) dan KYT Helmet sebagai supporting sponsor.
ADVERTISEMENT
Dengan kerja sama yang apik di dalam dan luar sirkuit tersebut, maka gelaran MotoGP dapat diselenggarakan dengan sukses. Presiden Jokowi pun mengapresiasi hal ini dengan mengucapkan terima kasih kepada warga NTB yang telat mendukung penuh jalannya kegiatan. Namun, di sisi lain, kita—para penggemar balapan kuda besi—juga selayaknya berterima kasih kepada Presiden Jokowi, karena mimpi ‘gila’-nya itu, maka kita bisa menyaksikan MotoGP di negeri sendiri.
Selanjutnya, kita pun perlu berterima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam gelaran perdana di Kuta Mandalika ini. Karena kerja sama mereka yang terlibat tersebut terjalin dengan baik, maka kita tetap bisa bekerja seperti biasa dan kemudian datang langsung atau menyaksikan gelaran melalui layar kaca dengan nyaman. Presiden Jokowi bahkan bisa camping dan merenung di tengah hutan, karena beliau percaya urusan aspal dan balapan sudah ditangani dengan baik.
Kebanggan Bangsa dan Kearifan Lokal
Kini gelaran telah selesai, menyisakan kebanggan yang tak bisa disampaikan dengan kata-kata setelah kita merindukan kelas utama balapan motor dunia itu selama 25 tahun. Kita bangga, karena para pembalap terlihat antusias selama gelaran berlangsung. Kita patut bangga, karena untuk satu akhir pekan yang istimewa itu, maka pandangan jutaan orang di dunia diarahkan ke satu sudut cantik di negeri ini.
ADVERTISEMENT
Saya teringat ketika para pembalap antusias memasuki gerbang Istana Merdeka di Jakarta dan beramah-tamah dengan Presiden Jokowi. Kendati Presiden terlihat gembira menyambut mereka, tampaknya beliau cukup kecewa juga karena batal mengaspal bersama pembalap melintasi sebagian jalanan Jakarta. Namun, saya yakin Presiden bahagia tak terkira dan bangga luar biasa ketika menyerahkan piala kepada para juara MotoGP di podium sirkuit Mandalika kemarin.
Saya juga teringat dengan satu orang pembalap yang akhirnya batal tampil di balapan sebenarnya. Ya, Marc Marquez yang juga menjadi jagoan presiden malah terjatuh di sesi pemanasan dan tidak bisa mengikuti balapan. Marc konon mengalami gegar otak dan harus diterbangkan ke Barcelona untuk mendapatkan perawatan yang lebih serius.
Padahal kehadiran Marc sungguh menyita perhatian sejak di istana negara di Jakarta, Marc yang paling sering diajak selfie oleh orang-orang di beranda istana dan pembalap lain hanya melihat sambil tersenyum kecut. Marc pula yang menimbulkan viralnya goyang dangdut, padahal video Marc bergoyang itu sudah terjadi beberapa tahun lalu. Kini, ada pula meme viral yang menunjukkan Marc yang sedang diurut tangannya. Baik goyang dangdut dan urut tersebut kini menjadi viral karena disandingkan dengan Marc.
ADVERTISEMENT
Kemudian, kearifan lokal lain yang juga menyita perhatian adalah aksi dari Rara Istiani Wulandari, seorang pawang hujan yang aksinya dipercaya mampu meredakan hujan di Mandalika. Akun MotoGP dan berbagai media asing pun memuji aksi tersebut dan berterima kasih karena memungkinkan balapan tetap bisa berlangsung. Kendati di negeri sendiri aksi tersebut seperti biasa justru menimbulkan perdebatan, tetapi kita patut berbangga karena kearifan local tersebut dilihat dan diapresiasi oleh dunia.
Setelah Gempita di Mandalika Usai
Pelajaran kerja sama, kebanggaan, dan kearifan lokal saya kira sangat bermanfaat pasca gelaran MotoGP ini.
Setelah gempita di Mandalika usai, kita kembali ke rutinitas sehari-hari. Saya misalnya kembali bekerja dari rumah. Kegiatan saya banyak berupa rapat, berkomunikasi melalui surat elektronik, dan membuat tulisan atau laporan. Sementara itu, anak-anak saya kembali harus bersekolah daring.
ADVERTISEMENT
Kondisi itu memerlukan kerja sama yang bagus antara kami orang tua yang bekerja dengan anak-anak yang bersekolah dan juga dengan pihak sekolah. Namun, yang lebih penting kami harus bekerja sama dengan penyedia jaringan internet.
Tak seperti ketika saya tinggal di Jakarta yang banyak pilihan penyedia layanan internet. Saat ini, ketika tinggal di Magelang hanya IndiHome yang mendukung semua aktivitas pekerjaan saya dan juga sekolah anak-anak. Kami memerlukan Wifi Cepat dan Internet Stabil untuk berbagai keperluan yang syukurlah bisa difasilitasi oleh IndiHome.
Saya dengar kemarin di Kuta Mandalika juga banyak program yang diselenggarakan IndiHome untuk para pelanggannya, seperti Tiket Gratis Nonton MotoGP, dan Special Reward Pelanggan HVC (High Value Customer). Andai saya di Mandalika, tentu ingin juga memanfaatkan program-program tersebut dan nonton gratis.
ADVERTISEMENT
Gelaran MotoGP ini memang yang pertama di Kuta Mandalika. Kemudian kita masih memiliki 9 kali lagi sesuai kontrak 10 tahun yang dimiliki Indonesia. Karena itu, kebanggan luar biasa di gelaran pertama ini tak boleh melenakan kita. Keluhan, saran, dan masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan penyelenggaraan MotoGP di tahun-tahun berikutnya harus didengarkan demi perbaikan kegiatan di masa depan.
Selanjutnya berkaitan dengan kearifan lokal, kita perlu terus menggalinya untuk mengatasi berbagai persoalan bangsa. Siapa tahu ada kearifan lokal untuk mengatasi permasalahan minyak goreng dan pandemi yang sama-sama kita alami saat ini. Mungkin, sudah saatnya kita mengakui, menghargai, dan mengapresiasi berbagai kearifan lokal itu ketimbang sibuk memperdebatkannya tanpa solusi berarti.
Kembali bayangan Lalu Darmani itu hinggap di benak saya. Saya bayangkan dia sekarang masih sibuk mengantar pengunjung dan penonton MotoGP ke berbagai lokasi di Lombok. Senyum lebarnya tentu akan terkembang di balik masker sambil membantu mengambil gambar para pengunjung yang siap berpose. Semoga sehat selalu, Pak Lalu, jangan lupa juga protokol kesehatan, karena ancaman pandemi belum berakhir.
ADVERTISEMENT