Konten dari Pengguna

Agama-Agama Humanis: Pemujaan terhadap Manusia

SRIKANDI RAHMATILLAH HIDAYAT
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
11 Juni 2024 8:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SRIKANDI RAHMATILLAH HIDAYAT tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: https://www.canva.com/
zoom-in-whitePerbesar
sumber: https://www.canva.com/
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa abad terakhir, kita telah menyaksikan pertumbuhan sekularisme yang signifikan, di mana nilai-nilai agama semakin terpinggirkan. Namun, apakah kita benar-benar kehilangan nilai-nilai religiusitas? Jika kita mempertimbangkan agama-agama teis, mungkin itu benar. Tetapi jika kita melihat pada agama-agama hukum alam, modernitas sebenarnya telah menjadi periode kebangkitan religius yang intens.
ADVERTISEMENT
Abad modern menyaksikan lahirnya berbagai agama baru, seperti liberalisme, komunisme, kapitalisme, nasionalisme, dan nazisme. Meskipun mereka mungkin enggan disebut sebagai agama dan lebih cenderung disebut sebagai ideologi, secara substansial, mereka memiliki semua elemen yang biasanya kita temukan dalam agama.
Sebagai contoh, komunisme Soviet bisa dianggap sebagai agama alternatif. Meskipun tidak percaya pada Tuhan, komunisme memiliki struktur keyakinan, kitab suci, martir, perang suci, dan ritual-ritual seperti agama-agama lainnya. Kredonya, seperti yang terdapat dalam Das Kapital karya Marx, memberikan pandangan tentang masa depan yang dipenuhi dengan keadilan bagi kaum proletar.
Agama-agama humanis, di sisi lain, tidak berkiblat pada dewa-dewa, tetapi pada manusia itu sendiri. Humanisme liberal, sebagai salah satu sekte humanis yang dominan, menganggap kemanusiaan sebagai kualitas yang sakral, yang menentukan makna segala yang ada di dunia. Mereka menempatkan kebebasan individu sebagai nilai tertinggi dan memandang suara hati manusia sebagai panduan etis.
ADVERTISEMENT
Namun, humanisme sosialis memiliki pandangan yang berbeda, menganggap kemanusiaan sebagai kualitas kolektif yang melekat pada spesies manusia secara keseluruhan. Mereka menekankan kesetaraan sebagai nilai yang mendasar, menentang segala bentuk ketidaksetaraan yang mereka pandang sebagai penistaan terhadap kesucian kemanusiaan.
Ada juga humanisme evolusioner, yang mencapai puncaknya pada masa Nazi. Mereka mengadopsi pandangan bahwa manusia bisa berevolusi menjadi ras yang lebih tinggi atau turun derajat menjadi submanusia. Pandangan ini, meskipun diabaikan oleh ilmu pengetahuan modern, mencerminkan bagaimana interpretasi evolusi bisa digunakan untuk mendukung ideologi tertentu.
Meskipun pandangan-pandangan ini bervariasi, semuanya berakar pada keyakinan monoteis tradisional, seperti dalam humanisme liberal yang menarik inspirasi dari keyakinan Kristen tentang kebebasan jiwa individu. Namun, dengan kemajuan ilmu pengetahuan tentang biologi manusia, pertanyaan mendasar tentang sifat kemanusiaan semakin terbuka.
ADVERTISEMENT
Sebuah pertanyaan yang muncul adalah bagaimana kita menyesuaikan keyakinan tentang kebebasan manusia dengan penemuan ilmiah tentang determinisme biologis. Bagaimana kita bisa mempertahankan pandangan bahwa setiap individu memiliki nilai yang tak tergantikan sementara ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh faktor-faktor biologis yang lebih besar dari diri kita sendiri
Kesimpulannya, dalam era modern, meskipun terjadi peningkatan sekularisme yang signifikan, gagasan-gagasan religiusitas tidak sepenuhnya hilang. Sebaliknya, munculnya berbagai ideologi baru telah membawa elemen-elemen religiusitas ke dalam domain politik dan sosial. Dari komunisme hingga humanisme, agama-agama baru ini menyediakan kerangka nilai dan keyakinan yang serupa dengan agama-agama tradisional, meskipun dalam konteks yang berbeda. Namun, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan pertanyaan-pertanyaan baru tentang sifat manusia, tantangan yang dihadapi oleh agama-agama humanis semakin kompleks.
ADVERTISEMENT
Artikel ini menggali pertanyaan-pertanyaan yang mendalam tentang agama-agama humanis dan tantangan-tantangan yang mereka hadapi dalam menghadapi temuan-temuan ilmiah terbaru.
Referensi :
Harari, Y. N. (2014). Sapiens: A Brief History of Humankind. Signal Books.