Owakudani, si Tangkuban Perahu versi Jepang

Sri Surati
Microbiology and Molecular Biology Division, National Quality Control Laboratory of Drug and Food, Indonesian Food and Drug Authority. ASNation. The University of Indonesia. Osaka University.
Konten dari Pengguna
1 Juni 2022 14:06 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sri Surati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana Owakudani saat berkabut
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Owakudani saat berkabut
ADVERTISEMENT
Siapa yg tidak kenal dengan Tangkuban Perahu? Salah satu objek wisata terkenal di Bandung, Jawa Barat yang selalu menjadi langganan wisatawan jika hari libur tiba. Tangkuban Perahu telah menjadi salah satu ikon yang identik dengan bumi Parahiyangan dengan latar belakang legenda Sangkuriangnya yang telah dikenal masyarakat luas. Berada pada ketinggian sekitar 2.084 m, wisatawan akan disuguhi pemandangan yang luar biasa mempesona. Kawah-kawah berwarna kekuningan dengan kepulan asap yang berhembus keluar dan sedikit aroma belerang menjadi ciri khas tempat wisata ini.
ADVERTISEMENT
Pemandangan khas tersebut ternyata juga dapat dijumpai di Jepang. Berlokasi di area Gunung Hakone yang terletak di Perfektur Kanagawa, Owakudani mengingatkan saya akan Tangkuban Perahu. Walaupun berada di ketinggian yang lebih rendah, kami dapat melihat kepulan asap berbau belerang yang menyembul dari setiap kawahnya. Baik Tangkuban Perahu dan Owakudani memang berasal dari letusan gunung berapi yang membentuk lembah vulkanik dengan lubang-lubang belerang dan mata air panas. Keduanya pun dilaporkan masih aktif hingga sekarang.
Jika mengunjungi Tokyo, maka sempatkanlah untuk mampir ke Hakone karena dapat ditempuh hanya dengan dua jam berkendara menggunakan kereta lokal maupun bus dari Tokyo. Namun, jika menginginkan perjalanan yang lebih cepat, shinkansen merupakan pilihan yang tepat.
Sesampainya di stasiun Hakone, perjalanan ke tempat menarik ini dapat dicapai menggunakan kereta yang dilanjutkan dengan Cable Car, yakni kereta yang didesain agar mampu menanjak gunung. Relnya tampak seperti rel kereta pada umumnya, namun pada bagian tengah rel dapat dijumpai alat yang kami duga dapat membantu kereta untuk menanjak. Bentuknya mirip katrol kecil yang diselipkan di tengah-tengah rel. Kemiringan jalur kereta ini ketika menanjak cukup membuat jantung berdegup kencang, apalagi jika berada di gerbong paling belakang sembari mengamati rel ketika keretanya berjalan.
ADVERTISEMENT
Sesampainya di stasiun paling ujung, jangan lupa untuk meneruskan perjalanan menggunakan Ropeway yang melintas di atas kawah belerang. Ropeway akan berhenti di stasiun Owakudani.
Sempatkanlah untuk mengobservasi keindahan Owakudani sebelum menuju Togendai. Jika cuaca cerah, eksplorasi dapat dilakukan dengan menyewa teropong berbayar yang disediakan di stasiun Owakudani. Hanya dengan 100 yen, kita dapat mengamati berbagai pemandangan menarik melalui teropong tersebut.
Jika cuaca cerah, Gunung Fuji akan terlihat jelas dari area Owakudani ini. Namun, beberapa wisatawan juga terlihat sengaja mengunjungi tempat ini saat hujan, termasuk saya. Berjalan dengan dikelilingi kabut saat hujan memiliki sensasi tersendiri.
Seperti yang pernah saya alami, lingkungan berkabut dengan jarak pandang terbatas terasa sangat misterius. Tak perlu cemas, karena ketika hujan reda, kabut pun akan segera naik dan pemandangan sekitar akan dapat terlihat kembali.
ADVERTISEMENT
Selain berjalan-jalan menikmati pemandangan, beristirahat sejenak sambil mempelajari sejarah wilayah Hakone di Museum Sains Owakudani dapat menjadi pilihan menarik. Tak hanya mengenal sejarah tempat tersebut, di museum ini wisatawan dapat melihat simulasi letusan Gunung Kamiyama lengkap seperti aslinya dalam bentuk miniatur.
Setelah lelah mengeksplor banyak hal di Owakudani, tak lengkap rasanya jika tidak membeli beberapa buah tangan yang hanya dapat ditemui disini. Jika di Tangkuban Perahu oleh-oleh dijajakan dengan cara yang akrab yakni penjaja umumnya berjalan bersama wisatawan sambil mengajak ngobrol dengan ciri khas ramah tamah bangsa Indonesia, lain halnya dengan Owakudani. Outlet oleh-oleh dapat dijumpai berdiri cukup megah dengan berbagai jajanan dan souvenir khasnya. Pramusaji pun tak kalah ramah dan keterbatasan bahasa tak mengurangi semangat mereka untuk memberikan penjelasan sebaik mungkin jika ditanyai beberapa informasi dari wisatawan.
ADVERTISEMENT
Jika berkesempatan mengunjungi Owakudani, jangan lupa untuk mencicipi telur hitam sebagai oleh-oleh khasnya. Belerang dalam air panaslah yang mengakibatkan kulit telur menjadi hitam. Tak usah khawatir, mereka bilang telurnya tetap aman untuk dimakan. Mitos yang berkembang menyebutkan bahwa memakan satu telur dapat memperpanjang umurmu selama tujuh tahun bagi mereka yang mempercayainya.
Jika telah menginjakkan kaki di Owakudani, sebaiknya lanjutkan perjalanan dengan mengunjungi danau Ashinoko di Togendai yang letaknya tidak terlalu jauh. Dari Owakudani, wisatawan dapat menggunakan bus jika ingin menikmati sensasi perjalanan berkelok pegunungan atau Ropeway jika ingin menikmati sensasi melintasi kawah belerang dan danau.
Menggunakan Ropeway dengan jalur Owakudani-Togendai menjadi pilihan kami karena terasa lebih nyaman jika bepergian bersama anak-anak. Di Togendai, mengeksplorasi keindahan danau Ashinoko menggunakan kapal bajak laut wajib dilakukan.
Penampakan kapal bajak laut untuk eksplorasi danau Ashinoko
Dari Togendai, bus merupakan transportasi yang tepat untuk kembali ke Hakone jika menginginkan perjalanan satu arah. Karena perjalanan kembali menuju Hakone menggunakan rute yang sama dengan keberangkatan akan memakan waktu yang lebih lama. Kami memulai perjalanan pukul sembilan dari stasiun Hakone dan tiba kembali di Hakone pada pukul enam sore.
ADVERTISEMENT
Mengunjungi Owakudani dapat menjadi salah satu alternatif jika merindukan kampung halaman. Tangkuban Perahu versi Jepang ini mungkin ampuh menjadi obat pelepas rindu pelipur lara. Selamat mencoba.