Konten dari Pengguna

Pencanangan Grebeg Investigasi Kontak Pada Rangkaian HTBS 2024

Shubuha Pilar Naredia
Dosen Sosiologi FISIP UNS. Praktisi Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Karanganyar.
16 Maret 2024 22:44 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shubuha Pilar Naredia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Salah satu penyakit menular yang hingga saat ini menjadi perhatian pemerintah yaitu adalah Tuberkulosis (TBC). TBC merupakan penyakit paru-paru dengan gejala utama yaitu batuk lebih dari dua minggu yang tidak kunjung sembuh meskipun penderita mengaku sudah meminum obat umum dari Apotek. TBC merupakan penyakit yang unik karena hanya dapat disembuhkan dengan obat khusus TBC yang biasa disebut oleh Petugas TBC Fasyankes dengan sebutan Obat Anti Tuberkulosis (AOT). Menurut informasi dari Kementerian Kesehatan, obat-obat TBC (OAT) antara lain yaitu Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid, Streptomisin, Etambutol. Obat Tersebut hanya dapat diperoleh dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan seperti Puskesmas dan Rumah Sakit, karena pasien akan memperoleh OAT sekaligus pendampingan dan pemantauan selama menjalani pengobatan. Selama menjalani pengobatan dengan durasi waktu yang cukup lama, kurang lebih enam bulan hingga lebih dari satu tahun bagi pasien TBC dengan kondisi yang cukup parah, pasien akan menemui fase dimana mengalami keluhan sebagai efek samping dari obat yang dikonsumsi tersebut.
ADVERTISEMENT
Pemerintah selama ini melalui Dinas Kesehatan telah bekerjasama dengan berbagai komunitas dalam program eliminasi TBC, karena pemerintah menyadari membutuhkan bantuan dari berbagai sektor salah satunya komunitas yang konsen pada kesehatan terkhusus penyakit menular seperti TBC. Di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah misalnya, Dinas Kesehatan secara berdampingan menggandeng Komunitas Mentari Sehat Indonesia (MSI) Kabupaten Karanganyar dalam program pencegahan dan penanggulangan TBC. Melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Petugas TBC Puskesmas dan Kader MSI, pasien TBC yang ada di Kabupaten Karanganyar mendapat perhatian dan pendampingan khusus selama menjalani pengobatan. Harapannya adalah seluruh pasien dapat tertib menjalani pengobatan hingga sembuh, sehingga tidak ada pasien yang putus pengobatan, karena harus mengulang pengobatan dari awal.
Kegiatan Edukasi dan Skrining TBC oleh Kader MSI dan Petugas Puskesmas Jaten II, Sumber: Eka MSI
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan Edukasi dan Skrining TBC oleh Kader MSI dan Petugas Puskesmas Jaten II, Sumber: Eka MSI
Tuberkulosis menjadi penyakit yang mendapat perhatian dari pemerintah maupun funding luar negeri untuk memberikan pendanaan agar program eliminasi TBC dapat segera terwujud. Tanggal 24 Maret ditetapkan sebagai Hari Tuberkulosis Sedunia atau lebih akrab disebuat HTBS. Di Indonesia sendiri HTBS menjadi hari yang ditunggu-tunggu karena akan ada banyak rangkaian kegiatan yang akan dilakukan untuk memperingatinya. Salah satu kegiatan yang menjadi rutinitas dilakukan oleh komunitas MSI yaitu adalah Grebeg Investigasi Kontak. Setiap tahun, MSI bersama kader komunitas melakukan Grebeg Investigasi Kontak (IK) sebagai rangkaian kegiatan memperingati HTBS. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Maret 2024. Grebeg Investigasi Kontak dilakukan dengan mengunjung rumah pasien untuk memberikan edukasi TBC serta melakukan skrining kepada anggota keluarga yang menjadi kontak serumah dari pasien TBC. Kegiatan ini dilakukan oleh Kader Komunitas MSI bersama dengan Petugas Puskesmas Wilayah masing-masing. Dimana MSI sendiri memiliki kader komunitas yang tersebuat di 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar. Kegiatan dilakukan secara masif dalam bulan tersebut dengan harapan kontak serumah maupun kontak erat dengan keluarga pasien memperoleh edukasi TBC sehingga dapat menjalankan pola hidup sehat serta melakukan pencegahan penularan TBC. Selain itu, kegiatan Grebeg IK bertujuan untuk melakukan deteksi dini penulran TBC memalui pengecekan dahak bagi yang memiliki gejela TBC seperti batuk ataupun memiliki faktor resiko penularan seperti perokok, ibu hamil, dan lansia.
ADVERTISEMENT
Rangkaian kegiatan Grebeg IK dimulai dengan validasi data pasien TBC antara Komunitas MSI dan Dinas Kesehatan. Validasi data ini bertujuan untuk melakukan pencocokan data termasuk kelengkapan alamat pasien sebelum dilakukan kunjungan oleh kader dan petugas TBC puskesmas. Data pasien TBC perlu dilakukan validasi agar memudahkan kader dan petugas TBC puskesmas melakukan kegiatan Grebeg IK. Data pasien diperoleh komunitas MSI melalui sistem bridging dari SITB yang dimiliki Kementerian Kesehatan ke SITK yang dimiliki oleh komunitas. Data pasien yang diinputkan oleh Petugas TBC Fasyankes melalui SITB akan masuk ke SITK milik komunitas namun tidak secara lengkap. Data yang masuk meliputi nama, alamat, fasyankes asal pasien didiagnosa, serta tanggal mulai pasien didiagnosa TBC. Untuk alamat pasien, walaupun dalam penginputan SITB sudah lengkap, namun ketika masuk ke SITK menjadi tidak lengkap. Contohnya seperti hanya tercantum nama desa, RT dan RW, namun tidak ada nama dusun ataupun kecamatannya. Hal ini perlu dilakukan validasi data agar data yang akan dilakukan kunjungan menjadi lengkap. Kegiatan validasi data sendiri dilakukan secara rutin setiap satu bulan sekali dengan tujuan agar data yang diperoleh MSI dapat secara berkala dilakukan validasi data untuk mengetahui keabsahan data bersama Dinas Kesehatan dan secara berkala pula dapat didistribusikan kepada kader komunitas untuk segera dilakukan Investigasi Kontak. Pada kegiatan validasi data, MSI dan Dinas Kesehatan juga melakukan koordinasi terkait Kegiatan Investigasi Kontak Yang dilakukan oleh Kader komunitas sebagai bentuk diskusi atas kendala yang dihadapi selama di lapangan serta evaluasi bersama.
ADVERTISEMENT
Pertemuan Validasi Data dan Koordinasi IK oleh MSI dan Wasor Dinas Kesehatan Kab. Karanganyar, Sumber: Efitya MSI