Konten dari Pengguna

Strategi Pencegahan Penularan TBC Melalui Deteksi Dini Kontak Serumah

Shubuha Pilar Naredia
Dosen Sosiologi FISIP UNS. Praktisi Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Karanganyar.
1 Februari 2024 10:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shubuha Pilar Naredia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia sedang dihadapkan dengan permasalahan yang cukup genting di bidang Kesehatan. Beberapa penyakit menular akhir-akhir ini angkanya cukup tinggi, salah satunya yaitu Tuberkulosis (TBC). Menurut Kementerian Kesehatan, TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis di paru. Bakteri TBC menyerang paru-paru dan menyebabkan gangguan pernapasan seperti batuk. Gejala yang ditimbulkan ketika seseorang menderita TBC selain batuk yaitu sesak nafas, demam, dan berkeringat di malam hari tanpa beraktivitas.
ADVERTISEMENT
WHO yang merupakan Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan bahwa hingga akhir November 2023, Indonesia menduduki urutan dua teratas kasus TBC di dunia. Hal tersebut secara detail disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang mencatat total kasus TBC per November tahun 2023 sebanyak 658.543. Pemerintah tentunya sudah berupaya secara maksimal dalam penanganan kasus TBC ini, namun kenyataannya angka kasus terus meningkat setiap tahunnya. Konsorsium Penabulu STPI sebagai penerima dana hibah kemanusiaan program TBC dari Funding Global Fund (GF) terus berupaya membantu pemerintah dalam program penanggulangan TBC dari tingkat nasional, provinsi, hingga tingkat Kabupaten/Kota.

Deteksi Dini Penularan TBC

Pada tingkat Provinsi hingga Kabupaten, banyak Komunitas yang hadir sebagai mitra Dinas Kesehatan dalam program penanggulangan TBC. Kegiatan Investigasi Kontak dinilai cukup efektif dalam penemuan kasus baru TBC. Dilansir dari TBC Indonesia, Investigasi Kontak (IK) adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan penemuan kasus TBC dengan cara mendeteksi secara dini dan sistematis terhadap orang yang kontak dengan sumber infeksi TBC. Dalam kegiatan IK, istilah kontak dibagi menjadi dua yaitu: kontak serumah dan kontak erat. Kontak serumah merupakan orang yang tinggal satu rumah atau satu atap tempat tinggal dengan pasien TBC dengan intensitas yang sangat sering. Kontak serumah biasanya adalah anggota keluarga seperti suami/istri dan anak. Sedangkan kontak erat adalah orang yang bukan kontak serumah, namun berada pada circle kegiatan pasien TBC dalam kurun waktu yang cukup lama dan intens. Yang dimaksud kontak erat yaitu seperti teman kerja, tempat nongkrong, dan lingkungan tempat pasien beraktivitas sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Kontak serumah menjadi kontak utama yang harus segera dilakukan pemeriksaan sebagai upaya deteksi dini dalam penularan penyakit TBC. Kontak serumah memiliki intesitas yang lebih sering dan lama dibandingkan dengan kontak erat. Banyak media yang menjadi perantara penularan dari pasien ke kontak serumah, terlebih pasien yang berada pada lingkungan rumah yang sempit, lembab, jauh dari sirkulasi cahaya matahari. Deteksi dini penularan TBC dapat dilakukan melalui beberapa cara yang umum dilakukan sebagai penegakan diagnosa, yaitu cek dahak melalui Tes Cepat Molekuler (TCM), Rontgen, dan Tes Mantoux/Tuberkulin dengan menyuntikkan cairan ke kulit. Kontak serumah dengan pasien TBC yang belum melakukan pemeriksaan TBC karena merasa sehat dan tidak bergejala TBC, terus dilakukan pemantauan oleh petugas kesehatan. Hal ini dikarenakan besar kemungkinan kontak tersebut berada pada kondisi latten TBC dimana bakteri TBC masih tertidur dan bisa bangun menjadi TBC aktif.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Batuk Menularkan Bakteri TBC, Foto: klikdokter

OAT dan TPT Solusi Pencegahan Penularan

Kontak serumah yang melakukan pemeriksaan TBC dan menunjukkan hasil positif harus segera diberi Obat Anti Tuberkulosos (OAT) agar penularan bakteri TBC dapat dicegah. Pengobatan TBC Sensitif Obat (SO) berlangsung kurang lebih selama enam bulan. Sedangkan Pengobatan TBC Resisten Obat (RO) dapat lebih dari 1 tahun. Selama menjalani pengobatan, tidak sedikit pasien yang mengeluhkan efek samping obat seperti perubahan warna urin dan mual yang mengganggu pasien dalam menjalani aktivitas sehari-sehari. Dukungan dari keluarga sebagai orang terdekat pasien sangat diperlukan. Keluarga yang menjadi Pendamping Menelan Obat (PMO) harus memastikan pasien meminum dan menelan obat tersebut. PMO juga harus selalu aktif mengabarkan kondisi pasien kepada petugas kesehatan terkhsus ketika pasien mengalami keluhan, agar segera tertangani.
ADVERTISEMENT
Kontak serumah yang setelah dilakukan pemeriksaan TBC menunjukkan hasil negatif, harus diberikan Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) sebagai upaya untuk membentengi seseorang dari tertularnya penyakit TBC pada dirinya. STOP TB Indonesia menjelaskan bahwa TPT merupakan salah satu langkah untuk mencegah orang Infeksi Laten TB (ILTB) yang berisiko untuk berkembang menjadi sakit TBC positif. Tujuan pemberian TPT adalah untuk mencegah terjadinya sakit TBC sehingga dapat menurunkan beban TBC, terkhusus TBC pada balita dan anak.
Ilustrasi Pemberian TPT Pada Anak, Foto: tirto.id

Kolaborasi MSI dan PDA Karanganyar dalam Edukasi TBC

Isue TBC sebagai penyakit menular yang dapat disembuhkan apabila menjalani pengobatan secara tertib dan sebagai penyakit menular mematikan apabila tidak bersedia menjalani pengobatan secara tertib harus terus digaungkan. Edukasi TBC kepada masyarakat dapat melalui peran media masa dan media sosial. Namun tidak dipungkiri bahwa edukasi dan sosialisasi penyakit TBC melalui pertemuan-pertemuan dalam kegiatan di masyarakat dirasa cukup efektif karena pendekatan yang digunakan adalah pendekatan keluarga. Mentari Sehat Indonesia (MSI) sebagai salah satu komunitas yang masih eksis dalam program TBC, melakukan kolaborasi kerjasama dengan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Karanganyar dalam membantu pemerintah melakukan edukasi tentang TBC kepada masyarakat. Tidak dipungkiri bahwa Aisyiyah-Muhammadiyah merupakan organisasi keagaam yang pengaruhnya sangat besar karena memiliki anggota yang sangat banyak dan kuat hingga ke akar masyarakat. Ibu-ibu Aisyiyah dapat berkolaborasi dengan MSI dalam melakukan skrining dan edukasi TBC pada kontak serumah maupun kontak erat pasien TBC. Harapannya, seluruh masyarakat dapat mengetahui tentang penyakit TBC dan memilki kesadaran untuk melakukan upaya pencegahan penularan TBC.
ADVERTISEMENT
Penandatangan Kerjasama MSI dan Aisyiyah Kab. Karanganyar dalam Penanggulangan TBC, Foto: Dokumentasi MSI/Efitya