news-card-video
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Isu Libur Sekolah Sebulan Penuh Saat Ramadan 2025: Meneruskan Kebijakan Gus Dur

Siti Noviyanti
Guru Sekolah Dasar
30 Desember 2024 17:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siti Noviyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak sekolah dasar sedang upacara bendera. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak sekolah dasar sedang upacara bendera. (Foto: Istimewa)
ADVERTISEMENT
atau Menghadirkan Terobosan Baru?
Belakangan ini, muncul isu mengenai rencana libur sekolah selama satu bulan penuh pada Ramadan 2025. Wacana ini mengingatkan kita pada kebijakan yang pernah diterapkan di era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada tahun 1999. Meski belum dibahas secara mendalam oleh pemerintah, wacana ini mendapat perhatian publik, termasuk Wakil Menteri Agama, Romo Muhammad Syafi’i, yang menyebut bahwa kebijakan tersebut memang tengah dipertimbangkan, meski masih dalam tahap wacana. Tak hanya itu, rencana ini juga pernah mencuat pada Pilpres 2019 ketika pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno mengusung ide serupa.
ADVERTISEMENT
Kebijakan Libur Sekolah Saat Ramadan pada Era Gus Dur
Kebijakan libur sekolah satu bulan penuh pada masa pemerintahan Gus Dur merupakan salah satu kebijakan yang sempat mendapatkan sorotan luas. Pada tahun 1999, pemerintahan Gus Dur memutuskan untuk memberikan libur panjang bagi siswa selama Ramadan, dengan tujuan memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk lebih mendalami ajaran agama dan mempererat ikatan keluarga. Keputusan ini merupakan salah satu langkah simbolik yang menggambarkan komitmen pemerintah untuk menghargai nilai-nilai agama, serta memberikan ruang bagi masyarakat untuk menjalankan ibadah dengan lebih khusyuk.
Tanggapan Publik dan Pemerintah
Pada tahun 2019, wacana mengenai libur sekolah satu bulan penuh kembali mencuat. Sandiaga Uno, salah satu calon wakil presiden pada Pilpres 2019, mengingat pengalamannya di masa kecil yang merasa terbantu dengan adanya libur panjang saat Ramadan. Menurutnya, libur panjang saat Ramadan memberi peluang bagi siswa untuk mengikuti pesantren kilat atau menghabiskan waktu bersama keluarga. Sandiaga bahkan menyatakan bahwa kebijakan ini dapat membantu mengurangi dampak negatif dari ketergantungan anak-anak pada teknologi, yang seringkali membuat mereka jauh dari nilai-nilai keluarga.
ADVERTISEMENT
Namun, meskipun wacana tersebut cukup menarik perhatian, hal ini belum sepenuhnya dibahas oleh pemerintah. Romo Syafi’i, sebagai Wakil Menteri Agama, mengungkapkan bahwa wacana tersebut memang ada, namun belum ada pembahasan lebih lanjut terkait pelaksanaannya. Keputusan ini masih membutuhkan kajian lebih dalam, terutama terkait dengan dampaknya terhadap dunia pendidikan, aktivitas siswa, serta aspek sosial-ekonomi masyarakat.
Implikasi Sosial dan Pendidikan
Libur satu bulan penuh saat Ramadan tentu membawa implikasi signifikan terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Pertama, ada potensi gangguan terhadap kurikulum yang telah disusun. Di sisi lain, libur panjang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan yang bermanfaat, seperti pesantren kilat, pengajian, atau kegiatan keagamaan lainnya yang dapat memperkaya karakter siswa. Kegiatan ini tentu dapat memberikan pengaruh positif dalam membangun akhlak dan karakter anak-anak, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
ADVERTISEMENT
Namun, meskipun terdengar positif, kebijakan libur panjang juga perlu dipertimbangkan secara matang. Sebagai contoh, dalam konteks pendidikan formal, libur yang terlalu panjang dapat menghambat proses pembelajaran yang sudah disusun dalam kurikulum. Hal ini perlu dipertimbangkan agar tidak ada ketidakseimbangan antara waktu belajar dan kegiatan lainnya, mengingat pentingnya pembelajaran bagi perkembangan anak.
Tantangan dan Peluang
Penerapan kebijakan ini tentu saja akan menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah bagaimana menyeimbangkan antara waktu libur yang panjang dengan kebutuhan akan pendidikan yang efektif dan berkelanjutan. Sebagai solusi, salah satu opsi yang dapat dipertimbangkan adalah pemberlakuan jadwal libur yang fleksibel, di mana siswa dapat memilih untuk mengikuti kegiatan keagamaan atau pendidikan tambahan, seperti pesantren kilat, sambil tetap menjaga keberlanjutan proses pembelajaran di sekolah.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada juga peluang untuk memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk mendukung pembelajaran selama libur Ramadan. Misalnya, penyelenggaraan kelas online untuk materi-materi yang tidak tergantikan oleh kegiatan keagamaan, atau penggunaan aplikasi pembelajaran berbasis teknologi untuk membantu siswa tetap terlibat dengan pelajaran secara efektif meskipun berada dalam
Isu libur sekolah satu bulan penuh saat Ramadan 2025 merupakan topik yang menarik untuk diperbincangkan, baik dari sisi sejarah kebijakan maupun dampaknya terhadap dunia pendidikan. Meski kebijakan serupa telah diterapkan pada masa pemerintahan Gus Dur, penerapannya di masa kini memerlukan pertimbangan matang terkait berbagai aspek, mulai dari dampaknya terhadap kurikulum hingga manfaat sosial dan keagamaan bagi siswa. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk melakukan kajian mendalam dan melibatkan berbagai pihak terkait dalam perumusan kebijakan ini, sehingga dapat menciptakan solusi yang seimbang antara pendidikan dan nilai-nilai keagamaan yang ingin ditanamkan pada generasi muda.
ADVERTISEMENT
Siti Noviyanti: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Pamulang