Ketum DPD IMM DIY: “Jangan Lupakan Sejarah dan Peran Mahasiswa Muhammadiyah!”

Muhammad Akmal Ahsan, S.Pd saat memaparkan materi tentang Profil dan Peran Mahasiswa Muhammadiyah pada kegiatan Masta-BAD 2023 pada Kamis (21/9) di Aula STAI Muhammadiyah Klaten. Foto: Fadlil/Humas

Klaten – (21/9/2023) Dalam rangka menyambut mahasiswa baru, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Muhammadiyah Klaten secara mengadakan kegiatan Masa Ta’aruf-Baitul Arqam Dasar (Masta-BAD) 2023. Kegiatan digelar di Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Klaten pada Senin-Minggu (18/9/-23/9/23) bertempat di Aula STAI Muhammadiyah Klaten. Kegitan yang diadakan pada setiap tahun ini diinisiasi oleh tim dosen bekerja sama dengan Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PK IMM) STAI Muhammadiyah Klaten.

Adapun tema Masta-BAD 2023 adalah “Membangun Peran Nyata Mahasiswa Menuju STAIM yang Berkemajuan” Tujuan kegiatan ini agar mahasiswa baru STAI Muhammadiyah Klaten mengenali lingkungan akademik dan kemahasiswaan. Sementara tagline pada kegiatan ini mahasiswa baru STAI Muhammadiyah Klaten sebagai Cendekiawan Bangsa. Kegiatan Masta-BAD 2023 ini diikuti oleh 100 mahasiswa baru STAI Muhammadiyah Klaten.

Memasuki sesi kegiatan kedua, yakni pengenalan kegiatan kemahasiswaan, kegiatan BAD 2023 menghadirkan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IMM Daerah Istimewa Yogyakarta, Muhammad Akmal Ahsan, S.Pd dalam penyampaian materi mengenai Profil dan Peran Mahasiswa Muhammadiyah.

Akmal menjelaskan pentingnya dalam perannya sebagai social control di tengah masyarakat. “Perlu ditegaskan bahwasanya mahasiswa jangan berhenti berfikir dan menciptakan hal yang baru, mereka harus bisa terbebas dari segala arus masyarakat yang kacau. Tetapi, perlu juga mereka dalam menjalankan fungsi sosialnya, yakni bertindak demi tanggung jawab sosialnya.” papar Akmal.

Di samping itu, Akmal juga menjelaskan pentingnya lima profil mahasiswa Muhammadiyah., di antaranya, pertama, intelektual, mahasiswa merupakan golongan terdidik yang diciptakan sejarah untuk menciptakan sejarah yang baru. Kedua, bebas, mahasiswa Muhammadiyah tidak terjebak dalam sekat-sekat masalah masyarakat. Ketiga, bersuara, fungsi sosial mahasiswa Muhammadiyah hendaknya bersuara dalam situasi yang mendesak. Keempat, menjual ide, mahasiswa Muhammadiyah sebagai akademisi memiliki tugas memproduksi wacana. Kelima, merubah, mahasiswa Muhammadiyah memproduksi ilmu bukan untuk ilmu, tapi untuk rakyat atau perubahan sosial. (Ferdy Maryanto/Humas IMM)