Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Antara Saya dan Temanku Saat Ospek
4 Juli 2024 9:15 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Stanis Nicolaus Baene tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dulu 2019, saya melanjutkan studi di perguruan tinggi yang ada di kota Medan, pada waktu itu, saya mengikuti kegiatan ospek yang diselenggarakan oleh panitia maper atau panitia pengenalan kampus tanpa memiliki teman akrab.
ADVERTISEMENT
Walaupun ada lebih seribu satu calon mahasiswa baru yang di lingkungan kampus itu, saya tetap merasa hampa karena namanya saja baru adaptasi.
Diadaptasi yang pertama, ada salah seorang mahasiswa baru yang menghampiriku sebut saja si Asay, dia pun bertanya kepada saya, “Bro kamu mahasiswa baru di kampus ini ya?”
“Iya bro, saya mau mengikuti ospek atau pengenalan kampus” Ujarku.
Kemudian Asay bertanya balik kepada saya, “kamu gelombang berapa pada saat mendaftar?”
“Gelombang pertama bro, emangnya, kamu gelombang berapa?” Jawabku.
“Saya gelombang ke tiga, pada saat kamu mendaftar kamu memilih jurusan apa bro” Tanya Asay?
“TRKJ atau teknologi rekayasa komputer jaringan bro” Ujarku.
“Berarti kita satu jurusan lah bro, gimana kalau Kita lanjut cerita sambil minum kopi di kantin, sambil menunggu ospek dimulai” Ujar Asay.
ADVERTISEMENT
“Iya bro, saya pun sudah mulai haus” Ujarku.
Setibanya kami di kantin, sambil menikmati kopi yang kami pesan, cerita kami pun berlanjut, tanpa sengaja ada seorang cewek yang merupakan mahasiswa baru. Duduk bersebelahan dengan kami, (tak perlu saya sebut namanya). Asay berkata “Coba lirik cewek itu bro, mukanya imut, cantik, bisa dibilang enak dan gelis banget” Ujar Asay.
“Haha, kamu ada-ada saja ya, benar juga sih. Tapi ada yang kurang menurut saya bro” jawabku.
“Ehem, memangnya apa yang kurang menurut mu bro”? tanya Asay.
“Hehe, penasaran kan? Yang kurang itu bro, soalnya dia bukan milik kita, kayaknya sudah ada yang punya. Wkwk” ujarku sambil tertawa terbahak-bahak.
Karena saya dan Asay, tertawa terbahak-bahak, nona itu sempat melirik kami berdua. Saat nona itu melirik kami berdua, tak terbayangkan muka Asay yang terlihat pede dan sok-sok ganteng saat pandangan mereka bertabrakan.
ADVERTISEMENT
Ketika saya melihat waktu mereka bertatapan, saya melihat ada yang kurang beres diwajah nona yang cantik itu. Entah karena gantengnya Asay yang terlalu sok-sok an itu, hanya pas-pasan atau Asay tidak begitu ganteng dimata nona tadi. Sehingga tatapannya kurang begitu enak dilihat.
Tak lama kemudian, cewek itu pun buang muka lalu ia pergi. Asay tadi yang terlihat pede dan ganteng, wajahnya mulai menciut karena cewek tadi terlihat tidak suka dengan kepedean Asay yang berlebihan.
Saya pun bilang sama Asay, “Sabar bro, anggap saja tatapan kalian tadi sebagai pandangan pertama saat berjumpa di warung kopi ini”. Ujarku sambil mencandainya.
Singkat cerita, Asay dan saya lanjut ngobrol. Kami saling kenal lebih dalam, tanya asal dimana, hingga saling menanyakan kegiatan kami masing-masing.
ADVERTISEMENT
Karena sudah saatnya kegiatan ospek dimulai, kami pun bayar uang kopi kami masing-masing tanpa ada yang ditraktir dan yang mentraktir. Setelah itu, kami bergegas menuju lapangan ospek.
Waktu kami keluar dari kantin, saya kembali memanggil Asay dan mengatakan “Asay! Jangan sampai kebawa mimpi nona tadi ya. Jika kamu bawakan dalam mimpi, itu tandanya jauh di mata dekat di hati”. Hehe. “Ujarku sambil ketawa dan mencandainya”.
Dari cerita diatas, yang menjadi pesan penulis “Bila ada rasa cinta kamu sebagai laki-laki, memulai nya tidak hanya modal ganteng doang lalu pede. Akan tetapi mulailah menjalin cinta dengan saling kenal, saling sapa dan saling mengenal satu sama lain”.
Setelah saling mengenal, maka tidak ada segan nya ketika kamu mengungkapkan perasaanmu kepada wanita yang kamu sukai dan berkata “Adek, I Love You”.
ADVERTISEMENT