Konten dari Pengguna

Saya Kerja Hanya Sebagai Tukang Ojek Online

Stanis Nicolaus Baene
Penulis merupakan alumni STMIK Pelita Nusantara
7 Juli 2024 8:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Stanis Nicolaus Baene tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: Kerja di Perusahaan (Pixabay.com/089photoshootings)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Kerja di Perusahaan (Pixabay.com/089photoshootings)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Disaat saya memperbaiki sepeda motorku yang mogok di salah satu bengkel yang ada di kota Medan, tanpa sengaja ada seorang kawanku yang kebetulan mengganti ban sepeda motor nya di bengkel yang sama.
ADVERTISEMENT
Aku pun menghampirinya dan bertanya “Kamu sudah lama disini ya, kok saya baru tau kalau kamu sudah ke Medan?” ujarku.
“Iya, baru dua bulan saya sampai di Medan bro, by the way kamu sudah lulus kuliah ya?” ujarnya sambil bertanya.
Satu tahun yang lalu saya lulus kuliah. “kegiatan apa kamu di Medan ini?” tanyaku.
"Oh. Lumayan lama ya. Saya kerja di salah satu perusahaan di kota Medan ini". Katanya sambil ketawa.
“Kamu kerja dimana sekarang?” tanya dia lagi.
“Saya Kerja sebagai tukang ojek online.” jawabku.
“Oh! Yang antar penumpang dan barang itu setiap hari? Kenapa kamu mau kerja sebagai ojol? Cari pekerjaan lain sajalah”. ujarnya.
Memangnya gajimu berapa sebulan disitu, haha?” katanya sambil ketawa terbahak-bahak.
ADVERTISEMENT
“Saya sudah nyaman dengan pekerjaan itu. Bisa dibilang, cara kerjanya santai. Kalau soal gaji, tergantung banyaknya orderan yang masuk”. jawabku sambil merasa heran.
“Cari saja pekerjaan lain lah, seperti aku ini kerja di kantoran, masa lulusan sarjana kalah sama tamatan SMA”. jawabnya.
Dalam hati saya berkata, “kawan ini merendahkan pekerjaan saya ya”. Sontak pun saya bertanya, “Memangnya, gajimu berapa sebulan di tempat kerjamu?” Ujarku sambil menanyakan gajinya.
“Haha. Lumayan lah bro, bisa dibilang setara gaji PNS” ujarnya.
“Saya penasaran nih! Berapa sih? Kan PNS banyak golongannya?” tanya saya lagi kepada temanku itu.
“Lumayan lah! Biasa nya 2,5 jt. Itu saya dapat bersih ya” jawabnya.
“Lumayan juga ya”. Kataku sambil tersenyum. Dalam hati saya berkata “Saya kira tadi gajimu standar UMR kota Medan, makanya terlihat sombong seperti itu”. Malah penghasilan seorang ojol lebih gede dari gajimu.
ADVERTISEMENT
“Jika berkenan, coba aja buat lamaran kerja, nanti antar ke tempat saya kerja. Kebetulan lowongan kerja masih buka. Tapi cleaning service ya”. ujarnya sambil tersenyum.
“Saya hanya geleng-geleng kepala, hatiku berkata “Orang ini serius atau sedang bercanda”.
Saya pun menjawab, “Maaf, saya tidak mau kalau gaji dibawah tiga jutaan” lebih baik saya jadi tukang ojol saja. Karena penghasilan saya saat ngojek minimal 3 jt perbulan dan kerja tidak ada paksaan”.
“Ha, 3 jt! Berarti lumayan ya kerja sebagai ojol”. Jawabnya seakan terkejut.
“Iya, kadang pun lebih kalau orderan lagi rame”. Ujarku.
Berhubung motor saya siap diperbaiki oleh tukang bengkel, saya pamit sama kawan ku itu, karena saya mau ngojek lagi.
ADVERTISEMENT
Dari rangkaian cerita kami diatas perlu diketahui bahwa cara orang mencari biaya hidup tidak selalu sama. Akan tetapi, memiliki proses dan cara yang berbeda.
Saya sebagai penulis berpesan, jika memiliki pekerjaan yang bagus jangan sekali-sekali merendahkan pekerjaan orang lain. Tapi syukuri apa yang ada karena diatas langit masih ada langit.