Konten dari Pengguna

Informed Consent: Pilar Kepercayaan di Riset Biomedis

Stefani Siahaan
Mahasiswi S1 Teknik Biomedis, Institut Teknologi Telkom Purwokerto.
9 November 2024 15:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Stefani Siahaan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam dunia penelitian medis, partisipan memainkan peran yang sangat penting dalam proses menghasilkan data yang akurat dan bermanfaat. Namun, karena penelitian ini sering kali melibatkan prosedur medis yang mungkin membawa risiko atau dampak tertentu pada kesehatan partisipan, penting bagi mereka untuk sepenuhnya memahami hak, risiko, serta manfaat yang mungkin timbul sebelum mereka setuju untuk berpartisipasi. Proses untuk memperoleh izin atau persetujuan ini disebut dengan informed consent.
ADVERTISEMENT
Informed consent terdiri dari dua kata, yaitu “informed” yang berarti informasi dan “consent” yang berarti persetujuan. Dengan demikian, informed consent dapat diartikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien setelah menerima informasi yang jelas mengenai tindakan medis yang akan dilakukan. Dalam konteks penelitian biomedis, informed consent juga mencakup penjelasan tentang tujuan penelitian, prosedur yang akan dilakukan, risiko yang mungkin terjadi, serta alternatif tindakan yang tersedia.
Ilustrasi Peneliti dan Partisipan (sumber: www.pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Peneliti dan Partisipan (sumber: www.pixabay.com)
Namun, penerapan informed consent juga menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam konteks riset yang melibatkan teknologi canggih atau prosedur medis yang kompleks. Misalnya, dalam riset yang melibatkan teknik genetika atau kecerdasan buatan, sering kali penjelasan yang diberikan dapat terasa sulit dipahami oleh partisipan yang tidak memiliki latar belakang teknis, sehingga peneliti perlu menyederhanakan bahasa yang digunakan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dalam penelitian yang melibatkan partisipan dari berbagai latar belakang budaya, bahasa, dan tingkat literasi, peneliti harus memastikan bahwa informasi yang disampaikan dapat dipahami dengan jelas oleh semua partisipan. Keragaman ini sering kali menjadi tantangan tersendiri dalam memastikan bahwa informed consent yang diberikan benar-benar merupakan persetujuan yang berlandaskan pemahaman penuh. Di sisi lain, kepercayaan terhadap institusi medis atau riset juga memengaruhi keberhasilan penerapan informed consent. Beberapa komunitas mungkin memiliki sejarah ketidakpercayaan terhadap penelitian medis karena pengalaman atau isu-isu yang terjadi di masa lalu, yang membuat mereka lebih ragu untuk berpartisipasi.
Penerapan informed consent yang transparan dapat mengatasi tantangan-tantangan ini. Sebagai contoh, peneliti dapat memberikan penjelasan secara rinci dan terbuka tentang risiko dan manfaat, serta memastikan bahwa setiap partisipan memiliki kesempatan untuk bertanya dan memahami sepenuhnya sebelum memberikan persetujuan. Penyampaian informasi secara berkala juga dapat membantu membangun rasa saling percaya antara peneliti dan partisipan, terutama dalam penelitian yang berlangsung dalam jangka waktu panjang. Dengan menerapkan informed consent yang etis dan transparan, peneliti tidak hanya menjaga hak-hak individu tetapi juga memperkuat hubungan antara masyarakat dan dunia ilmiah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas serta dampak positif dari penelitian biomedis.
ADVERTISEMENT