Konten dari Pengguna

Jim Thompson, 'Raja' Sutra Thailand yang Menghilang secara Misterius

Stella Kemala
Suka Kopi, Star Wars dan Melanglang Buana
21 Maret 2019 8:07 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Stella Kemala tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sosok Jim Thompson, 'Raja' Sutra Thailand yang berkebangsaan Amerika Serikat. Foto: Situs resmi Jim Thompson
zoom-in-whitePerbesar
Sosok Jim Thompson, 'Raja' Sutra Thailand yang berkebangsaan Amerika Serikat. Foto: Situs resmi Jim Thompson
ADVERTISEMENT
Di Thailand, tak ada yang tak kenal Jim Thompson. Sejujurnya, sebelum saya menginjakkan kaki di Thailand, saya juga belum mengenal sosok tersebut. Namun ternyata, arsitek asal Amerika Serikat (AS) tersebut merupakan orang asing paling terkenal di Thailand.
ADVERTISEMENT
Ia menjadi populer bukan karena bangunan yang dirancangnya, melainkan karena keberhasilannya menghidupkan industri sutra Thailand (Thai Silk) pada rentang 1950-1960-an.
Jim Thompson pertama tiba di Thailand pada tahun 1945 berlatar pendidikan arsitektur jebolan University of Pennsylvania. Ia pernah menjadi atlet layar Olimpiade Amsterdam tahun 1928, hingga akhirnya mengabdi sebagai prajurit militer AS pada Perang Dunia II.
Setelah pensiun sebagai prajurit, Jim Thompson memutuskan kembali ke Thailand untuk berinvestasi membeli Hotel The Oriental di Bangkok. Namun, rencana tersebut gagal dan Thompson pun mengalihkan perhatiannya kepada industri Thai Silk.
Industri Thai Silk
Thai Silk pertama-tama dikembangkan di Dataran Tinggi Korat, daerah Isaan, yang berada di sisi Timur Laut Thailand. Pengembangan awalnya sangat terbatas, karena hanya untuk konsumsi pribadi masyarakat Isaan.
ADVERTISEMENT
Pada masa itu, orang Thailand memandang kain Thai Silk yang tebal tidak nyaman dipakai di suhu tropis dan harganya terlalu mahal, sehingga jika dimiliki hanya dapat digunakan pada acara-acara resmi atau pesta semata.
Proses pembuatan Thai Silk (sumber: Freepik)
Untuk itu, saat bisnis Thai Silk awal dibuka tahun 1948, Thompson menemukan kesulitan untuk mengembangkan bisnisnya di pasar dalam negeri Thailand. Bahkan pada tahun 1950-an, ketika Jim Thompson membuka tokonya yang pertama, pelanggannya hampir seluruhnya turis asing yang datang ke Thailand. Sementara kain Thai Silk telah berhasil merebut perhatian pasar Amerika Serikat melalui koneksi luas Jim Thompson.
Penggunaan Thai Silk di film "The King and I" sukses mendongkrak popularitasnya di dalam negeri Thailand (sumber: Flickr)
Thai Silk baru mencapai kesuksesan di Thailand dan global ketika kain tersebut digunakan pada film musikal The King and I(1956) yang ber-setting kerajaan Siam di bawah Raja Mongkut.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu bisnis Jim Thompson terus berkembang hingga kini telah memiliki 24 gerai di Thailand, Myanmar, dan Singapura. Merek Jim Thompson sendiri saat ini telah dianggap sebagai suvenir high end nomor satu di Thailand.
Thai Silk kini digunakan secara luas oleh masyarakat Thailand (sumber: Freepik)
Hilang secara Misterius
Sayangnya, Jim Thompson hanya sempat sebentar menikmati buah kesuksesannya. Pada tahun 1967, ketika sedang berlibur di Cameron Highlands, Malaysia, Jim Thompson tiba-tiba menghilang secara misterius.
Pencarian Jim Thompson merupakan salah satu operasi pencarian terbesar di kawasan Semenanjung Malaya yang dengan melibatkan lebih dari 500 orang yang terdiri dari tim SAR, polisi, misionaris, pasukan Gurkha, suku asli, dukun, pramuka, hingga turis asing. Namun Thompson masih belum ditemukan hingga hari ini.
ADVERTISEMENT
Berbagai teori telah berkembang terkait penyebab hilangnya Thompson, mulai dari penculikan, pembunuhan, serangan harimau, tersesat, bersembunyi, hingga kemungkinan diakali oleh saingan bisnisnya. Pemerintah Thailand akhirnya memutuskan bahwa Jim Thompson telah meninggal dunia (dead in absentia) pada tahun 1974.
Jim Thompson House
Suasana Jim Thompson House yang ramai dikunjungi turis (Sumber: Shutterstock)
Sebagai mantan arsitek, Jim Thompson sangat mencintai desain rumah tradisional Thailand. Sehingga pada tahun 1959, saat bisnisnya sudah meroket, Thompson membangun rumahnya yang bergaya tradisional Thailand di tengah kota Bangkok. Rumah tersebut terdiri dari beberapa bangunan rumah panggung dari kayu dengan furniture tradisional dan antik yang dikumpulkannya dari berbagai daerah di Thailand yang pernah dikunjunginya.
Selain itu sejak pindah ke Thailand, Jim Thompson juga mulai tertarik untuk mengumpulkan artefak kuno seperti patung, lukisan dan arca dari Thailand, Laos, Myanmar dan Kamboja. Koleksi tersebut dipajang secara artistik di rumahnya yang memiliki luas sekitar 2000 meter persegi tersebut.
ADVERTISEMENT
Saat menghilang, Jim Thompson tidak memiliki pewaris, sehingga rumah tersebut akhirnya diambil alih oleh The James H. W. Thompson Foundation yang berada di bawah perlindungan Puteri Maha Chakri Sirindhorn. Saat ini, rumah yang masih sangat terawat itu telah dijadikan museum The Jim Thompson House, dan merupakan salah satu museum yang paling ramai dikunjungi wisatawan di Bangkok.
Jam buka: Setiap Hari, pukul 9.00-18.00 waktu setempat
Alamat: 6 Rama I Rd, Khwaeng Wang Mai, Khet Pathum Wan, Krung Thep Maha Nakhon 10330, Thailand
Akses ke sana: BTS National Stadium