Konten dari Pengguna

Kurikulum Merdeka di Mata Para Pelajar

Steven Claudius Widjaja
SMA Citra Berkat
4 Februari 2025 9:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Steven Claudius Widjaja tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber : dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
sumber : dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
Pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Salah satu inovasi terbaru adalah Kurikulum Merdeka, yang diklaim lebih fleksibel dan berorientasi pada kebutuhan peserta didik. Namun, benarkah kurikulum ini mampu menjawab tantangan pendidikan di Indonesia?
ADVERTISEMENT
Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan bagi sekolah dan guru untuk menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Ini memungkinkan pendekatan yang lebih personal dan kontekstual, sehingga peserta didik dapat berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya. Selain itu, kurikulum ini menekankan pengembangan karakter dengan pendekatan Profil Pelajar Pancasila, yang bertujuan membentuk siswa yang beriman, bertakwa, mandiri, kreatif, dan berorientasi pada kerja sama. Dengan demikian, aspek akademik dan non-akademik lebih seimbang. Salah satu metode yang diterapkan adalah pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning), yang mendorong siswa untuk belajar secara aktif serta mengembangkan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, komunikasi, dan kolaborasi.
Meskipun memiliki keunggulan, implementasi Kurikulum Merdeka di lapangan menghadapi berbagai tantangan. Tidak semua sekolah memiliki sumber daya yang memadai untuk menerapkan kurikulum ini secara optimal. Sekolah di daerah terpencil sering kali kekurangan tenaga pengajar yang siap menjalankan metode pembelajaran fleksibel dan berbasis proyek. Selain itu, banyak guru belum mendapatkan pelatihan yang cukup untuk mengimplementasikan kurikulum ini secara efektif. Hal ini menjadi kendala karena Kurikulum Merdeka menuntut guru untuk lebih kreatif dan mandiri dalam mengembangkan pembelajaran.
ADVERTISEMENT
Masalah lain yang muncul adalah potensi ketimpangan pendidikan. Dengan kebebasan yang diberikan, sekolah-sekolah dengan fasilitas baik cenderung lebih mudah mengadopsi Kurikulum Merdeka dibandingkan sekolah dengan keterbatasan fasilitas. Akibatnya, kesenjangan kualitas pendidikan antar daerah berpotensi semakin lebar.
Agar Kurikulum Merdeka dapat berjalan efektif dan merata, diperlukan peningkatan pelatihan guru secara masif agar mereka lebih siap dalam menerapkan metode pembelajaran baru. Pemerintah juga perlu memastikan penyediaan fasilitas yang lebih merata, terutama bagi sekolah di daerah tertinggal. Selain itu, evaluasi berkala sangat penting untuk menilai efektivitas kurikulum dan menyesuaikan kebijakan jika ditemukan kendala di lapangan.
Kurikulum Merdeka menawarkan konsep pendidikan yang lebih fleksibel dan berorientasi pada kebutuhan siswa, namun masih menghadapi tantangan dalam implementasinya. Jika tidak ditangani dengan baik, kurikulum ini justru dapat memperlebar kesenjangan pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, keberhasilan Kurikulum Merdeka tidak hanya bergantung pada konsepnya, tetapi juga pada kesiapan tenaga pendidik, infrastruktur, dan kebijakan yang mendukung pemerataan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia.
ADVERTISEMENT