Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Jalan Tol Trans Sumatera: Simbol Ambisi dan Harapan Pembangunan Nasional
29 Juli 2024 11:24 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari STEVEN NOVANOLO MENDROFA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan karir pemerintahannya, Presiden Joko Widodo menjadikan pembangunan nasional melalui APBN dan skema pembiayaan lain sebagai fokus utama yang sekaligus menjadi ciri khas kepemimpinannya di mata
masyarakat. Salah satu proyek pembangunan yang menjadi sorotan adalah Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). Proyek ini, yang dimulai pada tahun 2015, merupakan salah satu proyek infrastruktur terbesar dan termahal di Indonesia dengan panjang mencapai 2.818 kilometer dan biaya lebih dari Rp 500 triliun. Proyek ini diatur melalui Peraturan Presiden Nomor 100 Tahun 2014 dan diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 117 Tahun 2015, dengan PT Hutama Karya sebagai penanggung jawab utamanya.
ADVERTISEMENT
JTTS adalah proyek ambisius yang bertujuan untuk menghubungkan berbagai kota besar di Sumatera, memperkuat konektivitas antarwilayah, dan mendukung pertumbuhan ekonomi regional. Namun, proyek infrastruktur besar ini menghadapi berbagai tantangan dan risiko. Penelitian oleh Jefry et al. (2018) menunjukkan adanya berbagai faktor risiko yang dapat diukur yang mempengaruhi biaya investasi. Risiko-risiko ini dapat dibagi menjadi yang ditanggung oleh pemerintah dan yang dialihkan ke mitra swasta. Analisis ini juga menekankan pentingnya Value for Money (VfM) dalam pemilihan skema pendanaan proyek infrastruktur publik. Hasil analisis menunjukkan bahwa skema penugasan BUMN lebih optimal dibandingkan KPBU atau pembiayaan penuh oleh APBN, dengan potensi penghematan sebesar 46% atau Rp 2,9 triliun.
Selain manfaat ekonominya, pembangunan JTTS juga memiliki dampak sosial yang signifikan. Menurut Afrizal (2007), dampak pembangunan dapat dibagi menjadi empat kategori utama: dampak positif, negatif, yang disadari, dan yang tidak disadari. Dampak positif mencakup peningkatan pemahaman masyarakat tentang pentingnya jalan tol, yang mencegah terjadinya konflik internal maupun eksternal. Namun, dampak negatifnya termasuk penutupan banyak UMKM akibat sepinya pengunjung, yang diperparah oleh Pandemi Covid-19.
ADVERTISEMENT
Contoh konkret dari dampak ini adalah yang dialami oleh UMKM di Pasar Bengkel akibat pembangunan jalan tol Medan Kualanamu-Tebing Tinggi (MKTT). Penelitian oleh Butar Butar dan Rahayu (2023) menunjukkan bahwa meskipun ada peningkatan pemahaman tentang pentingnya jalan tol, banyak UMKM yang tutup karena kurangnya pengunjung. Di sisi ekonomi, meski terdapat inovasi baru dalam pemasaran, banyak UMKM mengalami penurunan pendapatan dan pengurangan tenaga kerja.
Proyek JTTS terus menjadi sorotan publik karena dampaknya yang luas baik secara ekonomi maupun sosial. Pemerintah perlu terus menganalisis kemampuan pendanaan serta risiko dan tantangan yang mungkin dihadapi di masa depan. Evaluasi menyeluruh atas dampak positif dan negatif dari proyek ini sangat penting untuk memastikan bahwa pembangunan ini benar-benar membawa manfaat bagi masyarakat Sumatera. Pertanyaannya adalah, apakah Jalan Tol Trans Sumatera akan membawa dampak positif bagi keberlangsungan hidup dan ekonomi masyarakat di Pulau Sumatera atau sebaliknya?
ADVERTISEMENT
Sebagian besar opini publik melihat proyek JTTS sebagai langkah positif yang sangat diperlukan untuk pemerataan pembangunan di Indonesia. Namun, ada kekhawatiran bahwa dampak sosial negatif, terutama terhadap UMKM, perlu mendapatkan perhatian lebih. Dukungan dan pelatihan bagi UMKM yang terdampak sangat penting agar mereka dapat beradaptasi dan memanfaatkan peluang baru yang dibawa oleh infrastruktur ini. Dengan pendekatan yang holistik dan inklusif, proyek JTTS dapat menjadi simbol kemajuan yang nyata dan merata di seluruh Indonesia.