Rindu

Nona
Manusia susah tidur.
Konten dari Pengguna
6 Januari 2018 20:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nona tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Terkadang aku terlalu terlena dengan hiruk pikuk Ibu Kota. Tenggelam dalam kesibukan—yang entah mengapa, tak bisa kuhentikan. Aku merasa bahwa, tak ada yang lebih penting dari mencari sesuap nasi—gaya hidup, bayar cicilan, dan membayar gengsi yang selangit.
ADVERTISEMENT
Pernah suatu hari aku berpikir, mau kemana hidupku setelah ini? Seperti tidak ada ujungnya. Rasanya ingin keliling dunia saja menggunakan balon udara—seperti Serina.
Oh, ternyata, ada satu obat yang belum kuminum, yaitu, bertemu handai taulan. Anak rantau sepertiku—mungkin sepertimu juga, seperti kita semua—kadang suka lupa dengan keluarga di rumah. Namun bila diingat kembali, aku bekerja untuk apa? Untuk mengurangi beban Ibu dan Ayahku.
Aku rindu.
Rasanya ingin menghela nafas sejenak—barang satu dua hari—untuk pulang ke kampung, lalu memeluk mereka. Tapi kata Ayahku; “tak apa Nak, tak perlu kau memikirkan pulang, kau kan sedang berjuang di Ibu Kota.”
Rindu ini mungkin ku simpan dulu, untuk ku tabung sedikit demi sedikit—agar hatiku tetap terisi penuh oleh mereka.
ADVERTISEMENT
Memang, tak ada yang lebih indah dari rumah sendiri—yang berisi orang-orang tercinta.