Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Asosiasi Alumni MSU di Indonesia Minta Pemerintah Dorong Energi Bersih
2 Februari 2020 2:31 WIB

ADVERTISEMENT
Hangga mendiskusikan mengenai masalah energi dan apa yang perlu dilakukan sebagai Asosiasi untuk bisa menangani isu-isu yang ada
ADVERTISEMENT
SuaraBanyuurip.com - Samian Sasongko
Jakarta - Asosiasi Alumni Michigan State University (MSU) di Indonesia, Indonesian Energy and Environmental Institute (IE2I), dan Rumah Millennials (RM) terus berupaya menggali dan menangani isu-isu berkaitan dengan energi.
Guna mewujudkan upaya tersebut menggelar acara, “The 1st Michigan State University (MSU) Alumni Association in Indonesia Talkshow on Indonesia’s Energy Sector (Past, Present, and Future),” yang dipusatkan di Gedung Sarana Wanajaya, Jalan Ampera Raya NO. 47, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (01/02/2020).
Hadir dalam acara sebagai moderator adalah Mantan Kepala B2TKE BPPT Dr. Lolo M. Panggabean beserta para pembicara-pembicara yaitu Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Dr.Eng. Topan Setiadipura, M.Si., M.Eng. ; Presiden Asosiasi Alumni MSU dan Ketua ESDM RM, Satya Hangga Yudha W.P., B.A. (Hons), MSc ; Researcher-Development Economist IESR, Melina Gabriella A.A, B.A, M.IDEC ; Mantan Dirjen PDASHL KLHK, Dr. Ir. Ida Bagus Putera Parthama, M.Sc. dan Mantan Direktur PDASHL KLHK, Ir. Silver Hutabarat, MS, PhD.
ADVERTISEMENT
Dimana para pembicara yang diundang membahas tentang bagaimana Indonesia dapat meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBTKE), menjaga ketahanan dan keamanan energi, serta mencapai pertumbuhan ekonomi yang sesuai dengan target Pemerintah Indonesia dengan menggunakan energi yang ramah lingkungan.
"Tujuannya acara ini adalah untuk mendiskusikan mengenai masalah-masalah energi dan apa yang perlu kita lakukan sebagai Asosiasi untuk bisa menangani isu-isu tersebut," kata Presiden Asosiasi Alumni MSU dan Ketua ESDM RM, Satya Hangga Yudha W.P., B.A. (Hons), MSc kepada Suarabanyuurip.com.
Pria ramah ini menyebutkan, populasi Indonesia terus meningkat dan otomatis permintaan energi akan selalu naik. Oleh karena itu Pemerinah Indonesia baik itu Legislatif ataupun Eksekutif dan sektor swasta harus memenuhi kebutuhan energi ini.
ADVERTISEMENT
"Untuk sekarang energi baru terbarukan masih mahal dibandingkan energi konvensional dan resikonya masih tinggi. Sedangkan Pemerintah Indonesia dan mayoritas masyarakat Indonesia memprioritaskan harga bukan apakah sumber energi kita berasal dari energi yang ramah lingkungan atau tidak," tandasnya.
Kata Hangga, energi konvensional adalah minyak, gas bumi, dan juga batu bara dan negara kita masih sangat tergantung dengan energi-energi tersebut dimana 88% listrik kita masih berasal dari energi yang konvensional. Kemudian 12% dari energi baru terbarukan.
Sesuai dengan PP NO. 79/2014 tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) target kita itu untuk meningkatkan porsi energi baru terbarukan ke 23% pada tahun 2025, dan 31% pada tahun 2050. Kita juga harus menyadari bahwa kita telah meratifikasi Perjanjian Paris sesuai dengan Undang Undang NO. 16/2016 dan kita sudah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29% pada tahun 2030 atau 41% dengan bantuan internasional.
Hangga dan para moderator foto bersama usai berdiskusi.
ADVERTISEMENT
Di karenakan sektor energi adalah sektor terbesar kedua yang berkontribusi terhadap kenaikkan emisi gas rumah kaca sangat penting untuk menurunkan penggunaan energi konvensional dan mengalih ke energi baru terbarukan.
"Meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan juga dapat menurunkan defisit neraca perdangangan kita," ujarnya.
Potensi energi baru terbarukan kita sangat besar. Geothermal - 25.8 GW, Hidro - 75 GW, Solar - 207.8 GW, Wind - 60.6 GW, Ocean - 60.6 GW, Bioenergi - 32.6 GW. Energi nuklir yang telah ditetapkan sebagai opsi terakhir sesuai dengan PP NO. 79/2014 harus bisa dirubah menjadi viable option.
"Semoga kedepannya Indonesia dapat mencapai 100% rasio elektrifikasi dimana mayoritas berasal dari energi baru terbarukan," harapnya.
Mantan Dirjen PDASHL KLHK, Dr. Ir. Ida Bagus Putera Parthama, M.Sc. mengatakan, masa depan energi Indonesia cerah asal ada political will dan kebijakan kebijakan yang enabling pemanfaatan potensi energi terbarukan, khususnya biomassa. Pengembangan energi biomassa membawa banyak co-benefits: rehabilitasi lahan kritis (mitigasi bencana, mencegah kelangkaan air), menyerap lapangan kerja dan menciptakan peluang bisnis di pedesaan, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
"Indonesia bisa jadi "Timur-Tengahnya" biomass energi. Tidak ada masalah teknologi," kata Ida Bagus Putera Parthama.
Sementara mantan Direktur PDASHL KLHK, Ir. Silver Hutabarat, MS, PhD. menjelaskan, kebutuhan FEW - food, energy, dan water akan semakin meningkat dengan pertambahan penduduk yang cukup tinggi. Tekanan ini akan sangat terasa terhadap kesehatan Daerah Aliran Sungai (DAS) dimana al hutan berada.
Kerusakan hutan mengakibatkan peningkatan emisi GRK dan kerusakan DAS yang dapat berakibat pada kekeringan di waktu kemarau atau kebanjiran waktu musim penghujan. Bio energi sangat memungkinkan untuk dikembangkan di areal hutan yang terdegradasi.
"Sehingga selain memberikan manfaat ekonomi, akan juga merehabilitasi hutan dan memberi dampak positif terhadap kesehatan DAS," pungkasnya.(sam)