Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten Media Partner
Geliat Pertanian Organik Desa Bajo, Semangat Tingkatkan Produktivitas
7 Mei 2019 19:19 WIB
ADVERTISEMENT
PANEN RAYA : Bupati Djoko Nugroho, dan karyawan Pertamina Asset 4 Field Cepu saat melakukan panen raya bersama petani Desa Bajo.
ADVERTISEMENT
SuaraBanyuurip.com - Ahmad Sampurno
Gelora semangat petani Bajo mengembangkan pertanian organik mulai menyebar ke petani konvensional. Perkembangan yang cukup pesat dalam setahun ini diperkirakan akan mencapai kurang lebih hingga 10 hektar lahan tani organik di musim panen ketiga.
BERBEKAL sepatu boots, belasan petani anggota kelompok tani Bina Alam Sri di Desa Bajo, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, membersihkan kotoran ternak di beberapa kandang milik warga belajar. Bau tidak sedap kotoran ternak tersebut tidak melunturkan geliat petani organik untuk menurunkan biaya produksi hingga 48% atau setara Rp 6 juta per hektar. Di hari itu sejumlah 30 karung kompos sudah siap digunakan di lahan pertanian.
Konsep "Organik Untuk Bumi" diyakini kelompok bahwa alam perlu diolah dengan berwawasan lingkungan secara berkelanjutan. Sebuah revolusi hijau tampak sudah mengubah mindset dan perilaku para petani Bajo.
ADVERTISEMENT
Ketua Kelompok Tani Bina Alam Sri, Surat menuturkan, bahwa hasil ikhtiar para petani organik mulai terlihat nyata.
"Sawah yang sebelumnya menggunakan pupuk kimia hanya bisa menghasilkan 7 ton per hektar. Setelah mengenal pertanian organik, kini hasilnya bisa sampai 8-9 ton per hektar," ungkapnya, baru-baru ini.
Sektor pertanian memang diakui merupakan tiang ekonomi Kabupaten Blora yang juga menjadi lumbung pangan di Provinsi Jawa Tengah. Dengan harapan besar seperti itu, kelompok semakin berkembang dan dituntut bergerak cepat.
Surat mengatakan, menjelang musim panen kedua setelah lebaran (Juni 2019) nanti sudah mencapai 4,2 hektar lahan yang digarap organik.
"Progresnya mencapai dua kali lipat. 21 anggota semakin kreatif dan inovatif memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar lingkungan. Karena kebutuhan pupuk disediakan secara mandiri. setiap hektar-nya kira-kira kami membutuhkan 7-10 ton pupuk sebagai pondasi," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Keunggulan dari budidaya padi organik atau lebih dikenal dengan SRI Organik adalah penggunaan air yang lebih hemat, pertumbuhan anakan padi yang menjadi lebih banyak dan sehat, serta tanah yang berubah menjadi gembur dan subur.
"Tertinggi kami sampai 103 anakan/batang, sedangkan kalau sistem konsvensional hanya 25-30 anakan," ungkap Surat.
Setelah setahun menerapkan sistem SRI Organik, ternyata Kelompok Bina Alam Sri membawa dampak peningkatan minat dan niat dari petani yang masih menjalankan sistem konvensional. Nilai potensi sawah organik mulai dilirik oleh 37 calon warga belajar baru.
"Dengan begitu, kami optimis dapat memproduksi hingga 10 hektar lahan sawah organik di tahun ini hingga 2020," ujar Surat.
Lebih dari itu, kelompok juga berharap adanya bantuan pengadaan sapi untuk dipelihara bersama dan kemudian diolah kotorannya menjadi pupuk organik.
ADVERTISEMENT
"Semakin luasnya lahan yang diproduksi, kami juga akan semakin membutuhkan bahan-bahan alami untuk keperluan pupuk organik. Maka kami butuh bantuan dari pemerintah setempat. Tahun ini kami sudah diagendakan mendapat mesin chopper untuk mencacah limbah organiknya dari Pertamina," harap Surat.
Saat panen perdana bulan Januari 2019 lalu, setidaknya 11 orang anggota kelompok dapat menikmati hasil produksi maksimal seluas 2,4 hektar. Bupati Blora Djoko Nugroho yang sempat hadir ke panen perdana berharap ke depan hasilnya bisa ditingkatkan lagi.
Bupati yakin, Blora akan menjadi lumbung padi yang lebih besar dan menyehatkan. Diharapkan, Desa Bajo menjadi rujukan petani dari wilayah lain yang ingin belajar organik.
Dukungan dari pemerintah tentunya sangat dibutuhkan kelompok dalam menerapkan pertanian organik. Pemerintah perlu mempopulerkan produk organik sebagai upaya peningkatan dan pemasaran produk pertanian organik agar bisa bersaing dengan konvensional meskipun harga yang ditawarkan lebih mahal.
ADVERTISEMENT
"Tentunya hidup yang semakin sehat dan bebas dari kimia perlu digalakkan sehingga turut mendukung program perbaikan gizi dan mencegah gizi buruk. Saat ini justru angka gizi buruk di Kecamatan Kedungtuban tertinggi," ujar Bupati Blora.
Gagasan dan terbangunnya kesadaran masyarakat akan pertanian SRI Organik, tidak terlepas dari peran perusahaan Migas yang ada di wilayah tersebut.
Yaitu PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu. Tepatnya proses penggalian potensi Sumber Daya Masyarakat (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) serta penyamaan visi dan misi dimulai sejak 4 Juni 2018 yang dilanjutkan dengan pelatihan pertanian sehat ramah lingkungan berkelanjutan (PSRLB) di bulan berikutnya.
Pendampingan dan monitoring rutin dilakukan setiap bulannya agar kelompok belajar dan tercapai kualitas pemberdayaannya.
ADVERTISEMENT
Cepu Government & PR Staff, Intan Anindita Putri, menjelaskan, bahwa melalui program PSRLB ini Perusahaan ingin beriringan dengan masyarakat sekitar operasi.
"Banyak anggapan pertanian akan sulit hidup di dekat perusahaan Migas. Walaupun berdekatan dengan titik sumur pemboran kami (NKT-01TW), anggapan tersebut terpatahkan dengan keberhasilan panen raya kelompok," ujarnya.
Secara garis besar, kata dia, program PSRLB ini terbagi menjadi tiga bagian yakni budidaya padi organik (SRI organik), sayuran organik, dan pemanfaatan tanaman obat keluarga (toga).
Hartono, pelaku toga, mengatakan, dari beberapa ramuan yang dipelajari terbukti berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit dan membangkitkan stamina.
"Kami mulai menanam tanaman-tanaman berkhasiat obat di pekarangan rumah dan mempraktekannya di desa kami sendiri untuk warga kami sendiri dulu," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 156 orang tercatat pernah berkonsultasi dengan Pak Hartono. Termasuk para pekerja Migas di lapangan yang berdekatan dengan Desa Bajo. Melalui wawancara terungkap bahwa keluhan penyakit terbanyak adalah vertigo dan tanaman yang paling mujarap untuk penyakit tersebut adalah bunga kitolod.
"Banyak yang belum mengetahui kegunaan tanaman tersebut maka dari itu kami berterima kasih kepada Pertamina yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada kami," jelasnya.
Cepu Field Manager, Afwan Daroni, berharap, pemanfaatan kearifan lokal terus dijalankan untuk peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Pihaknya mengapresiasi kegigihan dan keberhasilan kelompok dalam meningkatkan produktivitas padi di Kabupaten Blora.
"Perusahaan akan terus mendukung setahun ke depan untuk penguatan pemberdayaan yang holistik dan terus menyebar manfaat yang besar bagi masyarakat. Kami juga ucapkan terima kasih kepada Pemerintah Desa Bajo dan Kecamatan Kedungtuban, yang telah bersinergi dari awal dalam perencanaan program ini," unkap Afwan Daroni.(ams)
ADVERTISEMENT