Harga Kedelai Melejit, Omset Perajin Tahu dan Tempe Turun 20%

Konten Media Partner
23 Februari 2020 21:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Harga Kedelai Melejit, Omset Perajin Tahu dan Tempe Turun 20%
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
KEDELAI NAIK : Perajin tahu dan tempe di Bojonegoro terpaksa mengecilkan ukuran produksinya karena harga kedelai naik.
ADVERTISEMENT
SuaraBanyuurip.com - Ririn Wedia
Bojonegoro - Harga kedelai di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dalam kurun waktu lima tahun cenderung tidak stabil. Pendapatan perajin tahu dan tempe menurun hingga 20%.
"Sejak tahun 2014, 2016, 2018, dan sekarang, harganya naik turun terus. Kenaikan harga kedelai impor dipengaruhi naiknya nilai tukar dolar Amerika Serikat," kata Ketua Paguyuban Perajin Tahu dan Tempe Kabupaten Bojonegoro, Arifin, Minggu (23/2/2020).
Disebutkan, pada tahun 2014, harga kedelai lokal yang semula Rp 6.200 per kilogram naik menjadi Rp 6.600 per kilogram. Kemudian tahun 2015, naik sampai Rp7200 per kilogram, dan naik lagi hingga Rp8.200 per kilogram pada 2016.
Pada tahun 2018, harga kedelai kembali turun hingga Rp7.200 per kilogram, dan turun lagi pada tahun 2019 menjadi Rp 6.350 per kilogram. Namun tahun 2020 kembali naik lagi hingga Rp7.200 per kilogram.
ADVERTISEMENT
"Kedelai selama ini menjadi bahan baku utama perajin dalam membuat tahu," tandasnya.
Menurut dia, perajin tahu dan tempe yang menjadi anggotanya berjumlah sekitar 150 perajin yang berada Desa Ledokkulon, Kecamatan Kota. Merema tidak berani menaikkan harga jual kepada konsumen, meskipun harga kedelai naik.
"Jalan satu-satunya dengan mengecilkan porsi," tukasnya.
Meski demikian, tingkat penjualan produksi tahu di daerahnya masih tetap stabil. Dia mencontohkan, dirinya setiap harinya menjual tahu bahan kedelai 1,5 kuintal mencapai 25 kilogram per hari. (rien)