Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Mewartakan Cerita Lewat Feature Ala National Geographic
7 Desember 2018 10:40 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
SuaraBanyuurip.com - Ali Imron
Pimred Natgeo, Didi Kasim.
Semarang- Pimred National Geographic Indonesia, Didi Kaspi Kasim membagikan pengalamannya kepada jurnalis Tuban-Bojonegoro dalam kegiatan edukasi media & Gathering 2018 PT Pertamina EP Asset 4 Sukowati Field dalam mewartakan cerita lewat feature. Semua itu berawal dari perjalanan, karena merupakan sebuah proses pembelajaran, pendewasaan diri, dan mencari sesuatu.
ADVERTISEMENT
"Banyak hal yang ditemukan setiap kali perjalanan," ujar Didi, kepada suarabanyuurip.com, Jumat (7/12/2018).
Pria kelahiran Medan ini menjelaskan, sesuatu yang menjadi roh perjalanan kita, bukan sekedar cerita tentang tempat-tempat yang kita kunjungi. Warga sekitar yang memberikan nyawa pada tempat itu.
Disaat perjalanan bukan sekedar melihat kehidupan di lokasi baru, tetapi juga mengambil refleksi dari kisah hidup dengan mata yang baru. Perjalanan merupakan proses refleksi, begitu juga menulis perjalanan destinasi bukan segala-galanya.
"Feature cara penulisan berita dengan gaya berkisah atau bertutur," terangnya.
Feature juga merupakan artikel kreatif kadang subjektif. Tujuannya memberi informasi kepada masyarakat tentang suatu kejadian, keadaan, atau aspek kehidupan.
Adapun struktur narasinya berbeda dengan berita. Dimana berita strukturnya piramida terbalik mulai judul berita, lead, penting, agak penting, dan kurang penting. Untuk feature strukturnya lead, perangkai, tubuh, dan penutup.
ADVERTISEMENT
"Untuk 5W 1H, Who (menjadi karakter), what (menjadi plot), when (menjadi kronologi), why (menjadi motif), where (menjadi setting), dan how (menjadi narasi)," bebernya.
Adapun diskripsi feature itu penuh warna, karena tidak selugas berita umumnya. Memberikan diskripsi karakter, waktu, dan tempat secara detail sehingga membangkitkan selera pembaca. Lebih berwarna-warni ketika menangkap perasaan dan suasana dari sebuah peristiwa.
Karakter dari cerita, pertama harus berkaitan erat cerita itu. Kuat dalam menampilkan kontras dalam cerita. Tak kalah pentingnya, bisa membantu pembaca untuk memahami permasalahan.
Untuk plot feature dimulai alur cerita bak film atau novel. Kita bisa menyusun dramatisasi cerita. Kisah feature bukanlah kisah fiksi tapi semua adalah fakta.
"Feature juga mengandung unsur kreatif, karena gaya bertuturnya dikemas berupa cerita. Kita adalah si penutur cerita. Selalu inovatif dalam menentukan sudut pandang dan penyusunan cerita," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Ada pula pesan informatif yang disampaikan, karena kisah feature bisa menghibur dan memunculkan empati, namun tidak meninggalkan unsur informatifnya. Selepas menyimak, pembaca memiliki pengetahuan yang bertambah.
Tulisan feature juga mampu menarik minat insani. Artinya mampu menggerakkan sisi dasar kemanusiaan dari sedih sampai bahagia, malas sampai bergairah, antipati sampai simpati, dan pesimis sampai optimis.
"Contoh judul feature Dunia Sunyi Para Pencari Jati Diri. Dengan lead mereka adalah anak-anak dalam dunianya sendiri, yang hanya tak mengerti bagaimana cara mengungkapkan pikiran mereka," terangnya.
Judul yang menarik adalah judul yang "provokatif" di luar kebiasaan, tetapi juga yang dapat mewakili isi. Mudah dipahami dan tidak terlalu panjang, juga bukan berarti pendek. Adapun leadnya jangan obral kata-kata terlalu panjang, karena akan mengurangi efektivitas lead itu sendiri. Ibarat kaldu rasanya akan hambar bila dicampur air terlalu banyak.
ADVERTISEMENT
"Judul lain yang tak kalah menggelitik yaitu, Terbenam Murka Sang Ancala. Leadnya usai menebarkan petaka nan sempurna pada dua abad silam, kini Gunung Tambora menebarkan kisahnya untuk kita," pungkasnya. (Aim)