Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
Konten Media Partner
Pembangunan Terminal LPG di Tuban Alami Jalan Terjal
4 Juli 2018 17:42 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
SuaraBanyuurip.com - Ali Imron

TOLAK PENGEMBANGAN DEPO PERTAMINA : Musdes Remen bersama warga berjalan lancar dan dijaga aparat TNI, Polri.(foto/Ali Imron)
ADVERTISEMENT
Tuban - Rencana pembangunan Terminal Elpiji (Liquefied Petroleum Gas/LPG) refrigated di Desa Remen, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, mulai mengalami jalan terjal. Musyawarah Desa (Musdes) Remen menyepakati, bahwa warga bersama kepala desa (Kades) sepakat menolak proyek yang membutuhkan lahan sekira 60 hektare itu.
"Apapun alasannya warga menolak pengembangan depo Pertamina di Remen," ujar warga Desa Remen, Rusdiono, kepada suarabanyuurip.com, usai Musdes di Balai Desa Remen, Rabu (4/7/2018).
Sekalipun proyek gas ini menggunakan lahan Pertamina, namun warga masih khawatir jika terjadi kegagalan industri. Sudah barang tentu warga terdekat yang akan terdampak lebih dulu.
Sebagai warga yang mayoritas petani, pihaknya tidak menolak adanya investasi. Kendati demikian, beberapa perusahaan padat modal di Kecamatan Jenu dirasa tak pernah berpihak pada warga.
ADVERTISEMENT
"Soal pengalaman kami sudah banyak makan asam pahitnya hidup di sekitar industri," jelasnya.
Mulai dari berdirinya Kilang Minyak PT Trans Pasific Petrochemical Indotama (TPPI), Terminal BBM Tuban, maupun PLTU Tanjung Awa-awar. Pengalaman pahit inilah, yang menjadikan warga lebih memilih hidup dari hasil pertanian.
Usai melalui berbagai pertimbangan, akhirnya Kades Remen, Eko Prasetyo, membuat surat pernyataan dihadapan warganya. Isinya penolakan pembangunan Terminal LPG di wilayahnya. Pernyataan tersebut juga dilampiri nama-nama warga yang juga tidak setuju adanya pabrik gas.
"Kalau warga inginnya menolak saya tidak bisa apa-apa," sergah Kades Eko.
Mendengar penolakan Terminal LPG yang diputuskan dalam Musdes Remen, Unit Manager Communication & CSR Pertamina MOR V Jatim Balinus, Rifky Rahman Yusuf, langsung berkoordinasi dengan tim internalnya. Apapun hasilnya akan disampaikan ke media Suarabanyuurip.com.
ADVERTISEMENT
"Kami masih mengumpulkan informasi alasan penolakan dasarnya apa," sergah pria ramah ini.
Sebagai perusahaan plat merah, pihaknya akan mencari solusi yang terbaik. Sekaligus memberikan jaminan, bahwa keberadaan pabrik gas di sebelah timur Kilang Minyak TPPI bermanfaat bagi lingkungan.
Sebatas diketahui, Pertamina akhirnya memutuskan untuk membangun terminal elpiji di Tuban. Keputusan ini diambil karena tidak ada satu pun peserta lelang yang memenuhi syarat.
Direktorat Pemasaran Korporat Pertamina, Muchamad Iskandar, mengatakan, sebenarnya perusahaan sudah membuka tender untuk pembangunan terminal LPG refrigated di Jawa Timur. Awalnya, memang pembangunan terminal LPG ini menggunakan skema penyerahan aset (Build Operate Transfer/BOT).
Dengan skema itu, ada pihak yang menyediakan lahan untuk didirikan bangunan oleh pihak lain dalam jangka waktu yang disepakati. Setelah kontrak berakhir, maka lahan dan bangunan berikut fasilitas diserahkan kembali. Saat ini, proyek itu sudah masuk tahap tender pengerjaan konstruksi dan perekayasaan (Engineering, Procurement, and Construction/EPC). (Aim)
ADVERTISEMENT