Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.3
Konten Media Partner
Penambang Enggan, Pertamina Ekonomis Gunakan Otobail
12 Januari 2019 4:40 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB
ADVERTISEMENT
SuaraBanyuurip.com - Ahmad Sampurno

RAMAH LINGKUNGAN : Sumur existing Pertamina gunakan Otobail, teknologi baru ini juga mampu meningkatkan produksi signifikan.
ADVERTISEMENT
Blora - Penambang sumur minyak tua di lapangan Ledok, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, enggan menerima teknologi baru (red,Otobail). Ada beberapa sebab yang membuat penambang enggan beralih ke teknologi Otobail.
Cara kerjanya mirip dengan cara tradisional. Hanya saja, otobail lebih otomatis. Menimba naik turun menggunakan timba dalam slubung (Pipa mirip cerobong) ditarik kabel kuat menggunakan tenaga penggerak listrik dengan satu operator.
Masih terdapat ceceran minyak di sekitar sumur. Lebih dari itu, ongkosnya pun lebih tinggi, dan penambang tidak bisa mengetahui jika ada tanda-tanda kendala saat menimba.
"Kalau penambang disuruh meniru seperti ini, ya berat. Untuk sewanya saja sampai Rp1 juta," ujar Juriyanto, penjaga sumur LDK 177 kepada suarabanyuurip.com, Selasa 9 Januari 2019 sore.
ADVERTISEMENT
Saat itu, sumur existing Pertamina tengah istirahat operasi. Sebab, diberlakukan dua sift untuk operasi angkat minyak menggunakan Otobail. Sift pertama pukul 17.00 WIB sampai pukul 23.00 WIB. Sift ke dua, mulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB.
"Disini termasuk sumur kering. Jadi kalau dikerjakan dengan pompa unit (pompa angguk), beresiko kerusakan pada pompa. Karena pasir ikut terangkat, sehingga pompa bisa stag," jelasnya.
Otobail memang ramah lingkungan karena tidak mengalir ke kali. Hanya saja, masih terdapat ceceran minyak di sekitar lubang sumur.
Sementara rekanan Pertamina EP, PT Usaha Soemoer Toea, mengklaim bahwa pihak Pertamina Asset 4 Field Cepu bukan pertama kalinya menggunakan teknologi Otobail.
"Pada tahun 2016 digunakan di Lapangan Banyuasin, Metes dan Lapangan Kedinding," ungkap Perwakilan PT Usaha Soemoer Toea, Andaru, kepada Suarabanyuurip.com, Jumat (11/1/2019).
ADVERTISEMENT
Bahkan di wilayah pertambangan lain juga pernah menggunakan teknologi itu. Seperti di Asset 1, Asset 2, dan di Petrochina. Jika operasi dengan otobail dianggap penambang kurang safety, tapi pihak Pertamina mengizinkan.
"Alat ini dibuat karena dulunya kami juga penambang tradisional, Mas. Otobail lebih murah sewanya dan tidak butuh alat berat untuk remote ataupun service," ungkapnya.
Terkait masih banyaknya ceceran minyak di sekitar sumur, dirinya mengaku masih melakukan usaha meminimalisir. "Ini yang sedang kami minamilisir," tandasnya.
Terpisah Humas Pertamina EP Asset 4 Field Cepu, Intan Anindita Putri, menampik jika pihaknya menyarankan penambang untuk meniru sistem otobail.
"Intinya dari Pertamina tidak pernah meminta penambang untuk meniru otobail," kata Intan.
Tahun ini Field Cepu memang akan melakukan evaluasi terkait kerja sama tersebut. "Jika memang terbukti ada ceceran, maka akan diperbaharui kontraknya," ungkap wanita berkulit putih ini..
ADVERTISEMENT
Terkait lingkungan, dirinya berharap semua pihak turut menjaga agar tercipta operasi yang ramah lingkungan. Semenjak menggunakan Otobail tidak dipungkiri adanya perkembangan produksi cukup signifikan dibanding menggunakan pumping (pipa angguk).
"Dari 1.42 BOPD di januari 2018 menjadi 58.23 BOPD di akhir tahun 2018," tuturnya.
Menurutnya, menggunakan Otobail lebih ekonomis dibanding menggunakan pumping. Karena stock pumping unit tidak ada dan beberapa sumur tidak dialiri listrik.
"Selain itu, lebih sederhana mudah dilakukan bongkar pasang," pungkas Intan.(ams)
Bursa Efek Indonesia (BEI) membekukan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS). Hal ini dipicu oleh penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 5,02% ke 6.146.