Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
BUTUH BANTUAN MODAL : Puji Susanto saat menunjukkan hasil usahanya produksi keripik tempe yang siap jual.
ADVERTISEMENT
SuaraBanyuurip.com - Ririn Wedia
Berangkat dari coba-coba, sejak tahun 2013 Puji Susanto, warga Desa Ngampel, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, terus berupaya mengembangkan usahanya memproduksi keripik tempe. Meski warga ring satu Blok Tuban tersebut hingga saat ini belum mendapatkan perhatian dari pihak Pemkab Bojonegoro maupun operator lapangan Sukowati, Blok Tuban.
Keberadaan industri minyak dan gas bumi (Migas), salah satunya Lapangan Sukowati, Blok Tuban, di Desa Ngampel, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi warga disekitar operasi.
Selain keterlibatan tenaga kerja lokal, juga memperhatikan pengusaha rumahan demi meningkatkan perekonomian warga ring satu khususnya, dan umumnya masyarakat Bojonegoro. Seperti usaha rumahan keripik tempe yang ditekuni oleh Puji Susanto (35) warga Desa Ngampel yang perlu diperhatikan untuk bisa berkembang dengan baik dan beredar luas.
ADVERTISEMENT
"Saya mulai usaha keripik tempe sejak tahun 2013 lalu bersama istri," kata Puji Susanto, kepada Suarabanyuurip.com, Rabu (1/5/2019).
Berawal dari coba-coba memproduksi keripik tempe saat mendapatkan oleh-oleh saudaranya dari Malang. Ternyata dapat menarik perhatian masyarakat sekitar dengan label keripik tempe "Lek Ja'im" ini, mampu meraup laba setiap harinya Rp150.000 sampai Rp200.000.
"Ada pekerja migas dari Pad B yang beli ditempat saya untuk dibuat oleh-oleh, mereka banyak dari luar Bojonegoro," tukasnya.
Pria berambut ikal ini mengaku, akan terus berupaya pantang menyerah dalam mengembangkan usahanya meski sampai saat ini belum mendapatkan bantuan modal untuk menambah peralatan seperti alat pres, dan pelatihan berupa pengemasan produk dari Pemkab Bojonegoro.
"Saya terus berusaha untuk mendapatkan inovasi agar dagangan keripik tempe ini bisa berkembang meluas," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Pada pertengahan 2014 silam, pernah dikunjungi oleh operator Migas waktu itu oleh Joint Operating Body Pertamina PetrochinaEast Java (JOB PPEJ) dengan alasan survei. Namun, usai diambil foto dan dimintai keterangan asal mula membuka usaha, sampai kontrak JOB PPEJ habis pada 2018 lalu, tidak ada tindak lanjut sama sekali.
"Saya kira waktu difoto dapat bantuan, ternyata hanya disurvei saja," ujar pria yang bekerja di Pemerintahan Desa setempat.
Saat ini, para peminat keripik tempe miliknya masih satu desa dan sekitarnya. Belum menjangkau supermarket atau daerah lain. Kebanyakan, langganan keripik tempe Lek Jaim dibuat oleh-oleh atau sekedar camilan di rumah. Dia berharap, keripik tempe buatannya bisa rambah daerah lain.
"Kalau ramai itu masuk bulan ramadhan atau lebaran, produksinya bisa dua kali lipat dari hari biasa," kata pria berperawakan kurus ini.
ADVERTISEMENT
Untuk memproduksi keripik tempe setiap harinya, membutuhkan kacang kedelai 10 Kilogram untuk dijadikan tempe setengah jadi atau saat baru ditaburi ragi. Kedelai setengah jadi itu, kemudian diwadahi plastik dengan bentuk bulat memanjang berukuran 60 centimeter.
"Kemudian dipotong bulat tipis, lalu dicampur air berbumbu setelah itu baru digoreng," imbuhnya.
Untuk kemasan, Puji mengaku membuat sesuai pesanan. Mulai kemasan berisi 1 Kg, 1/2 Kg, 1/4 Kg, sampai 10 bijian yang diwadahi plastik kecil-kecil. Harganya pun menyesuaikan ukuran. Dari harga Rp25.000 sampai Rp1000.
"Alhamdulilah, bisa menambah masukan agar dapur tetap mengepul," ujarnya.
Terpisah, Kepala Dinas Perdagangan, Agus Hariana, mengaku, telah mensosialisasikan Kartu Pedagang Produktif (KPP) bagi para pelaku IKM di seluruh desa. Pihaknya menargetkan 5000 pedagang di Bojonegoro bisa mendapatkan manfaat dari KPP.
ADVERTISEMENT
"Data yang masuk ada ratusan pedagang, pastinya saya lupa," tukasnya.
Dia mengatakan, sebelum pedagang menerima KPP, para pedagang harus mendaftar sesuai form yang disediakan Pemkab. Setelah mendaftar, lanjut dia, tim dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro bakal memverifikasi administrasi dan mengecek fisik bentuk dagang para pedagang.
"Setelah verifikasi dan dinyatakan layak, maka akan diberikan KPP," ujarnya menjelaskan.
Artinya, para pedagang yang mendaftar akan diverifikasi. Meski demikian, Pemkab Bojonegoro menjamin akses kemudahan daftar bagi para pedagang.
"Karena memang program ini untuk memberdayakan usaha mikro," ucapnya.
Sementara, akses permodalan yang bisa diakses para pedagang kurang lebih sebanyak Rp25 juta dengan bunga ringan 0,5 persen perbulan.
"Kami berharap KPP ini digunakan sebaik mungkin dalam mengembangkan usaha para pedagang," harapnya.
ADVERTISEMENT
Sementara Public and Relations Pertamina EP Asset 4 Sukowati Field, Angga Arya, mengungkapkan, semenjak dilakukan alih kelola dengan JOB P-PEJ 2018 lalu, pihaknya telah melakukan pemetaan ulang untuk program pengembangan masyarakat (PPM) di sekitar operasi.
"Termasuk, bagi wirausahawan yang kini mulai berkembang seperti keripik tempe di Desa Ngampel," ujarnya.
Pihaknya menyatakan, untuk memberikan program kepada masyarakat, Pertamina EP Asset 4 Sukowati Field, tidak bisa melakukan secara perorangan melainkan harus berkelompok. Sehingga, bantuan yang diberikan dieprtanggungjawabkan melalui masing-masing kelompok.
"Kita pasti berikan program pengembangan bagi pelaku usaha, tapi memang harus secara kelompok," pungkasnya.
Live Update