Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner
Sepi Peminat, Rest Area Tuban Disetting Ulang
20 Februari 2018 21:42 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
ADVERTISEMENT
SuaraBanyuurip.com - Ali Imron
Tuban- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban, Jawa Timur, bakal mensetting ulang dan melakukan pembenahan menajemen secara menyeluruh terhadap kawasan Rest Area di tepi jalan nasional pada tahun 2018 ini.
ADVERTISEMENT
Pembenahan ini dikarenakan kawasan yang menempati bekas terminal Tuban, itu sekarang kondisinya sepi.
"Kami tak puas desain lama," ujar Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Tuban, Agus Wijaya, kepadasuarabanyuurip.com di kantornya beberapa waktu lalu, Selasa (6/2/2018).
Agus menegaskan, perombakan total kawasan tersebut akan menggunakan Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD). Apabila tidak memungkinkan, Pemkab akan mencari dana di Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Karena di Kementerian banyak anggaran untuk pengembangan, marketing, maupun kemasan UKM di Bumi Wali (sebutan lain Tuban). Informasi tersebut hasil dari kunjungan ke kementerian beberapa waktu lalu.
"Banyak yang harus disetting ulang mulai musholla, toilet, dan pengelolaan kulinernya," beber mantan Kabag Humas dan Protokol Setda Tuban itu.
ADVERTISEMENT
Setting ulang bangunan fisik tidak harus membongkar. Cukup direnovasi supaya lebih memikat pengunjung lokal, maupun luar daerah. Mirisnya, selama ini doom dianggap pengunjung sebagai tempat ibadah.
"Ketidaknyamanan inilah yang sedang kami tangani," janji mantan Camat Montong itu.
Faktor sepinya Rest Area berikutnya adalah manajemen kuliner yang masih konvensional. Selain itu tidak didukung perilaku yang baik dari penjual.
Untuk itu, Agus akan mengadopsi manejemen kuliner cafe di Tuban yang dikelola perorangan dan lebih ramai. Harapannya Rest Area yang didukung fasilitas dan lokasi strategis lebih semarak.
Agus yang dipercaya menahkodai Diskoperindag pada pertengahan 2017 lalu, mengaku masih terikat dengan kontrak lama pedagang. Kebetulan Bulan Maret 2018 ini sewanya habis, sehingga dapat mengoptimalkan setting ulang.
ADVERTISEMENT
"Kami sedang mencari investor atau EO untuk meramaikan kulinernya," jelasnya.
Jenis makanan di Rest Area juga harus berbeda dari sebelumnya. Masalah ini kerap dikeluhkan pengunjung karena antar pedagang terkesan berebut.
"Berbeda dengan konsep cafe, dimana meja kursi milik bersama," memberi perbandingan.
Penambahan pos keamanan juga masuk dalam rencana. Bukan sekedar pos, tapi sebuah bangunan representatif yang disinergikan dengan kepolisian, Muspika Jenu, dan babinsa setempat.
"Jika ada preman atau kehilangan mudah melapor," harap Agus.
Ditambah pula, pos kesehatan, sudut baca, dan taman bermain anak. Upaya ini meambah kenyamanan orang tua ketika istirahat, dan buah hatinya bisa bermain. Sekaligus mendukung keinginan Bupati, supaya Tuban ramah anak.
Kebutuhan kesenian juga akan diakomodir, misalnya panggung pentas musik Koes Plus. Untuk meramaikannya, Diskoperindag akan bersinergi dengan pemuda dan sekolah.
ADVERTISEMENT
Salah satu pengunjung asal Kabupaten Lamongan, Rif’an, berharap Pemkab serius mengelola Rest Area. Sangat disayangkan jika view pantai tidak dimanfaatkan untuk swafoto. Di samping itu, membuat standart harga makanan karena masih mahal.
"Harga makanannya masih mahal," sergahnya.
Untuk diketahui, jumlah pendapatan di Rest Area selama 2017 belum dipegang oleh Diskoperindag. Selain pemberdayaan pedagang, juga banyak produk UKM yang dipromosikan di dalam lokasi ini. (aim)