Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
![Tak Tergiur Proyek JTB, Pilih Produksi Pakan Ternak](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1579143158/iqmlxhfomfgw7sulfa8j.jpg)
ADVERTISEMENT
KREATIF : Pekerja pencampur bahan konsentrat sedang sibuk menjahit karung yang telah terisi konsentrat.
ADVERTISEMENT
SuaraBanyuurip.com - Samian Sasongko
Bojonegoro - Tak semua warga desa sekitar proyek Gas Jambaran-Tiung Biru (JTB) ingin terlibat di proyek yang dioperatori Pertamina Eksplorasi dan Produksi Cepu (PEPC). Ada juga yang tak tergiur dan milih berdiri dikaki sendiri dengan membuka peluang usaha kemandirian memproduksi pakan ternak. Warga Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Muhammad Ali, misalnya.
Warga ring satu proyek Gas JTB ini menuturkan, dipilihnya mengeluti usaha produksi pakan ternak konsentrat ini untuk proses jangka panjang. Meski usaha yang dilakukan butuh waktu tidak singkat. Sedangkan untuk pekerjaan di proyek Gas JTB hanya bersifat jangka pendek.
"Mulai produksi konsentrat sejak awal bulan Januari 2020 ini," kata Muhammad Ali, kepada Suarabanyuurip.com, Rabu (15/01/2020).
ADVERTISEMENT
Pria ramah ini menjelaskan, dalam pemrosesan menggunakan peralatan lengkap, dengan melibatkan dua orang tenaga kerja untuk mencampur bahan yang telah disediakan. Yakni slamper, jagung, janggel atau jonggol jagung, bungkil kopra atau limbah minyak goreng pabrikan, dan bungkil inti sawit.
"Untuk mendapat bahan bungkil kopra dan bungkil sawit belinya dari Boyolali, Jawa Tengah, yang dikirim langsung oleh penjualnya," kata Ali yang juga sebagai ketua kelompok ternak sapi Ustan Mandiri.
Tumpukan konsentrat di rumah Muhammad Ali.
Dalam sehari mampu memproduksi atau mengolah satu ton konsentrat. Dengan modal yang dikeluarkan untuk beli bahan dan upah tenaga kerja kurang lebih sebesar Rp2, 2 juta. Proses pencampuran bahan dalam satu kuintal hanya butuh waktu 15 menit karena menggunakan mesin mixer, dan tidak menggunakan air sehingga langsung kering. Setelah jadi, konsentrat bisa ditimbun selama empat bulan dan bahkan lebih karena tidak dalam kondisi basah.
ADVERTISEMENT
"Insya Allah tidak akan jamuran meski dalam karung. Asalkan tidak kena air selama ditimbun. Sedangkan untuk peralatan di support dinas peternakan dengan program kemandirian pakan ternak," ujarnya.
Sementara untuk penjualan saat ini masih dipeternak lokal Bojonegoro, dan belum ke luar kota. Dengan harga satu sak seberat 30 kilo gram sebesar Rp72.000.
"Rencana juga ada kelompok ternak dari Lamongan, Jawa Timur, yang mau beli tapi masih dalam proses perundingan," tuturnya.
Mantan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dolokgede tersebut menambahkan, sebelum bisa memproses pakan ternak telah melakukan studi banding diberbagai tempat untuk menimba ilmu. Mulai di peternak Jogja hingga mendapat beasiswa studi di Australia.
"Alhamdulillah hasilnya bisa buat mencukupi kebutuhan hidup, selain dari hasil penjualan ternak sapi. Semua itu saya syukuri saja berapapun hasilnya," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu tenaga kerja, Tarno mengaku, senang bisa menjadi tenaga pencampur bahan konsentrat untuk pakan ternak. Karena selain mendapatkan hasil dari bertani juga mendapat masukan dari sektor lain. Tak kalah pentingnya juga mendapatkan ilmu secara langsung dalam budidaya ternak.
"Pengalaman berharga bagi saya, karena tidak hanya mendapatkan teori saja tapi langsung praktek," sambung Tarno yang juga warga Dolokgede.(sam)