Konten Media Partner

Wasi, Peternak Murai Lapangan Banyu Urip : Dari Hobi Datangkan Rezeki

31 Januari 2020 12:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wasi, Peternak Murai Lapangan Banyu Urip : Dari Hobi Datangkan Rezeki
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
MENGUNTUNGKAN : Kandang Murai Batu milik Wasi, warga ring satu Lapangan Minyak Banyu Urip, Blok Cepu.
ADVERTISEMENT
SuaraBanyuurip.com - d suko nugroho
Bojonegoro - Hobi jika ditekuni bisa mendatangkan rezeki. Seperti yang dilakukan Wasi (45), warga RT 001, RW 001 Dusun Samben, Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Sejak 2006 lalu, Wasi mencoba peruntungan beternak Muari Batu jenis Medan. Awalnya ia hanya memiliki sepasang indukan burung berwarna hitam coklat berekor panjang.
Sepasang murai dibuatkan kandang berukuran 130 cm x130 cm dengan tinggi 250 cm agar bisa bertelor dan beranak. Tak lama kemudian berung tersebut bertelor dan dalam jangka waktu dua minggu sudah menetas.
Harga burung bersuara merdu-Murai Batu Medan- ini cukup lumayan dan stabil di pasaran. Untuk usia 12 hari seharga Rp 700.000 per ekor. Sedangkan jika sudah mandiri ( makan sendiri) atau berusia 2 bulan sepasang bisa sampai Rp2,5 juta.
ADVERTISEMENT
Penjualan burung Murai Batu Medan cukup mudah karena banyak peminatnya. Selain dibeli pengepul lokalan Bojonegoro, ada juga pemesan dari luar daerah seperti Jakarta, Semarang, Malang, Surabaya, dan Madura.
"Awalnya hanya hobi. Ternyata banyak peminatnya," ujar Wasi kepada suarabanyuurip.com, Jumat (31/1/2020).
Warga yang tinggal di ring satu Lapangan Minyak Banyu Urip, Blok Cepu, itu kemudian menambah jumlah indukan. Dengan modal Rp juta, Wasi membeli 13 pasang Murai Medan dan membuat kandandang baru di samping rumahnya.
"Untuk sepasang Murai saya beli seharga Rp 7 juta," ucapnya.
Wasi begitu telaten merawat burung peliharaannya. Dibantu istri dan anaknya, setiap pagi dan siang setiap kandang diberi jangkrik 20 ekor, dan satu sendok kroto.
Ketelatenan Guru sebuah Madrasah Ibtida'iyah (MI) di Dusun Petak Desa Beged, Kecamatan Gayam, itu membuahkan hasil. Setiap sepasang Murai Batu yang dipelihara bisa menetaskan anak 3 sampai 5 ekor.
ADVERTISEMENT
Anakan Murai dipanen ketika sudah berumur seminggu. Kemudian melolohnya dengan kroto dan pur SKM dicampur air dibuat seperti bubur. Meloloh ini dilakukan setiap 1 jam sampai burung mandiri.
Dari usaha beternak Murai, Wasi mengaku bisa memperoleh pendapatan kotor hingga Rp10 juta setiap bulannya.
"Itu belum dipotong untuk beli pakan Rp1,5 juta setiap bulan. Kalau dihitung bersihnya ya sekitar 8 juta setiap bulan," tutur bapak dua anak itu.
Wasi berencana akan menambah lagi jumlah indukan murai. Selain sebagai persiapan setelah purna tugas, juga bisa membuka peluang kerja bagi warga sekitar.
"Harapan saya kedepan seperti itu. Karena keuntungannya banyak," pungkasnya.(suko)