Konten dari Pengguna

Tantangan Gen Z dan Milenial Indonesia Melawan Fenomena 'Let it Rot'

Subash Raj Ganesan
Mahasiswa Marketing Communication Universitas Bina Nusantara
8 November 2022 18:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Subash Raj Ganesan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi - Fenomena 'bai lan' | Foto: pinterastudio (pixabay) | Sumber: https://pixabay.com/image/id-6181380/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi - Fenomena 'bai lan' | Foto: pinterastudio (pixabay) | Sumber: https://pixabay.com/image/id-6181380/
ADVERTISEMENT
Sejak awal tahun 2022, remaja di Cina sedang mengalami fenomena yang sekarang dikenal 'bai lan' atau 'let it rot'. Fenomena ini merupakan keputusasaan anak-anak muda disana untuk melawan ketidakseimbangan penghasilan. Fenomena ini bukanlah suatu hal yang baru, karena pada tahun-tahun sebelumnya, terdapat gerakan 'tang ping' atau 'lying flat', di mana kelompok gen-z dan milenial negara Cina menolak persaingan ketat dan memutuskan hidup secara sederhana. Fenomena 'bai lan' jauh lebih ekstrem apabila dibandingkan dengan 'tang ping', karena dalam fenomena 'bai lan', remaja di Negeri Tirai Bambu itu tidak mengeluarkan usaha untuk memperbaiki situasinya.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini terjadi akibat beberapa hal. Pertama, karena tingginya tingkat pengangguran yang kemudian mematahkan semangat para pekerja-pekerja muda. Tercatat bahwa pada bulan Mei, tingkat pengangguran gen-z Cina hampir mencapai 18.4%, yang merupakan tertinggi pada sejarahnya (Nababan, 2022). Virus COVID-19 yang mengakibatkan negara untuk lockdown mempunyai peran yang besar dalam menghentikan pertumbuhan ekonomi Cina, yang kemudian menyebabkan banyaknya pengangguran. Kedua, bahwa adanya ketidakseimbangan penghasilan untuk para pekerja. Cina adalah salah satu negara yang mempunyai tingkat ketidakseimbangan penghasilan yang paling tinggi dalam dunia. Anak-anak muda di Cina, terutama gen-z dan kaum milenial yang kerap melakukan overwork tetap mendapat penghasilan yang pas-pasan.
Kondisi-kondisi tersebut adalah faktor utama mengapa anak-anak muda negeri Tirai Bambu putus asa dengan situasi mereka. Mereka merasa bahwa jika kondisi negara mereka sangat tidak menguntungkan, maka tidak ada gunanya untuk terus berjuang. Sementara itu, Indonesia adalah negara yang mempunyai banyak anak muda, atau yang kerap disebut gen-z dan juga milenial, sehingga banyak pelajaran yang dapat dipetik dari peristiwa ‘bai lan’, dalam upaya menghindari kejadian tersebut dalam tanah air.
ADVERTISEMENT
Mensyukuri apa adanya
Bersyukur memang terkesan mudah, namun faktanya, untuk melakukan hal tersebut sangatlah sulit, terlebih lagi dalam situasi yang buruk. Hal sederhana ini mempunyai peran yang penting dalam fenomena 'bai lan'. Gen-z dan kaum milenial di Cina yang sudah putus asa dan memutuskan untuk tidak mengeluarkan usaha untuk bekerja karena tidak mensyukuri kondisi mereka itu. Jika dibandingkan dengan kondisi-kondisi warga negara lain seperti Afganistan dengan adanya Taliban, dan juga Korea Utara, gen-z dan kaum milenial di Cina mempunyai kehidupan yang jauh lebih baik. Seandainya gen-z dan kaum milenial di Cina mensyukuri hal-hal baik dalam hidup mereka, maka fenomena ini dapat dihindarkan.
Oleh karena itu, sangat penting untuk seluruh warga Indonesia, terutama gen-z dan juga kaum milenial, untuk selalu mempunyai rasa syukur, bahkan dalam masa-masa yang sulit. Dalam dunia ini, terdapat orang lain yang mengalami situasi yang lebih buruk. Dengan adanya rasa syukur ini, terdapat rasa berterima kasih atas apa pun yang kita miliki, walaupun dalam situasi yang sulit.
ADVERTISEMENT
Sikap pantang menyerah
Pantang menyerah adalah salah satu sifat penting yang seharusnya dimiliki semua orang. Dalam kehidupan, seseorang tidak dapat lari dari masalah atau cobaan. Hal ini dikarenakan fakta bahwa kita adalah manusia, yang sering sekali melakukan kesalahan. Ketika kita terjebak dalam masalah-masalah kita, sering sekali kita memilih untuk melarikan diri dari permasalahannya. Sama halnya dengan gen-z dan kaum milenial di Cina yang melarikan diri dari masalah-masalah mereka. Gen-z dan kaum milenial di negara tersebut yang belum mendapatkan pekerjaan putus asa dan tidak mencoba lagi untuk mendapatkan pekerjaan. Mereka yang mempunyai pendapatan yang pas-pasan tidak memilih untuk terus bekerja, namun mereka memilih untuk pasrah atas situasinya. Padahal, apabila gen-z dan kaum milenial di negara Cina terus berjuang, mereka akan berada di posisi yang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi mereka yang memilih untuk berputus asa.
ADVERTISEMENT
Sikap pantang menyerah ini yang harus ditanam dalam hati masyarakat Indonesia, sehingga kita tidak mundur di hadapan sebuah masalah atau cobaan, namun kita menghadapinya dengan penuh semangat. Gen-z dan kaum milenial Indonesia harus memiliki mental baja, yang tidak mudah dihancurkan. Dengan adanya sikap ini, gen-z dan kaum milenial tanah air akan terbiasa akan masalah, dan tidak akan memilih untuk berputus asa.
Berpikir secara dewasa
Dalam dunia ini, tidak ada hal yang gratis, kita harus bekerja untuk mendapatkan uang. Uang ini yang menjadi sumber kestabilan kehidupan. Sebagai warga negara, kita memiliki tanggung jawab untuk nantinya menghidupi keluarga kita masing-masing. Namun, faktanya adalah pemikiran matang dan dewasa seperti itu belum muncul dalam benak gen-z dan kaum milenial di Cina. Hal ini dapat dilihat dari fenomena 'bai lan', di mana mereka memilih untuk tidak mencoba bekerja dan menghabiskan waktu dengan melakukan kegiatan-kegiatan seperti main game, bermalas-malasan dan yang lain sebagainya. Padahal mereka mengetahui bahwa mereka mempunyai kewajiban untuk mencari nafkah, sesulit apapun itu. Tindakan ini menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki pikiran yang dewasa.
ADVERTISEMENT
Sebagai warga negara Indonesia dan juga bagian dari sebuah keluarga, kita semua memiliki tanggung jawab atas menghidupi keluarga kita masing-masing. Gen-z dan kaum milenial di Indonesia harus menyadari akan hal ini, dan tidak menghabiskan waktu dengan melakukan hal-hal yang kurang produktif seperti main game serta menggunakan sosial media secara berlebihan, yang kerap menjadi kebiasaan gen-z dan kaum milenial di Indonesia.