Konten dari Pengguna

Mengenal Komunikasi Profetik

Subhan Afifi
Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FPSB UII dan Penulis Buku-Buku Biografi.
7 Oktober 2020 10:33 WIB
clock
Diperbarui 21 April 2021 13:51 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Subhan Afifi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh : Subhan Afifi
Komunikasi profetik merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi di universitas yang berbasis Islam di Indonesia. Komunikasi Profetik merupakan salah satu perspektif yang digunakan dalam melihat fenomena komunikasi dalam kehidupan sehari (Nashori, et all, 2020).
ADVERTISEMENT
Salah satu buku yang membahas Komunikasi Profetik secara komprehensif adalah "Komunikasi Profetik : Perspektif Profetika Islam dalam Komunikasi" karya Holy Rafika Dhona (2020).
Komunikasi Profetik didefinisikan dengan singkat sebagai ‘Komunikasi Kenabian’ atau ‘Komunikasi Kerasulan’. Komunikasi Profetik tidak hanya berarti “komunikasi yang mencontoh ‘tata-cara nabi’ dalam berkomunikasi”, atau ‘dakwah’ atau ‘komunikasi Islam’, tetapi lebih jauh dari itu, yaitu komunikasi yang berusaha “meneladani tujuan kenabian” (Dhona,2020).
Istilah Komunikasi Profetik tidak bisa dilepaskan dari gagasan Kuntowijoyo (2017) mengenai ‘Ilmu Sosial Profetik’. Ilmu Sosial Profetik difungsikan sebagai paradigma atau cara pandang berdasarkan tujuan etis tertentu. Cara pandangnya menggunakan semangat kenabian. Menurut Kuntowijoyo semangat/etos kenabian terwakili oleh 3 hal yaitu : humanisasi, liberasi dan transendensi (Kuntowijoyo, 2017). Syahputra (2017) menyebutkan Komunikasi Profetik sebagai paradigma yang sejajar dengan tiga paradigma yang dikenali dalam disiplin ilmu/riset sosial, yaitu positivis, konstruktivis, dan kritis.
ADVERTISEMENT
Dalam mata kuliah Komunikasi Profetik mahasiswa diajarkan untuk memahami konsep-konsep paradigma Komunikasi Profetik, Etika Komunikasi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist, dan Etos / Nilai Komunikasi Profetik. Berbagai konsep mendasar tersebut selanjutnya digunakan untuk menganalisis fenomena komunikasi. Termasuk menggunakan prinsip-prinsip Komunikasi Profetik dalam analisis fenomena komunikasi dalam keseharian, dan juga secara khusus dalam analisis praktik pemberdayaan masyarakat (empowerment) dan pembelaan terhadap kaum yang lemah (mustad’af).
Capaian pembelajaran yang diharapkan dalam mata kuliah ini adalah : mahasiswa mampu menjelaskan paradigma pengetahuan profetik dalam ranah ilmu sosial dan humaniora, mampu menjelaskan definisi dan konsep-konsep dalam komunikasi profetik, dan menganalisis atau menilai praktik komunikasi secara umum dalam perspektif profetik Islam. Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan konsep Komunikasi Profetik dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan kualitas kemampuan komunikasi mereka.
ADVERTISEMENT
Kajian tentang Komunikasi Profetik penting untuk terus dikembangkan di era digital, baik dalam teaching and learning, dan juga dalam penelitian. Berkembangnya penyebaran berita bohong (hoax), ujaran kebencian (hate speech), keterbelahan (polarisasi) masyarakat, maraknya pornografi, dan maraknya kejahatan digital adalah berbagai contoh fenomena negatif yang dapat ditemukan dalam penggunaan media sosial dan internet di era digital.
Komunikasi profetik dapat dipahami sebagai upaya dalam praktik dan teori komunikasi yang bertujuan menjalankan fungsi sosial kenabian untuk kemanusiaan (humanisasi), pembebasan (liberasi) dan penghambaan pada Tuhan (transendensi) (Dhona,2019:3). Setidaknya terdapat empat perspektif yang melihat kaitan antara Islam dalam studi komunikasi, yakni: (1) Komunikasi Dakwah, (2) Komunikasi Islam, (3) Islam sebagai konteks komunikasi dan (4) Komunikasi Profetik.
ADVERTISEMENT
Kajian Komunikasi Dakwah lahir dari pemaknaan terhadap salah satu elemen penting dalam Islam, yaitu dakwah. Komunikasi Dakwah biasanya lebih berdimensi praktis. Menurut Syahputra (2017) dakwah disebut berdimensi praktik karena kajian dakwah selama ini berfokus pada pembahasan dakwah sebagai ‘bentuk’ atau model komunikasi.
Sementara itu Komunikasi Islam lebih menekankan bagaimana penemuan konsep-konsep komunikasi berdasarkan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Syahputra Komunikasi Islam disederhanakan maknanya menjadi “penemuan kaidah komunikasi dalam Al-Qur’an” atau ‘interaksi pesan berbasis Al-Qur’an” (Syahputra, 2017:165).
Di sisi lain, ada akademisi yang melihat Islam sebagai Konteks Komunikasi sehingga tindakan komunikasi mempunyai makna yang tersendiri. Contohnya pandangan Islam sebagai konteks komunikasi adalah apa yang digagas oleh Mulyana ketika membicarakan Islam dengan Barat. Islam dan Barat dianggap sebagai ‘konteks budaya’ yang berbeda, sehingga untuk menghubungkannya diperlukan upaya ‘Komunikasi Antar-Budaya’ (Mulyana, 2003).
ADVERTISEMENT
Komunikasi Profetik menghadirkan perspektif yang berbeda dengan Komunikasi Dakwah, Komunikasi Islam dan Islam sebagai Konteks Komunikasi. Komunikasi Profetik dapat dilihat sebagai paradigma yang berdimensi etis-filosofis. Paling tidak ada beberapa konsep kunci dalam komunikasi profetik. Pertama etos komunikasi profetik; humanisasi-liberasi dan transendensi. Kedua, pemaknaan kritis pada setiap tindakan komunikasi atau melihat komunikasi dengan perspektif kritis.
Humanisasi adalah upaya memanusiakan manusia. Kuntowijoyo sendiri lebih sering mendefinisikan humanisasi dengan melihat lawannya yakni dehumanisasi (Kuntowijoyo,2006;100; Syahputra,2017). Dehumanisasi adalah penurunan manusia dari martabat kemanusiaan. Liberasi berarti upaya pembebasan. Tetapi Kuntowijoyo membatasi bahwa liberasi dalam ilmu sosial profetik adalah liberasi dalam konteks ilmu. Sasaran liberasi ada empat yakni upaya pembebasan dalam sistem pengetahuan, sistem sosial, sistem ekonomi dan sistem politik yang dianggap mendominasi. Transendensi adalah upaya memberi makna spiritual pada setiap tindakan. Upaya transendensi dalam Islam adalah upaya keberimanan. Dengan demikian, transendensi adalah mengikat tindakan humanisasi dan liberasi dalam satu tujuan atau satu rujukan yang jelas, yakni Iman kepada Allah Subhanahu Ta’ala. Sederhananya adalah niat dari ilmu sosial profetik tidaklah untuk kepentingan material, melainkan lillahita’ala. Oleh karenanya laku dari ilmu sosial profetik tetap mengindahkan refleksi yang tidak pernah putus dengan keberadaan dan pengakuan kuasa Allah Ta’ala.
ADVERTISEMENT
Untuk memberikan penguatan aspek etis dan filosofis pada Kajian Komunikasi Profetik diberikan juga materi tentang prinsip-prinsip komunikasi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis. Dari Al-Qur’an dapat dipelajari bagaimana prinsip-prinsip etika komunikasi yang seharusnya diperhatikan, terutama terkait dengan komunikator, komunikan, pesan dan proses komunikasi. Dari Al-Hadist dapat dipelajari bagaimana petunjuk Nabi tentang komunikasi, dan bagaimana praktik komunikasi yang pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alihi Wassalam dan para sahabat dalam keseharian.
Prinsip-prinsipnya menarik untuk dikaji lebih lanjut. Bagaimana konteksnya, bagaimana karakteristik komunikator dan komunikan yang dihadapi dalam setiap konteks komunikasi tersebut ? Dan bagaimana karakteristik pesan yang disampaikan dalam setiap istilah komunikasi dalam Al-Qur’an?
Jamaah di Masjid Istiqlal.Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Menarik untuk mengkaji Komunikasi Profetik lanjut. Agar perspektif kita dalam mengkaji ilmu komunikasi menjadi semakin luas dan beragam. Islam adalah ajaran mulia yang memberikan tuntunan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam masalah komunikasi. Yuk belajar Komunikasi Profetik…
ADVERTISEMENT
**Subhan Afifi
Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB)
Universitas Islam Indonesia
Anggota Komunitas Ilmuwan
dan Profesional Muslim Indonesia (KIPMI)
Youtube : Subhan Afifi Channel
IG/Twitter : @subhanafifi