Konten dari Pengguna

Place Attachment: Keterikatan Manusia dengan Tempat Terhadap Perilaku

Suci Aulia
Mahasiswa Psikologi Universitas Pembangunan Jaya
21 Oktober 2024 14:07 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suci Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber gambar: www.paxels.com
zoom-in-whitePerbesar
sumber gambar: www.paxels.com
ADVERTISEMENT
Secara tidak sadar biasanya banyak orang merasa dirinya selalu ingin datang dan balik lagi ke tempat-tempat favorite-nya. Karena kecintaan dia sama tempat itu yang membuat ia mau balik lagi dan bener-bener jadi tempatnya pulang. Misalnya gini, saya memiliki tempat favorite saya di luar negeri yaitu negara Arab. Saat pertama kali saya datang, saya langsung jatuh cinta banget sama salah satu kotanya, yaitu kota Medina. Saya suka sekali mengenai lingkungan kotanya, mulai dari aristekturnya, masjid, lingkungan hotelnya dan tempat bersejarahnya. Dari situ saya jadi selalu ingin datang lagi ke kota Medina. Nah, itu bisa jadi saya udah terikat sama tempatnya lho! Atau istilah kerennya place attachment.
ADVERTISEMENT

Yuk! Cari tahu mengenai Place Attachment lebih dalam

Place attachment merupakan istilah untuk ikatan emosional yang dimiliki individu atau kelompok terhadap tempat-tempat dengan skala geografis yang berbeda-beda (Steg & De Grooth, 2019). Attachment (keterikatan) bisa terbentuk pada tempat yang dapat memberikan dan memenuhi kebutuhan emosional individu atau kelompok, serta memungkinkan mereka untuk mengembangkan dan mempertahankan identitas mereka (Bechtel & Wiley, n.d.). Misalnya individu terikat secara emosional pada lingkungan dan tempat seperti rumah, kota, negara, atau bahkan tempat bersejarah. Ikatan emosional ini tidak hanya mencakup rasa nyaman dan identitas yang terhubung dengan tempat tersebut, tetapi juga melibatkan pengalaman, kenangan, dan nilai-nilai yang dibawa oleh individu atau kelompok. Place attachment ini seringkali memberikan kita ikatan emosional yang positive seperti perasaan bahagia ketika kita mendatanginya. Selain perasaan bahagia, place attachment juga menunjukkan berbagai jenis perasaan lainnya seperti cinta, keamanan, rasa memiliki, dan kenyamanan (Hanurawan, 2019). Raymond membagi place attachment ke dalam 5 komponen, yaitu place identity, place dependence, nature bonding, family bonding, and friend bonding (Steg & De Grooth, 2019). Lalu, fenomena sense of place, place identity, dan place dependence juga menjadi komponen place attachment. Place attachment dapat mempengaruhi individu atau kelompok bertindak terhadap lingkungannya. Menurut Cole et al dalam (Kamani Fard & Paydar, 2024), memiliki 3 dimensi utama, yaitu:
ADVERTISEMENT
1. Dimensi personal/budaya
Dimensi ini fokus pada siapa individu atau kelompok yang terikat dan bagaimana tempat itu menjadi signifikan bagi mereka melalui penalaman individu dan makna yang ditentukan secara kolektif.
2. Dimensi tempat
Tempat merupakan objek utama dalam keterikatan ini. Dimensi tempat berfokus pada hal-hal yang membuat individu atau kelompok terikat secara emosional, seperti lingkungan fisik (alam, arsitektur bangunan) dan lingkungan sosial (peluang untuk bersosialisasi) yang mempunyai perbedaan dari tempat tersebut dengan tempat lainnya.
3. Dimensi proses psikologis
Proses psikologis melibatkan bagaiman keterikatan terdiri dari perilau yang spesifik. Selain itu, dimensi ini juga menekankan pada ikatan afektif dan kognitif. Ikatan afekif seperti suatu kebanggan dan cinta pada tempat tersebut, sedangkan kognitif seperti pengetahuan dan kenangan dari tempat tersebut.
ADVERTISEMENT
Place attachment memiliki dampak bagaimana kita berperilaku terhadap lingkungan, dianataranya seperti perilaku pro-lingkungan, dimana individu atau kelompok yang memiliki place attachment yang kuat akan cenderung lebih peduli terhadap lingkungan tempat mereka tinggal. Selain itu, beberapa studi yang meneliti place attachment mengungkapkan bahwa place attachment merupakan indikator yang berguna untuk memprediksi keberlanjutan dan masyarakat serta kontribusinya terhadap pembangunan perkotaan yang berkelanjutan (Rokni & Choi, 2024). Dampak lainnya secara psikologis, place attachment dapat menyebabkan wellbeing (kesejahteraan), meningkatkan kualitas hidup yang berkontribusi pada kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, hubungan sosial yang lebih baik, dan perilaku yang lebih pro-lingkungan (Kamani Fard & Paydar, 2024). Place attachment berkorelasi positif dengan kesehatan tidak hanya di tingkat hunian, tetapi juga di tingkat masyarakat. Place attachment juga memiliki tantangan, perubahan lingkungan, kondisi perubahan iklim, dan environmental stressor (noise, pollution, crowding) bisa menjadi tantangan bagi individu atau kelompok terhadap terbentuknya place attachment. Sehingga, kita memerlukan strategi untuk membangun place attachment.
ADVERTISEMENT

Strategi membangun Place Attachment

Meningkatkan kesadaran lingkungan dapat dilakukan dengan memahami dan menghargai nilai-nilai lingkungan, individu atau kelompok dapat mengembangkan rasa tanggung jawab dan keterikatan terhadap tempat tersebut.
Dengan menciptakan identitas yang kuat dan unik untuk suatu tempat, individu atau kelompok dapat merasa lebih terhubung dan memiliki ikatan emosional yang kuat.
Menyoroti pentingnya keterlibatan berbagai komunitas lingkungan dan sosial dapat membangun dan memperkuat place attachment. Contohnya, salah satu komunitas atau UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Universitas Pembangunan Jaya yaitu Dakauri (Dari Kami Untuk Negeri). Organisasi Dakauri ini bergerak dalam bidang lingkungan dan sosial, organisasi ini bisa dibilang telah berhasil membangun place attachment yang kuat diantara para anggota organisasinya melalui berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat dalam kegiatan pelestarian. Salah satu contoh kegiatannya ialah campaign mengenai tidak boleh membuang sampah sembarangan, terkhusus lagi sampah puntung rokok yang berada di lingkungan depan kampus. Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kualitas lingkungan, tetapi juga menciptakan ikatan emosional antara individu yang mengikuti kegiatan tersebut dan hal ini bisa membangun place attachment pada individu atau kelompok yang terlibat.
ADVERTISEMENT

Contoh nyata Place Attachment

Dalam wawancara dengan salah satu narasumber berinisial NK pada hari Minggu, 20 Oktober 2024, ia menjelaskan bahwa ia memiliki place attachment yang kuat terhadap pantai. Ia menyatakan, “Saya sangat menyukai pantai, karena suasana tenang dengan suara ombak di pantai membuat saya merasa damai. Setiap kali saya kesana, saya merasakan keterhubungan yang mendalam dengan pantai”. Karena ikatan emosional narasumber dengan pantai, ia merasa terdorong untuk menjaga kebersihan dan kelestarian pantai. Ia melanjutkan, “Saya pasti ngejaga banget supaya tidak buang sampah sembarangan di pantai, saya bahkan kalau piknik di pantai selalu membawa trashbag dan selalu ingetin keluarga saya untuk tidak buang sampah sembarangan juga”. Dengan pernyatannya tersebut, ia percaya bahwa menjaga kebersihan pantai menunjukkan rasa cinta dan tanggung jawab ia terhadap tempat itu.
ADVERTISEMENT
Pengalaman narasumber ini menunjukkan bagaimana place attachment dapat mendorong individu untuk berperilaku lebih bertanggung jawab dan pro-lingkungan. Dengan menciptakan hubungan emosional yang kuat dengan tempat, mereka tidak hanya menikmati keindahan lingkungannya saja, tetapi juga berkomitmen untuk melestarikannya.
Place attachment adalah ikatan emosional antara individu atau kelompok dengan suatu tempat yang mempengaruhi perilaku mereka terhadap lingkungan tersebut. Pengalaman narasumber yang terikat dengan pantai menunjukkan bahwa keterikatan ini mendorong tindakan pro-lingkungan, seperti menjaga kebersihan. Selain memberikan rasa nyaman dan identitas, Place attachment juga berkontribusi pada kesejahteraan individu. Meski ada tantangan seperti perubahan lingkungan, strategi seperti meningkatkan kesadaran lingkungan dan keterlibatan komunitas, seperti yang dilakukan oleh komunitas Dakauri, dapat memperkuat ikatan ini dan mendorong perilaku positif terhadap bagaimana individu atau kelompok berperilaku pada lingkungannya.
ADVERTISEMENT

Referensi

Kamani Fard, A., & Paydar, M. (2024). Place attachment and related aspects in the urban setting. Urban Science, 8(3), 135. https://doi.org/10.3390/urbansci8030135
Bechtel, R. B., & Wiley, J. (n.d.). Handbook of environmental psychology.
Hanurawan, F. (2019). Psikologi lingkungan (F. Auliawan (ed.); 1st ed.). Edulitera.
Rokni, L., & Choi, S. (2024). Place attachment expressed by hosts and guests visiting friends and relatives and implications for sustainability. Sustainability, 16(17), 7325. https://doi.org/10.3390/su16177325
Steg, L., & De Grooth, J. I. . (2019). Environmental psychology: an introduction. http://psychsource.bps.org.uk