Konten dari Pengguna

Sulit dalam Belajar? Modelling Learning ala Bandura Bisa Jadi Solusinya

Suci Aulia
Mahasiswa Psikologi Universitas Pembangunan Jaya
15 Mei 2023 8:45 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suci Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak belajar baca, tulis, dan berhitung (Calistung). Foto: Kdonmuang/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak belajar baca, tulis, dan berhitung (Calistung). Foto: Kdonmuang/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kesulitan dalam belajar pada setiap orang itu sering terjadi, namun kesulitannya berbeda-beda tergantung individu tersebut. Misalnya ada yang dapat memahami dan memprosesnya secara lambat, lalu ada juga yang memahaminya secara cepat namun pelupa dan ada juga yang hanya bisa teori tetapi tidak bisa mempraktikannya.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut sudah sangat sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan wajar saja karena pada dasarnya manusia itu berbeda-beda dan memiliki keunikannya masing-masing.
Ternyata ada tips yang memudahkan kita untuk dapat memahami pelajaran dengan mudah, yuk kita kenalan dengan teori belajar dari Albert Bandura.

Siapa Albert Bandura?

Sumber foto: https://commons.wikimedia.org
Sebelum kita masuk ke teorinya, kita kenalan dulu nih sama salah satu tokoh psikologi yaitu Albert Bandura. Albert Bandura merupakan seorang tokoh behviorist pada aliran ketiga yaitu socio behaviorist.
Ia merupakan lulusan sarjana dari University of Bristish Columbia jurusan psikologi pada tahun 1949 dan ia melanjutkan pendidikannya menjadi magister di University of Lowa pada tahun 1951.
Sumbangan-sumbangannya dalam dunia psikologi bisa dibilang cukup banyak! Di antaranya dia mengembangkan teori belajar sosial (social learning theory), teori self-efficacy dan teori peniruan/modelling yang nantinya akan kita bahas (Feist et al., 2021)
ADVERTISEMENT

Lakukan Cara Berikut Agar Dapat Belajar dengan Mudah

Ilustrasi mahasiswa sedang mengerjakan tugas. Foto: BongkarnGraphic/Shutterstock
Sebelumnya sudah di bahas tentang sosok Bandura, ia menciptakan teori modelling yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Nah, salah satunya yakni diterapkan dalam proses belajar. Belajar melalui modelling melibatkan penambahan dan pengurangan dari perilaku yang diamati dan generalisasi dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya.
Dengan kata lain, modelling melibatkan proses kognitif dan bukan sekadar imitasi saja. Modelling lebih dari sekadar mencocokkan tindakan orang lain yaitu melibatkan representasi informasi secara simbolis dan menyimpannya untuk digunakan di masa mendatang.
Modelling ala Albert Bandura ini memiliki 2 tipe, yaitu tipe secara nyata dan secara simbolis. Tipe secara nyata ini peniruannya dengan mengamati perilaku yang dilakukan sebab melihatnya secara langsung, seperti melihat ayah/ibu, teman, dan keluarga lainnya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, tipe secara simbolis perilaku yang diamati bisa pada berupa majalah, novel, dan pada media massa (Tullah & Amiruddin, 2020). Ada 4 tahapan modelling ala Albert Bandura, yuk simak caranya berikut ini:

1. Attention

Sebelum kita dapat mencontoh orang lain, kita harus memperhatikan orang itu. Faktor apa saja sih yang mempengaruhi perhatian? Pertama, kita memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengamati individu yang sering bergaul dengan kita, kemungkinan besar kita akan memperhatikan orang-orang ini seperti kita memperhatikan teman atau keluarga.
Kedua, model yang menarik lebih mungkin diamati daripada model yang tidak menarik, model menarik ini maksudnya adalah tokoh populer di televisi, olahraga, atau film.
Misalnya kita tertarik ingin belajar matematika maka kita mengamati seorang influencer yang terkenal genius dalam bidang matematika seperti Jerome polin dan bisa juga tokoh lain yang perilakunya itu penting dan menarik untuk kita modelkan.
ADVERTISEMENT

2. Representation

Agar pengamatan mengarah pada pola respons baru, pola tersebut harus direpresentasikan secara simbolis dalam memori. Representasi simbolik tidak perlu verbal, karena beberapa pengamatan disimpan dalam citra dan dapat di calling kembali dengan tidak adanya model fisik.
Pengkodean verbal, sangat mempercepat proses pembelajaran observasional. Dengan bahasa kita dapat mengevaluasi perilaku kita secara verbal dan memutuskan mana yang ingin kita buang dan mana yang ingin kita coba.
Pengkodean verbal juga membantu kita melatih perilaku secara simbolis, yaitu berulang kali memberi tahu diri sendiri bagaimana kita akan melakukan perilaku setelah diberi kesempatan. Latihan juga dapat memerlukan kinerja aktual dari respons yang dimodelkan, dan latihan ini membantu proses retensi.

3. Behavioral production

Pada tahap ini terjadinya pembentukan perilaku setelah dari mengamati dan menyimpan memori. Seseorang akan mencoba mempraktikkan perilaku apa yang sudah dilihat dan disimpan, ada yang langsung berhasil dan ada juga yang membutuhkan waktu.
ADVERTISEMENT
Pada fase ini seseorang juga mempertimbangkan akan menirunya atau tidak. Dalam mengubah representasi kognitif menjadi perilaku yang sesuai, kita harus bertanya pada diri sendiri beberapa pertanyaan tentang perilaku yang akan dimodelkan.
Pertama kita bertanya, "bagaimana saya bisa melakukan ini?". Saat tampil, kita memantau diri kita sendiri dengan pertanyaan "Apa yang saya lakukan?" terakhir, kita mengevaluasi kinerja dengan bertanya, "Apakah saya melakukan ini dengan benar?".
Pertanyaan terakhir ini tidak selalu mudah dijawab, apalagi jika berkaitan dengan keterampilan motorik, seperti menari balet atau platform diving, di mana kita tidak bisa melihat diri kita sendiri.

4. Motivation

Pembelajaran observasional paling efektif ketika pembelajar termotivasi untuk melakukan perilaku yang dimodelkan. Perhatian dan representasi dapat mengarah pada perolehan pembelajaran, tetapi kinerja difasilitasi oleh motivasi untuk melakukan perilaku tertentu itu.
ADVERTISEMENT
Meskipun pengamatan terhadap orang lain dapat mengajari kita cara melakukan sesuatu, kita mungkin tidak memiliki keinginan untuk melakukan perilaku tersebut. Jadi, motivasi sangat penting dilakukan untuk menghasilkan perilaku yang kita inginkan.
Ilustrasi kursi dan menja sekolah. Foto: Shutterstock
Bandura percaya bahwa proses kognitif dapat mempengaruhi pembelajaran observasional. Kita tidak secara otomatis meniru perilaku yang kita lihat dari orang lain. Sebaliknya, kita membuat keputusan yang disengaja dan sadar untuk berperilaku dengan cara yang sama (Schultz & Schultz, 2015).
Kita dapat mengatur dan memandu perilaku kita dengan memvisualisasikan atau membayangkan konsekuensi-konsekuensi tersebut, meskipun kita belum mengalaminya sendiri. Bandura yakin bahwa tindakan mengamati memberikan ruang bagi manusia untuk belajar tanpa berbuat apapun.
Manusia belajar dengan mengamati perilaku orang lain. Bila orang dapat belajar dengan mengamati, maka mereka pasti memfokuskan perhatiannya, mengkonstruksikan gambaran, mengingat, menganalisis, dan membuat keputusan-keputusan yang mempengaruhi pelajaran.
ADVERTISEMENT
Ia juga percaya penguatan bukan esensi pembelajaran. Meski penguatan memfasilitasi pembelajaran, namun bukan syarat utama. Pembelajaran manusia yang utama adalah mengamati model-model, dan pengamatan inilah yang terus menerus diperkuat. Fungsi penguatan dalam proses modeling, yakni sebagai fungsi informasi dan fungsi motivasi.