Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Perpustakaan sebagai Ruang Publik: Menjadi Tempat Belajar Sepanjang Hayat
28 April 2025 16:31 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Suci nursifa dewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dalam konteks globalisasi dan perkembangan teknologi informasi saat ini, Perpustakaan tidak lagi hanya dipahami sebagai tempat penyimpanan buku, melainkan telah berkembang menjadi ruang publik yang inklusif dan dinamis memainkan peran penting sebagai pusat pembelajaran sepanjang hayat. Menurut Oldenburg (1999) dalam konsep Third Place, perpustakaan merupakan tempat ketiga setelah rumah dan tempat kerja, di mana masyarakat dapat berkumpul, berinteraksi, dan belajar secara informal. Perpustakaan berfungsi sebagai ruang publik yang terbuka bagi siapa saja tanpa memandang status sosial, ekonomi, atau tingkat Pendidikan.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran Sepanjang Hayat
Konsep pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning) mengacu pada proses memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi baru sepanjang kehidupan seseorang. Saat ini Perkembangan teknologi informasi telah mengubah cara manusia mengakses, memproses, dan menggunakan informasi. Perpustakaan modern beradaptasi dengan menyediakan layanan berbasis digital, seperti akses ke e-book, database akademik, ruang komputer, dan pelatihan literasi digital. International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA, 2022) menekankan bahwa perpustakaan harus terus berinovasi untuk tetap relevan di tengah kemajuan zaman. Menurut European Commission (2012) Pembelajaran sepanjang hayat mencakup dimensi personal, sosial, dan profesional. Pada tingkat personal, ini memperkaya kehidupan individu, meningkatkan kualitas hidup, dan mendukung kesejahteraan mental. Pada tingkat sosial, pembelajaran mendorong keterlibatan aktif warga negara dalam komunitas mereka, memperkuat kohesi sosial, dan mendorong partisipasi demokratis. Sedangkan pada tingkat profesional, pembelajaran sepanjang hayat menjadi kunci adaptasi terhadap perubahan pasar tenaga kerja, inovasi teknologi, dan tuntutan ekonomi baru.
ADVERTISEMENT
Menurut penelitian yang dilakukan oleh American Library Association (ALA, 2018), perpustakaan komunitas yang mengadopsi pendekatan pembelajaran sepanjang hayat mengalami peningkatan signifikan dalam partisipasi masyarakat dan relevansi sosialnya. Perpustakaan menjadi lebih dari sekadar tempat membaca, melainkan pusat pertumbuhan intelektual, inovasi kreatif, dan pemberdayaan sosial-ekonomi.
Perpustakaan sebagai Ruang Publik Inklusif
Sebagai ruang publik, perpustakaan memainkan peran penting dalam menyediakan tempat yang aman, netral, dan terbuka untuk masyarakat. Konsep ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Oldenburg (1999) dalam bukunya The Great Good Place, di mana ia memperkenalkan istilah "third place" yang merujuk pada ruang ketiga selain rumah dan tempat kerja. Third place adalah tempat yang memungkinkan individu untuk berkumpul secara informal, bertukar ide, dan membangun hubungan sosial tanpa tekanan status atau hierarki. Perpustakaan memenuhi kriteria sebagai third place karena fungsinya yang lebih dari sekadar penyedia koleksi buku, tetapi juga sebagai tempat berkumpul untuk berbagai aktivitas sosial dan intelektual. Di dalam ruang perpustakaan, anggota masyarakat dari berbagai latar belakang, usia, dan status sosial dapat bertemu, belajar bersama, dan berbagi pengetahuan tanpa adanya batasan atau diskriminasi.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, perpustakaan berfungsi sebagai ruang inklusif yang mendukung terciptanya komunitas yang lebih harmonis dan saling mendukung. Inklusivitas ini tercermin dalam berbagai program layanan perpustakaan yang beragam dan inklusif, seperti:
1. Klub Membaca Lintas Generasi: Program yang menggabungkan anggota dari berbagai usia untuk membaca dan berdiskusi bersama. Ini tidak hanya meningkatkan literasi, tetapi juga memperkuat hubungan antargenerasi, menciptakan pemahaman yang lebih mendalam antar kelompok umur yang berbeda.
2. Kegiatan Mendongeng untuk Anak-anak: Program mendongeng di perpustakaan menjadi cara yang efektif untuk menumbuhkan minat baca anak-anak sejak dini, sekaligus mengenalkan mereka pada nilai-nilai sosial dan moral. Ini juga merupakan kesempatan bagi orangtua untuk berpartisipasi dalam pendidikan anak-anak mereka.
3. Pelatihan Keterampilan Kerja untuk Masyarakat Marginal: Perpustakaan sering mengadakan pelatihan keterampilan untuk kelompok-kelompok yang kurang beruntung, seperti penyuluhan keterampilan kerja, kursus kewirausahaan, dan pelatihan bahasa. Ini membantu meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi anggota komunitas yang sebelumnya tidak memiliki akses ke pelatihan keterampilan.
ADVERTISEMENT
Melalui berbagai program ini, perpustakaan memainkan peran sebagai motor penggerak keadilan sosial dan pemberdayaan komunitas. Dengan menyediakan fasilitas dan layanan yang dapat diakses oleh semua kalangan.
Layanan Pembelajaran Sepanjang Hayat yang Disediakan Perpustakaan
Ada Beberapa layanan utama yang ditawarkan oleh perpustakaan untuk mendukung pembelajaran sepanjang hayat antara lain:
1. Sumber Daya Pembelajaran yang Luas: Perpustakaan menyediakan berbagai sumber daya yang dapat membantu masyarakat dalam mengakses pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, seperti koleksi buku teks, jurnal ilmiah, dan e-book. Buku-buku ini tidak hanya terbatas pada materi pendidikan formal, tetapi juga mencakup topik-topik lain.
2. Kursus Daring dan Seminar: Perpustakaan juga menyediakan akses ke berbagai kursus daring (MOOC) dan seminar yang dapat diakses oleh siapa saja, di mana saja. Layanan ini tidak hanya memberikan pengetahuan teoritis, tetapi juga memberikan pelatihan praktis yang dapat langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti keterampilan komputer, pemasaran digital, dan bahasa asing.
ADVERTISEMENT
3. Pelatihan Keterampilan Hidup (Life Skills): Program pelatihan yang berfokus pada pengembangan keterampilan hidup seperti komunikasi efektif, manajemen waktu, pemecahan masalah, dan keterampilan sosial sangat penting dalam membantu individu berkembang secara pribadi dan profesional. Perpustakaan seringkali menjadi tempat yang ideal untuk program-program semacam ini, dengan melibatkan fasilitator yang berkompeten dan menyediakan materi yang sesuai dengan kebutuhan komunitas.
4. Pojok Baca Digital (POCADI): Di Indonesia, program Pojok Baca Digital (POCADI) yang diinisiasi oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia adalah contoh nyata bagaimana perpustakaan dapat memberikan akses internet gratis dan pelatihan literasi teknologi kepada masyarakat desa atau daerah terpencil. POCADI bertujuan untuk mengurangi kesenjangan digital dengan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk belajar dan mengakses informasi secara daring.
ADVERTISEMENT
Dengan menyediakan berbagai layanan yang mendukung pembelajaran sepanjang hayat, perpustakaan tidak hanya menjadi tempat untuk belajar membaca, tetapi juga pusat pembelajaran yang inklusif, mendukung pengembangan diri, dan memberdayakan masyarakat untuk terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.