Ketergantungan Impor dan Fluktuasi Harga Bawang Putih di Indonesia

Suci Wulandari
Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Ekonomi Pertanian IPB
Konten dari Pengguna
12 Desember 2023 12:19 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suci Wulandari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bawang putih. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bawang putih. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bawang putih merupakan komoditas holtikultura yang banyak dikonsumsi di Indonesia. Hal ini menjadikan Indonesia dikategorikan sebagai negara konsumen bawang putih terbesar setelah India dan Bangladesh (Kemendagri, 2021).
ADVERTISEMENT
Konsumsi bawang putih nasional selama lima tahun terakhir mencapai lebih dari 450 ribu ton. Pada tahun 2018 konsumsi bawang putih sebesar 456.02 ribu ton. Konsumsi bawang putih sempat mengalami penurunan pada masa awal pandemi Covid-19, namun kembali mengalami peningkatan yang cukup signifikan di mana konsumsi bawang putih meningkat sebesar12 persen pada tahun 2021. Saat ini konsumsi bawang putih sudah mencapai 554 ribu ton.
Akan tetapi, peningkatan konsumsi bawang putih ini tidak diikuti oleh peningkatan produksi di dalam negeri. Jumlah produksi bawang putih dalam negeri hanya mampu mencukupi kebutuhan domestik sekitar 5 persen.
Rendahnya produksi bawang putih disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor utama yaitu kendala produksi yang disebabkan oleh luas areal tanam yang sempit, produktivitas rendah dan kondisi iklim yang tidak cocok serta jenis yang ukurannya lebih kecil dari bawang putih impor. Rata-rata produktivitas bawang putih di Indonesia hanya 8.2 ton/ha dan masih berada di bawah produktivitas potensial tertinggi sebesar 9-12 ton/ha.
Ilustrasi petani gunakan cangkul. Foto: Dian Muliana/Shutterstock
Menurunnya minat petani untuk menanam bawang putih juga menjadi penyebab rendahnya produksi bawang putih nasional. Masuknya bawang putih impor dalam jumlah besar dan tingkat harga yang lebih rendah menyebabkan bawang putih lokal kalah bersaing.
ADVERTISEMENT
Selain itu adanya pandemi Covid-19 juga berdampak terhadap produksi bawang putih. Selain biaya produksi yang meningkat juga dipengaruhi oleh harga pestisida yang mahal. Berdasarkan data BPS, produksi bawang putih nasional pada tahun 2022 hanya sebesar 30.58 ribu ton atau mengalami penurunan sebesar 32.18% dari tahun 2021. Hal ini tentunya membuat produksi bawang putih nasional tidak akan mampu memenuhi kebutuhan domestic yang terus meningkat.
Kondisi tersebut menyebabkan hampir 95 persen kebutuhan bawang putih dalam negeri harus dipenuhi melalui impor. Ketergantungan impor menjadi permasalahan utama yang dihadapi Indonesia dalam memenuhi kebutuhan bawang putih. Indonesia hingga saat ini masih menjadi negara importir bawang putih terbesar di dunia.
Sebagian besar impor bawang putih berasal dari Tiongkok, Mesir, India, Amerika Serikat, dan Taiwan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah impor bawang putih pada tahun 2022 sebesar 574.638 ton, menurun 5.8% dari tahun sebelumnya. Meskipun mengalami penurunan jumlah impor, namun jumlah impor tersebut masih tergolong tinggi.
Suasana di Pelabuhan Tanjung Priok yang dikelola PT Pelindo II, saat crane membongkar muat peti kemas dari kapal-kapal kargo. Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
Ketergantungan pada impor bawang putih, memberikan dampak terhadap fluktuasi harga dan pasokan yang dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti perubahan iklim, kebijakan perdagangan, dan krisis global. Fluktuasi harga menjadi masalah yang merugikan pelaku usaha maupun konsumen dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Fluktuasi harga bawang putih menyebabkan ketidakpastian bagi konsumen dan kesulitan bagi pedagang dalam menjaga harga jualnya. Salah satu dampak langsung dari fluktuasi harga adalah beban ekonomi yang ditanggung Masyarakat, di mana kenaikan harga bawang putih dapat memicu inflasi sehingga menurunkan daya beli konsumen.
Secara hukum ekonomi harga berkorelasi dengan penawaran atau suplai, Ketika suplai berkurang maka harga cenderung mengalami peningkatan, begitu pula sebaliknya. Menurut Analis Ketahanan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Retno Utami, harga bawang putih dalam negeri sering bergejolak karena ketersediaan pasokannya masih tergantung pada impor.
Peningkatan harga bawang putih di tingkat konsumen dipicu karena pasokan yang berkurang. Ketika supply impor terganggu, ketersediaan dalam negeri juga terganggu.
Berdasarkan data harga bawang putih nasional di tingkat pasar tradisional dari bulan Januari 2022 sampai Oktober 2023 yang diperoleh dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) menunjukkan bahwa harga bawang putih domestik secara nasional selama periode tersebut berfluktuatif.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan nilai koefisien variasinya didapatkan bahwa koefisien variasi harga putih sebesar 15.78 persen. Nilai tersebut melebihi batas target Kementerian Perdagangan dalam rentang 5-9 persen. Harga bawang putih pada tahun 2023 lebih tinggi dibandingkan dengan harga bawang putih pada tahun 2021.
Pada bulan Agustus 2023 harga bawang putih tercatat sebagai harga tertinggi mencapai sekitar 42 ribu rupiah per kg meningkat jauh dibandingkan dengan harga bulan Agustus 2022 yang hanya sebesar 29 ribu rupiah per kg
Harga Bawang Putih Tahun 2022-2023. Sumber: PIHPS (2023)
Untuk menjaga stabilitas harga bawang putih diperlukan campur tangan pemerintah melalui kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Dalam jangka panjang perlu dilakukan upaya peningkatan produksi bawang putih dalam negeri agar dapat mengurangi ketergantungan bawang putih impor.
ADVERTISEMENT
Upaya peningkatan produksi bawang putih nasional dapat dilakukan melalui upaya ekstensifikasi dan intensifikasi. Upaya ekstensifikasi dilakukan dengan pengembangan lahan penanaman bawang putih di daerah yang berpotensi dengan kondisi iklim dan lahan yang. Selain itu, upaya peningkatan produksi juga dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas serta akses terhadap modal produksi.
Penggunaan input-input yang berkualitas tinggi terutama benih diharapkan akan meningkatkan produktivitas bawang putih nasional. Hal ini akan menguntungkan produsen bawang putih lokal dalam jangka panjang serta mengatasi permasalahan keterbatasan lahan.
Dukungan kebijakan pemerintah pada harga input dan harga output juga sangat penting untuk meningkatkan kembali minat petani untuk memproduksi bawang putih, penetapan harga dasar dan pemberian subsidi pupuk akan memberikan insentif kepada petani untuk meningkatkan produksi.
ADVERTISEMENT
Dengan Upaya Bersama dari pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat diharapkan Indonesia dapat mengurangi ketergantungan impor bawang putih, mengatasi fluktuasi harga, dan mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan. Hal ini tidak hanya akan memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.