Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Generasi Z: Dari Fisik ke Digital, Transformasi atau Degradasi Literasi?
24 Januari 2025 12:03 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Raflykasari Suci Sugesti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Literasi adalah keahlian seseorang dalam membaca, menulis, dan mengatur informasi dengan tepat. Namun di tengah gemuruh teknologi yang semakin pesat membuat kecenderungan aktivitas literasi menurun dan digital semakin meningkat, kini minat baca menjadi aset berharga yang semakin terpinggirkan. Generasi Z menghadapi tantangan unik tersebut dalam membangun fondasi literasi mereka.
ADVERTISEMENT
Generasi Z, generasi yang lahir di Era digital, dihadapkan pada tantangan eksentrik terkait minat baca. Di tengah banjirnya informasi, mempermudah akses ke berbagai media sosial dan platform lainnya. Namun ekspektasi memanglah tak seindah realita. Kini justru muncul permasalahan di mana minat dalam membaca sangat rendah dan belumlah dapat dikatakan memadai dalam literasi budaya baca. Hal ini selaras dengan yang disebutkan oleh pihak UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), bahwasanya minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya jika di ibaratkan 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang gemar membaca.
Terbatasnya aksesibilitas terhadap sumber literasi seperti perpustakaan, buku dan media cetak menjadikan salah satu faktor kurangnya minat literasi. Selain itu, penggunaan teknologi digital yang tidak tepat, seperti penggunaan Artificial Intelligence (AI) yang dijadikan bahan jawaban dari tugas. fenomena ini sangat mengkhawatirkan karena berpengaruh terhadap pola pikir, dan informasi yang kurang.
ADVERTISEMENT
Annisa Tanjillah (25) asisten dosen yang aktif di bidang pendidikan ikut berpendapat tentang tingkat literasi yang rendah di Era digital saat ini, rendahnya angka tersebut disebabkan karena adanya perubahan perilaku membaca, di mana Generasi Z lebih suka pada Konten Digital singkat dan ketergantungan pada media sosial yang berdampak pada banyak hal. Seperti, berkurangnya kemampuan kita dalam berpikir kreatif dan Menurunnya kemampuan kritis dan analitis, contohnya ketika kita ingin berpendapat itu harus berlandaskan dengan sumber acuan, Sedangkan jika tidak literasi kemampuan kritis.
“Walaupun kita sudah hidup serba digital, tidak masalah untuk memanfaatkan digital tersebut. Untuk Generasi Z mulai Tingkatkan akses ke buku digital dan fisik sehingga kita dapat mengakses secara keseluruhan, lalu manfaat media sosial dengan buat konten-konten yang menarik tentang literasi agar memikat daya tarik Gen Z untuk membaca buku” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), indeks aktivitas literasi membaca di Indonesia pada tahun 2024 masih rendah yaitu 38,1%. Salah satu penyebabnya bisa terjadi karena banyak individu terutama generasi muda yang lebih tertarik dengan hiburan digital seperti gadget dan media sosial.
Begitu juga Laksita Darda (20) seorang mahasiswi yang ikut membagikan ceritanya mengenai literasi yang semakin rendah. Ia menyampaikan penyebab rendahnya literasi karena membaca membuat seseorang cepat merasa mengantuk dan bosan serta beralih ke penggunaan media sosial, sehingga masyarakat cenderung homogen karena mereka hanya melihat apa yang mereka inginkan bukan dibutuhkan.
“Dari zaman aja sudah beda, dulu orang membaca secara fisik sekarang bahkan untuk menemukan aja sudah jarang. Karena menurutku juga baca buku hal yang membosankan, dari sini jugalah mulai timbul pengutamaan, di mana membaca buku menjadi hal yang membosankan dibanding menggunakan media sosial yang jauh lebih menarik karena memiliki segi audio dan visual,” ujar Laksita.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain pemanfaatan teknologi digital juga ikut serta dalam peningkatan buku, dari awalnya fisik berbentuk cetak kini berevolusi menjadi atau ebook. Satria Dilan (21) pemuda aktif di organisasi pergerakan, menyampaikan bahwa Pemanfaatan teknologi dalam literasi memang dapat diandalkan dan digunakan dengan benar dan tepat. Sebagaimana literasi disini sebagai hal yang terbuka luas. Salah satu pemanfaatannya ialah adanya kafe-kafe buku.
Satria Dilan (21) pemuda aktif di organisasi pergerakan, menyampaikan bahwa Pemanfaatan teknologi dalam literasi memang dapat diandalkan dan digunakan dengan benar dan tepat. Sebagaimana literasi disini sebagai hal yang terbuka luas. Salah satu pemanfaatannya ialah adanya kafe-kafe buku.
“bisa kita lihat banyak sudut-sudut tiap kota memiliki toko ataupun kafe yang menyediakan pojok buku di dalamnya, itu menjadi sebuah inovasi tempat berkumpul yang unik, bahkan sekarang dengan mudah kita bisa melihat banyak orang yang memanfaatkan ponselnya untuk mengakses buku-buku dari mulai yang gratis maupun berbayar” ujarnya.
ADVERTISEMENT
“Perkembangan digital juga ikut serta dalam peningkatan buku, kalau buku cetak bikin cepat bosan bisa akses ebook yang mempunyai visual lebih menarik dan kreatif, sehingga bisa menjadi daya tarik untuk membacanya. Visual yang menarik juga membuat pembaca tidak akan jenuh, jadi manfaatkan media digital sebagai kegiatan yang seru dan menambah pengetahuan” ujar Laksita Darda.
Faktanya dengan membaca seseorang akan lebih mudah memahami dan mencari arti kosakata baru. Berbeda halnya dengan orang yang jarang membaca buku, mereka akan jauh merasa kesulitan untuk mencari arti kosakata itu. Secara tidak langsung juga orang yang suka membaca buku akan merasa mendapat pengalaman sehingga lebih mudah ketika diminta pendapat. Walaupun terkadang buku bukan dilihat sebagai kebutuhan namun dilihat sebagai barang yang membuat bosan. Tapi dengan membaca buku dapat membuat kita lebih mengerti dan menguasai banyak kata-kata sehingga bisa dikatakan mewah. Jadi semakin sering baca buku semakin banyak juga kosa kata yang dapat dikuasai.
ADVERTISEMENT
“Apa aja dibaca, dari membaca akan menimbulkan pandangan dan menimbulkan keberpihakan serta tindakan. Dari membaca kita tahu harus bertindak seperti apa dan berpihak kepada siapa” ujar Satria Dilan sebagai pesan untuk kaum muda agar lebih meningkatkan minat literasi.
Semakin sulit untuk meningkatkan Literasi Generasi Z yang minim di Era digital ini, padahal era ini mempermudah ke semua akses terkait buku-buku digital. Seperti, bagaimana kita menciptakan kesadaran bahwa pentingnya literasi. Karena tanpa literasi hampa sudah dunia ini, buntu jalan dunia ini. Kita sebagai Generasi Z harus membangun penuh kesadaran tentang adanya pemahaman literasi.