Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
37 Tahun Sudah, KMP Tampomas 2 Beristirahat di Dasar Laut Jawa
27 Januari 2018 10:57 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
Tulisan dari Sudah Tahu Belum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Risau camar membawa kabar:
Tampomas terbakar.
Risau camar memberi salam:
ADVERTISEMENT
Tampomas 2 tenggelam.
(Iwan Fals-Celoteh Camar Tolol dan Cemar)
Itu adalah salah satu lirik dalam lagu Iwan Fals yang mengisahkan tentang Tragedi Tampomas 2. Tidak hanya Iwan Fals, Ebiet G. Ade pun menciptakan lagu terkait tenggelamnya kapal Tampomas 2 yang berjudul Sebuah Tragedi 1981.
Ya, hari ini, 37 tahun lalu, KMP Tampomas 2 terbakar dan tenggelam di sekitar Kepulauan Masalembo di Laut Jawa. Kala itu, kapal milik Pelni ini tengah berlayar dari Jakarta menuju Ujungpandang (sekarang dikenal dengan nama Makassar) sejak tanggal 24 Januari 1981.
Tanda-tanda musibah pun sudah terlihat dari rusaknya salah satu mesin kapal sebelum bertolak dari Dermaga Tanjung Priok. Kapal yang dijadwalkan sudah sampai di Makassar pada 26 Januari sekitar pukul 10 pagi WIB akhirnya tidak pernah sampai tujuan, dan karam untuk selama-lamanya.
ADVERTISEMENT
Kapal yang saat itu telah berusia 25 tahun tersebut dinakhodai oleh Kapten Abdul Rivai. Estimasi seluruh penumpang saat itu, termasuk awak kapal dan sekitar 300 'penumpang gelap', adalah sebanyak 1.442 orang.
Api pertama kali muncul sejak tanggal 25 Januari 1981 malam dan mulai menjalar ke bagian dek bawah kapal dengan cepat. Hujan deras mengguyur Laut Jawa keesokan harinya dan proses evakuasi berjalan lambat. Sementara itu, ledakan besar baru terjadi pada 27 Januari 1981 pagi, yang menyebabkan kapal miring hingga 45 derajat.
Akhirnya, setelah 30 jam sejak percikan api pertama, tenggelamnya Tampomas 2 tak terelakkan lagi. Siang itu, sekitar pukul 12.45 WIB, kapal tersebut membawa 288 penumpang di dek bawah ke dasar laut dan tak pernah ditemukan.
ADVERTISEMENT
Total korban dari musibah ini, berdasarkan data dari tim penyelamat, adalah sebanyak 431 orang. 143 mayat ditemukan, termasuk mayat kapten kapal, Abdul Rivai. 753 nyawa berhasil diselamatkan. Dan sisanya, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, 288 orang hilang.
Sementara itu, sumber lain mengatakan bahwa jumlah korban lebih banyak, yaitu 666 orang. Meski begitu, tewasnya 431 orang saja dalam musibah ini sudah cukup untuk membuat peristiwa ini sebagai kecelakaan transportasi terburuk sepanjang sejarah di Indonesia.
Hingga saat ini, penyebab pasti musibah ini masih menjadi misteri. Penyelidikan yang dilakukan tidak memberikan hasil yang berarti, selain hanya menyalahkan faktor human error dari para awak kapal. Bahkan, kasus ini terkesan ditutup-tutupi dan dibiarkan terlupakan seiring berjalannya waktu.
ADVERTISEMENT
Mungkin, hanya Tuhan dan burung-burung camar saja yang tahu pasti.