Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
44 Tahun Lalu, Terjadinya Peristiwa Malari
15 Januari 2018 10:38 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
Tulisan dari Sudah Tahu Belum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Malapetaka lima belas Januari (Malari), merupakan peristiwa demonstrasi besar-besaran yang terjadi untuk pertama kalinya di era pemerintahan Orde Baru. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 15 Januari 1974, atau tepatnya 44 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Pemicu terjadinya gerakan tersebut adalah ketidakpuasan mahasiswa atas kebijakan yang dibuat oleh Presiden Soeharto, khususnya di bidang pembangunan yang melibatkan investor asing. Mereka menilai kebijakan pemerintah semakin memperburuk ekonomi dan tidak berlandaskan pada kepentingan rakyat.
Momentum yang digunakan untuk demo adalah kedatangan Perdana Menteri Jepang, Tanaka Kakuei, yang dijadwalkan pada 14-17 Januari tahun 1974. Walupun sebelumnya, pada November 2017 juga telah dilakukan penolakan berupa demo membawa poster-poster berisi larangan terhadap Jan P Pronk, Ketua IGGI yang merupakan lembaga pemodal asing milik Amerika Serikat, untuk berinvestasi kepada Indonesia.
Namun, dalam momen kedatangan Tanaka Kakuei inilah kerusuhan baru benar-benar memuncak. Setidaknya, selama demo tersebut, lebih dari 500 Mobil dirusak dan setengahnya dibakar. Hampir 200 unit sepeda motor juga rusak, serta pengrusakan banyak bangunan pertokoan di Senen, Jakarta Pusat, dan Roxy, Jakarta Barat (Berdasarkan keterangan Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin).
ADVERTISEMENT
Sementara Menteri Pertahanan dan Keamanan saat itu, Maraden Panggabean, justru mengungkapkan jumlah kerugian yang lebih besar dari keterangan Gubernur DKI Jakarta. Selain mengalami kerugian secara materi, ia juga menyatakan terdapat korban jiwa dalam kerusuhan, 11 orang meninggal, 177 mengalami luka berat, 120 mengalami luka ringan, dan 775 orang ditangkap.
Pada masa itu, yang diduga menjadi dalang kerusuhan adalah Hariman Siregar, Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) itu dituduh menjadi penggerak kerusuhan mahasiswa tersebut. Tetapi, ia membantah telah mendalangi aksi tersebut dan menyebutkan bahwa ada pihak tertentu yang sengaja memanfaatkan mahasiswa waktu itu.
Namun ia bersama dengan Syahrir dan beberapa mahasiswa lainnya tetap ditangkap. Setelah mereka ditahan dan menjalani persidangan, barulah kemudian mereka dibebaskan karena tidak adanya bukti yang kuat.
ADVERTISEMENT
Selama pengusutan dalang peristiwa ini, juga muncul kemudian pernyataan Pangkopkamtib Jendral Soemitro bahwa dalang Peristiwa Malari adalah Ali Moertopo bersama CSIS (Centre for Strategic and International Studies).