Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Alfred Nobel, Penemu Dinamit
15 Februari 2018 14:31 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
Tulisan dari Sudah Tahu Belum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Namanya abadi dalam penghargaan tertinggi dalam dunia intelektual, Nobel Prize. Penghargaan yang juga ditemukan olehnya. Pria kelahiran Swedia yang merupakan industrialis sekaligus ahli kimia ini memang menaruh minat yang besar terhadap dunia sains.
ADVERTISEMENT
Ayahnya, Immanuel Nobel, merupakan insinyur teknik yang menginspirasi Nobel. Immanuel membangun jembatan dan gedung-gedung di Stockholm. Ia memiliki ketertarikan dalam teknik peledakan bebatuan untuk industri. Minatnya ini menular kepada putera keempatnya, Alfred.
Pada tahun 1842, keluarga Nobel pindah ke St. Petersburg, Rusia. Di sana, Alfred dididik oleh sejumlah tutor privat dan minat belajarnya, khususnya di mata pelajaran kimia, semakin besar. Di usia ke-16, Alfred bisa dibilang sebagai ahli kimia yang kompeten, pun menguasai bahasa Inggris, Perancis, Jerman, dan Rusia.
Enam tahun kemudian, Alfred meninggalkan Rusia untuk memperdalam ilmu kimia di Paris selama satu tahun. Lalu menghabiskan empat tahun di Amerika Serikat di bawah bimbingan John Ericsson. Sekembalinya ke St. Petersburg, Nobel bekerja di pabrik milik ayahnya, yang memproduksi peralatan militer selama Perang Krimea. Setelah perang berakhir pada 1856, perusahaan ayahnya mengalami kesulitan beralih produksi ke mesin kapal uap, sehingga bangkrut pada 1859.
ADVERTISEMENT
Alfred dan keluarganya lalu kembali ke Swedia, sementara saudara-saudaranya Robert dan Ludvig tetap di Rusia untuk membangun kembali bisnis keluarga. Pada saat di Swedia itu lah, Alfred mulai melakukan berbagai eksperimen di sebuah laboratorium kecil di rumahnya. Pada saat itu, material eksplosif yang digunakan untuk industri pertambangan hanyalah bubuk mesiu. Ada material yang baru ditemukan dengan daya ledak yang lebih besar bernama nitrogliserin, namun sifatnya tidak stabil sehingga tidak bisa diperkirakan seberapa takaran amannya.
Meskipun begitu, pada 1862 Nobel membangun pabrik manufaktur nitrogliserin, dan di saat yang sama ia memulai riset untuk menemukan cara yang aman dalam mengontrol daya ledaknya.
Satu tahun kemudian, Alfred menemukan detonator terbuat dari steker kayu. Penemuannya ini mempopulerkan reputasi Alfred sebagai penemu dan miliuner pembuat bahan-bahan peledak. Pada tahun 1865, Nobel menemukan detonator yang diberi nama blasting cap; terbuat dari penutup kecil berbahan logam dengan material merkuri yang dapat diledakkan bahkan dengan suhu panas sedang.
ADVERTISEMENT
Yang masih menjadi kesulitan bagi Alfred adalah nitrogliserin yang sifatnya sangat berbahaya. Bahkan pada tahun 1864, pabrik milik Alfred meledak dan membunuh adiknya Emil dan beberapa pekerja.
Selepas terjadinya kecelakaan tragis tersebut, Alfred menambah beberapa pabrik lagi untuk memproduksi nitrogliserin dengan blasting cap-nya. Pabrik-pabrik ini terverifikasi aman meskipun beberapa ledakan tetap terjadi. Baru pada tahun 1867, Alfred menemukan material penting lainnya yaitu dinamit.
Secara tidak sengaja, Alfred menemukan bahwa nitrogliserin dapat diserap oleh kieselguhr, tanah silika berpori, dan campuran yang dihasilkan jauh lebih aman dan dapat dikontrol dibandingkan bila nitrogliserin tidak dicampur material lain. Campuran itu kemudian dinamai “dinamit”, berasal dari bahasa Yunani “dynamis” yang berarti “kekuatan” dan mendapatkan hak patennya di Inggris pada 1867 dan Amerika Serikat setahun setelahnya.
ADVERTISEMENT
Dinamit berhasil menggaungkan nama Alfred Nobel ke seluruh dunia dan tanpa menunggu waktu lama, dinamit digunakan untuk meledakkan terowongan, memotong saluran, serta membangun rel dan jalan raya.