Konten dari Pengguna

Keumalahayati, Laksamana Perempuan Pertama di Dunia

Sudah Tahu Belum
Setiap hari banyak tahu.
15 Agustus 2017 17:15 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sudah Tahu Belum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Laksamana Malahayati. (Foto: Wikimedia Commons.)
zoom-in-whitePerbesar
Laksamana Malahayati. (Foto: Wikimedia Commons.)
ADVERTISEMENT
Perempuan itu seakan menjadi momok perang menakutkan bagi para musuh; berteriak lantang dari atas kapal. Gelegar meriam saja kalah ganas dari teriakan lantangnya dalam memberi komando kepada pasukan perempuan di medan perang.
ADVERTISEMENT
Serambi Mekah melahirkan tokoh wanita tangguh bernama Keumalahayati di penghujung abad 15 masehi, tepat ketika Aceh mencapai puncak kejayaannya.Keumala berarti batu yang elok nan bercahaya, yang sepanjang hayatnya dikenal sebagai laksamana perempuan pertama di dunia yang berperang di laut, sekaligus laksamana muslimah pertama di dunia. Sebelum Kartini memperjuangkan kesetaraan gender, Keumalahayati telah memikirkan konsep emansipasi wanita.
Meski namanya tak setenar Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, atau Christina Martha Tiahahu dalam literatur sejarah Indonesia, namun namanya disejajarkan dengan Semiramis, Permaisuri Raja Babilonis dan Katherina II dari kekaisaran Rusia. Sepak terjangnya tak lagi diragukan di dunia internasional. Bahkan Elizabeth I dari Inggris pun gentar untuk berperang melawan Aceh, dan memilih langkah diplomatik.
ADVERTISEMENT
Ia hidup di masa Kerajaan Atjeh Darussalam yang dipimpin oleh Sultan Alaiddin Ali Riayat Syah IV yang memerintah antara tahun 1589-1604 M. Jika dilihat dari silsilah Keumalahayati, dapat dipastikan bahwa dirinya berasal dari darah biru, yang merupakan keluarga bangsawan Istana. Sebagaimana pepatah berkata buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Ayah dan kakeknya Malahayati pernah menjadi Laksamana Angkatan Laut, yang menyebabkan ia mendapat darah melaut yang dimiliki oleh ayah dan kakeknya sangat berpengaruh pada perkembangan pribadinya.
Oleh karena sang ayah dan kakeknya seorang Panglima angkatan Laut, maka jiwa bahari tersebut dapat diwarisi oleh Malahayati. Kendatipun dirinya yang seorang wanita, ia juga ingin menjadi seorang pelaut yang gagah berani seperti ayah dan kakeknya.
ADVERTISEMENT
Karier militernya bersinar ketika ia memimpin pasukan Inong Balee untuk menggempur tentara Belanda. Ia pun terlibat dalam pertarungan satu lawan satu di atas dek kapal dengan pemimpin perang saat itu, Jendral Cornelis de Houtman yang terkenal beringas. Di tangan Keumalahayati lah Cornelis de Houtman tewas, 11 September 1599.