Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Memperingati 69 Tahun Serangan Umum 1 Maret di Yogyakarta
1 Maret 2018 12:07 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
Tulisan dari Sudah Tahu Belum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
69 tahun lalu, kota Yogyakarta menjadi saksi bisu perlawanan TNI kepada Belanda. Agresi Militer Belanda II pada Desember 1948, membuat Belanda berhasil menduduki kota Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Belanda juga berusaha menduduki kabupaten sekitar Yogyakarta, dari Sleman hingga Gunung Kidul. Belanda pun melancarkan propaganda bahwa tentara Indonesia sudah tidak ada.
Hal tersebut membangkitkan semangat TNI. Mereka ingin membuka mata dunia bahwa TNI masih ada dan masih kuat untuk mematahkan moral dan memukul balik Belanda.
Sebulan pascaagresi, TNI mulai menyusun strategi sebelum Serangan Umum dimulai.
Tindakan sabotase mulai dilancarkan sejak Januari 1949. Memutus telepon, merusak jalan kereta api, hingga menyerang konvoi jepang. Hal ini dilakukan agar pasukan Belanda terpancing untuk terpencar dan membuat pos-pos di daerah kecil menjadi medan gerilya bagi TNI.
Pada 1 Maret 1949 pagi, para gerilyawan sudah mengepung kota Yogyakarta. 2.500 pasukan gerilya TNI di bawah pimpinan Letkol Soeharto langsung menyerang jantung kota Yogyakarta. Mayor Sardjono, Letkol Soehoed, Mayor Soekasno turut memimpin pasukannya, masing-masing dari arah selatan, barat, dan utara.
ADVERTISEMENT
Karena serangan mendadak dan kurangnya persiapan musuh dalam menghadapi serangan, TNI berhasil memukul mundur pasukan Belanda. Pos-pos militer ditinggalkan dan kendaraan militer juga berhasil didapatkan TNI. Yogyakarta pun kembali dikuasai Indonesia, hanya dalam waktu 6 jam.
Sontak, berita kemenangan ini langsung menyebar luas lewat pemancar radio secara estafet dan sampai pada PBB yang sedang bersidang di Washington D.C, Amerika Serikat.
Namun, kemenangan ini turut mengorbankan 300 prajurit yang tewas. Ditambah dengan 53 anggota polisi yang tewas serta warga Yogyakarta yang tidak dapat dihitung pasti jumlahnya.
Di pihak Belanda, menurut majalah Belanda De Wappen Broeder terbitan Maret 1949, tercatat 200 orang Belanda tewas dan puluhan lainnya luka-luka.
Serangan 1 Maret 1949 ini benar-benar berdampak besar bagi Indonesia. Serangan ini juga turut memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan di Dewan Keamanan PBB. Pada akhirnya, serangan ini pun menjadi awal berakhirnya ‘penjajahan’ Belanda di Tanah Air untuk selamanya.
ADVERTISEMENT
Beberapa bulan berikutnya, tepatnya 2 November 1949, dalam Konferensi Meja Bundar (KMB), Belanda mengakui RIS (Republik Indonesia Serikat) sebagai negara merdeka dan berdaulat.