Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Udin, Wartawan yang Dibunuh karena Menulis
29 Januari 2018 16:50 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
Tulisan dari Sudah Tahu Belum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Fuad Muhammad Syafruddin alias Udin adalah wartawan Bernas di era Orde Baru. Tulisan-tulisannya kerap kali berisi kritikan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah. Para petinggi di pemerintahan seringkali dibuat geram oleh pria yang sudah menjadi wartawan Bernas sejak tahun 1986 ini.
ADVERTISEMENT
Sore itu di Yogyakarta, 16 Agustus 1996, goresan penanya yang tajam berakhir. Udin tewas setelah dianiaya orang tak dikenal tiga hari sebelumnya. Penganiayaan terjadi di depan rumah kontrakannya pada Selasa malam, 13 Agustus 1996. Kepalanya dihantam sebatang besi. Ia dirawat di RS Bethesda dalam keadaan koma, menjalani operasi otak, tetapi cedera di kepalanya cukup parah. Nyawanya tak tertolong. Udin meninggal tiga hari kemudian.
Kasus Udin menjadi pembicaraan karena adanya upaya penghilangan barang bukti oleh Kanit Reserse Umum Polres Bantul, Edy Wuryanto. Edy menghilangan sampel darah dan buku catatan milik Udin yang diduga berisi data-data terkait kasus kejahatan yang akan ditulis oleh Udin. Setelah sempat dihalang-halangi oleh Mabes Polri, pengadilan memvonis Edy hukuman penjara satu tahun delapan bulan.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk kasus pembunuhan Udin, muncul beberapa upaya untuk merekayasa kasus. Tri Sumaryani diseret ke pusara kasus sebagai “selingkuhan” Udin, yang dibantah Tri karena ia mengaku hanya pernah berpacaran dengan Fauzan, adik kandung Udin. Berdasarkan keterangannya, semasa hidup Udin tidak pernah cekcok dengan adiknya.
Nama Dwi Sumaji juga disebut-sebut dalam kasus ini. Pria yang kerap dipanggil Iwik ini berprofesi sebagai sopir perusahaan iklan. Saat persidangan, ia mengaku disuap oleh polisi untuk mengaku sebagai pelaku pembunuhan Udin. Ia dipaksa meminum bir berbotol-botol untuk kemudian ditawari uang, pekerjaan, dan seorang pelacur. Iwik akhirnya divonis bebas karena tidak ada alat bukti.
Hingga hari ini, kasus pembunuhan Udin belum terungkap. Tercatat ada empat tulisan terakhirnya sebelum meninggal: “Kolonel Ikut Ramaikan Bursa Calon Bupati Bantul”, “Soal Pencalonan Bupati Bantul: banyak "Invisible Hand" pengaruhi Pencalonan”, “Di Desa Karangtengah, Imogiri, Bantul, Dana IDT Hanya Diberikan Separo”, dan “Isak Tangis Warnai Pengosongan Parangtritis”.
ADVERTISEMENT