Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Fenomena Buta EYD di Kalangan Mahasiswa
2 Desember 2024 13:59 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Alizah Fitri Sudira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu yang sejak zaman dahulu kala telah berfungsi sebagai lingua franca di nusantara. Bahasa Indonesia merupakan hasil perjalanan panjang sejarah bangsa dalam membangun identitas nasional. Sebagai bahasa resmi negara, Bahasa Indonesia lahir dari upaya untuk menyatukan beragam budaya, tradisi, dan bahasa di Nusantara yang kaya akan keanekaragaman. Bahasa bukan hanya digunakan untuk komunikasi sehari-hari, tetapi juga berperan penting untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, seni, dan kebudayaan, yang semuanya berkontribusi pada pembangunan bangsa.
ADVERTISEMENT
Salah satu aspek penting dalam penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah penerapan Ejaan yang Disempurnakan (EYD). EYD berfungsi sebagai panduan resmi dalam menulis dan berkomunikasi secara tertulis sehingga bahasa yang digunakan sesuai dengan aturan yang telah disepakati. Penerapan EYD sangat penting, terutama dalam konteks pendidikan dan dunia profesional, di mana komunikasi tertulis memegang peranan besar dalam menyampaikan informasi yang jelas dan efektif. Dengan mengikuti kaidah EYD, pesan yang ingin disampaikan menjadi lebih terstruktur dan mudah dipahami agar mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahpahaman.
Di era ini, muncul fenomena yang memprihatinkan, yaitu rendahnya kesadaran mahasiswa terhadap pentingnya penggunaan EYD pada bidang akademik maupun kehidupan sehari-hari. Banyak mahasiswa yang sering membuat kesalahan dalam menulis tugas akademik, laporan, atau unggahan di media sosial. Kesalahan ini tidak hanya terjadi karena kurangnya pemahaman tentang EYD, fenomena ini juga salah satu akibat dari sikap yang menganggap remeh aturan kebahasaan.
ADVERTISEMENT
Kesalahan dalam penggunaan huruf kapital, tanda baca, dan struktur kalimat sering kali terlihat dalam tugas akademik. Ironinya, banyak mahasiswa menganggap hal ini sepele tanpa menyadari dampak jangka panjangnya. Kesalahan seperti ini tidak hanya memengaruhi penilaian akademik, tetapi juga kredibilitas mereka di dunia profesional. Apatisme terhadap kaidah bahasa ini menunjukkan adanya krisis yang lebih besar, yaitu kurangnya rasa bangga dan tanggung jawab terhadap Bahasa Indonesia sebagai simbol persatuan bangsa Indonesia.
Perkembangan media sosial semakin memperparah fenomena ini. Mahasiswa yang terbiasa menggunakan singkatan, frasa informal, atau mencampuradukkan bahasa asing dalam unggahan mereka, perlahan kehilangan kepekaan terhadap pentingnya aturan baku dalam Bahasa Indonesia. Gaya berbahasa yang berkembang di media sosial sering kali terbawa ke ranah akademik dan profesional, menciptakan celah besar dalam kemampuan menulis dengan baik dan benar. Akibatnya, media sosial tidak hanya menjadi tempat berkembangnya komunikasi informal, tetapi juga memperburuk minimnya perhatian terhadap kualitas penggunaan Bahasa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ketika sikap ketidakpedulian terhadap EYD terus berlanjut maka konsekuensinya akan jauh lebih besar dari sekadar kesalahan teknis dalam penulisan. Ketidakmampuan generasi muda menggunakan bahasa dengan baik dan benar akan mengurangi daya saing bahasa ini di tengah derasnya pengaruh bahasa asing. Dalam jangka panjang, lemahnya penerapan EYD dapat mengikis kualitas komunikasi resmi, baik di dunia akademik, profesional, maupun sosial sehingga mengancam keberlanjutan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang bermartabat.