Strukturalisme Murni dalam Novel Secangkir Kopi dan Pencakar Langit

Sugeng Hariyadi
Saya adalah seorang Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Pamulang, yang senang dalam menulis
Konten dari Pengguna
23 Mei 2022 11:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sugeng Hariyadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Novel Secangkir Kopi dan Pencakar Langit karya Aqessa Aninda. Sumber gambar: koleksi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Novel Secangkir Kopi dan Pencakar Langit karya Aqessa Aninda. Sumber gambar: koleksi pribadi
ADVERTISEMENT
Novel yang akan saya bahas saat ini berjudul 'Secangkir Kopi dan Pencakar Langit' karya Aqessa Aninda. Novel ini diterbitkan pertama kali pada tahun 2016 oleh PT Elex Media Komputindo. Cetakan pertama dicetak pada bulan Juni 2016, sebulan kemudian pada bulan Juli 2016, buku ini mengeluarkan cetakannya yang kedua. Hal itu membuktikan bahwa novel ini cukup laris di pasaran di mana dalam jarak waktu satu bulan saja sudah cetak untuk yang kedua kalinya. Pada artikel kali ini saya akan menjelaskan tentang teori strukturalisme murni dalam karya sastra yang terdapat di dalam novel tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, saya akan menjelaskan sedikit pengertian tentang teori strukturalisme murni supaya para pembaca dapat memahami tentang teori tersebut dan apa saja yang dibahas dalam strukturalisme murni yang terdapat di dalam novel 'Secangkir Kopi dan Pencakar Langit. Strukturalisme murni adalah sebuah teori struktural yang terkandung dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra, di dalam unsur intrinsik tersebut terkandung diksi (pilihan kata), tema, rima, latar, plot, tokoh, judul dan sudut pandang.
Berikut ini bahasan teori strukturalisme murni dalam novel 'Secangkir Kopi dan Pencakar Langit':
1. Tema
Tema adalah sesuatu yang menjadi gagasan pokok di dalam sebuah karya sastra, dari temalah cerita di dalam karya satra mengalir mengikuti tema yang telah ditetapkan. Yang menjadi tema dalam novel 'Secangkir Kopi dan Pencakar Langit' adalah romansa percintaan yang berselimutkan persahabatan di antara tokohnya. Di awal cerita sudah dapat dipastikan bahwa novel yang satu ini bertemakan romansa walaupun belum begitu jelas dijelaskan, namun di dalam prolog ketika kita mulai memasuki halaman awal dari novel ini kita akan dapat menyimpulkan bahwa novel ini bertemakan romansa antara tokohnya.
ADVERTISEMENT
2. Diksi
Diksi merupakan pilihan kata yang digunakan dalam sebuah karya sastra. Dalam penentuan diksi ini kita dapat mengetahuinya dengan membaca kutipan yang ada di dalam novel. Di dalam novel ini menggunakan diksi yang sangat sederhana walaupun ada beberapa monolog tokoh di dalam cerita yang menggunakan bahasa Inggris namun hal itu tidak menjadikan novel ini terkesan kaku dalam penuturannya. Dialog yang dilakukan antara tokoh sangat baik sehingga kita dapat memahami dengan mudah setiap ujaran yang dituturkan oleh para tokoh.
3. Plot
Plot merupakan alur cerita yang digunakan pada sebuah karya sastra untuk menentukan bagaimana ceritanya itu akan dijelaskan. Plot atau alur memiliki tiga macam, yaitu alur maju, alur mundur dan alur campuran. Alur yang dipilih dalam cerita novel ini adalah alur campuran. Awal cerita menggunakan alur yang sudah berada di tengah, lalu beberapa halaman berikutnya alurnya berubah menjadi mundur, biasanya ditandai dengan mengenang masa lalu atau lain sebagainya, kemudian ketika si tokoh sudah selesai mengenang masa lalu, alurnya berubah menjadi alur maju.
ADVERTISEMENT
4. Latar
Latar merupakan gambaran yang terjadi di dalam cerita mengenai tempat, waktu dan suasana. Latar tempat dalam novel ini yaitu Kantor, Jakarta, Negara Jerman, dan masih banyak lagi. Latar waktu yaitu pagi, siang, sore dan malam, dan latar suasananya adalah senang, sedih, ramai, riang, mengejutkan dan lain sebagainya.
5. Tokoh
Tokoh adalah siapa saja pelaku yang ada di dalam cerita. Setiap tokoh memiliki karakter yang berbeda supaya terjadi harmonisasi di dalam cerita tersebut. Tokoh dalam novel ini antara lain: Athaya, Satrya, Ghilman, Caca, Alisha, Mas Haris, Radhi, Ganesh, Fajar, Divanda, Lasha dan masih banyak lagi.
6. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara si penulis menempatkan dirinya atau dari mana penulis melihat cerita yang telah dibuat olehnya dalam karya sastra. Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini merupakan sudut pandang orang ketiga di mana si penulis ini memposisikan dirinya sebagai seorang yang maha tahu.
ADVERTISEMENT
7. Judul
Judul adalah nama yang dipakai untuk menamai sebuah buku, bab atau lain sebagainya, seperti yang sudah saya jelaskan dipenjelasan sebelumnya novel ini menggunakan judul Secangkir Kopi dan Pencakar Langit.
Itulah unsur-unsur yang menjadi bahasan dalam teori strukuralisme murni di dalam novel tersebut. Jika dikaitkan dengan perkembangan novel masa kini, teori strukturalisme murni sudah jarang digunakan dalam meneliti sebuah karya sastra dikarenakan teori ini memiliki kelemahan, yaitu hanya berfokus pada unsur intrinsiknya saja dan melupakan unsur ekstrinsiknya seperti latar belakang pengarang dan bagaimana kehidupan sosialnya.
Oleh karenanya, teori strukturalisme murni digantikan oleh teori strukturalisme genetik sebagai pembaharuan dari teori sebelumnya. Akan tetapi, tidak ada salahnya untuk menggunakan teori strukturalisme murni sebagai sebuah acuan dalam meneliti karya sastra jika memang diperlukan dalam penelitian.
ADVERTISEMENT