Konten dari Pengguna

Hari Media (A)Sosial

Sugeng Winarno
Pegiat Literasi Media, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)
10 Juni 2021 15:31 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sugeng Winarno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Medsos dalam genggaman
zoom-in-whitePerbesar
Medsos dalam genggaman
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Oleh: SUGENG WINARNO*
Tanggal 10 Juni ini diperingati sebagai Hari Media Sosial (medsos) Indonesia. Begitu pentingnya media jenis ini hingga ada hari spesialnya. Sejak lahirnya medsos telah menjadi bagian penting dan mengubah lanskap kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Alih-alih sebagai media perekat kohesi sosial, tak jarang medsos justru menjadi media yang jauh dari sosial (asosial).
ADVERTISEMENT
Menurut data We Are Social, pada awal 2021 pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta jiwa, sementara jumlah penduduk 274,9 juta jiwa. Penetrasi internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 73,7 persen. Pengguna internet (netizen) Indonesia rata-rata menghabiskan waktu selama 8 jam 52 menit untuk berselancar di internet. Aktivitas yang paling digemari adalah bermain medsos. Saat ini ada sekitar 170 juta jiwa orang Indonesia aktif menggunakan medsos. Rata-rata dari mereka menghabiskan waktu 3 jam 14 menit di platform jejaring sosial.
Tak sedikit persoalan muncul yang dipicu oleh interaksi komunikasi lewat medsos. Sering terjadi seteru yang berawal dari konten medsos. Medsos tak hanya jadi ajang menyambung pertemanan dan silaturahmi, tetapi juga menjadi trigger munculnya konflik. Tak jarang orang yang suka mengumbar konten apa saja, termasuk narasi yang memprovokasi.
ADVERTISEMENT
Banyak dijumpai medsos yang berisi caci maki, fitnah, adu domba, dan perang opini. Kebenaran menjadi sulit dipilah, karena yang benar dan yang hoax muncul begitu meyakinkan. Medsos memasilitasi beredarnya informasi yang mengarah pada adu domba dan disintegrasi bangsa. Akun-akun pengubar rekayasa dan fitnah masih belum sirna di medsos.
Dunia menjadi super gaduh semenjak munculnya medsos. Keriuhan muncul lewat konten-konten viral yang belum tentu dapat dipercaya akurasinya. Pokoknya kalau ada konten yang sudah menyebar dan viral banyak yang mempercayainya sebagai kebenaran. Kebenaran banyak diukur dari viralitas, bukan akurasi lewat pengujian fakta dan realita serta logika.
Produksi dan distribusi berita bohong (hoax) masih terus bergulir di medsos. Kampanye menolak hoax telah disuarakan banyak pihak. Pemerintah, kalangan akademisi, praktisi, jurnalis, kelompok pemerhati, dan masyarakat peduli media juga telah turun tangan. Hasilnya ternyata belum optimal, hoax dan penebar informasi abal-abal ini masih terus bergentayangan. Ulah para pembohong daring ini memang sulit dijaring.
ADVERTISEMENT
Tak jarang bubungan sosial diantara orang yang berinteraksi melalui medsos tak lagi berjalan dalam prinsip-prinsip relasi sosial yang saling menguntungkan. Interaksi sosial justru dibangun dengan prasangka, saling curiga, hingga memecah belah. Hubungan sosial yang dimediasi oleh medsos justru menjadikan relasi yang jauh dari sosial (asosial). Relasi sosial yang dibangun medsos justru tak mendukung terjadinya ikatan sosial yang kuat, namun justru sebaliknya.
Degradasi hubungan sosial tumbuh subur lewat media yang idealnya menjadi kohesi sosial. Medsos telah menjadi sarana penyebaran berita hohong hingga timbul kegaduhan dan bikin runyam suasana. Sebenarnya medsos hanyalah sebuah alat. Penggunaannya sangat tergantung pada siapa yang memakai media ini (people behind the media). Untuk itu pengguna harus memahami media (media literate), pemerintah juga harus melakukan pengaturan dan penegakan hukum atas segala pelanggaran melalui medsos.
ADVERTISEMENT
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi memang sebuah keniscayaan. Kita tak bisa menolak lahirnya teknologi dalam kehidupan kita. Karena memang lewat teknologi terbukti bisa meringankan beban kerja manusia. Melalui perangkat teknologi pula, kehidupan antar manusia lebih bermakna. Hubungan sosial yang semula dipisahkan oleh jarak dan waktu, kini telah melebur.
Teknologi telah menghilangkan jarak geografis dan menjadikan dunia terhubung menjadi satu. Meminjam istilah Marshall Mc Luhan, dunia sekarang menjadi global, berwujud semacam desa yang terkoneksi satu dengan yang lain (global village). Medsos hadir menjadi salah satu medium perantara dalam mempersempit jarak dan waktu. Dari sisi ini medsos memang terbukti berjasa dalam meningkatkan hubungan sosial antar manusia.
Sebagai pembawa pesan, medsos akan mengusung narasi dari siapa saja. Bisa jadi mereka datang dari latar belakang budaya, ideologi, pendidikan, dan beragam perbedaan lain. Situasi inilah yang memungkinkan konten yang diusung medsos jadi sulit dikontrol dan dipercaya. Dampak buruk medsos merasuk menyatu dengan sisi baiknya. Ada yang berhasil memilah sisi baik dan membuang buruknya, namun tak jarang orang yang hanyut dalam arus negatif medsos.
ADVERTISEMENT
Medsos memang berwajah ganda. Di satu sisi media ini bisa meningkatkan hubungan sesama manusia, bisnis digital, dan beragam layanan jasa online. Namun pada wajahnya yang lain, lewat medsos juga sering memicu beragam persoalan.
Sejatinya kehidupan di dunia nyata dan maya adalah sama. Untuk itu kecakapan berkomunikasi di ranah digital harus dibarengi dengan kecakapan seperti di dunia nyata. Agar kemampuan bermedsos makin meningkat maka setidaknya perlu dibangun 4 pilar digital yang kokoh. 4 pilar digital itu adalah; digital ethics, digital safety, digital skill, dan digital culture.
Dengan kecakapan bermedsos niscaya hubungan sosial benar-benar dapat terbangun dengan baik. Membangun masyarakat yang makin cakap bermedsos menjadi pekerjaan rumah yang tak ringan. Tentu bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggungjawab semua pihak. Dengan semakin banyak masyarakat yang cakap bermedsos diharapkan penggunaan internet lebih terarah untuk kegiatan yang produktif dan edukatif. (*)
ADVERTISEMENT
*). Dosen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Muhammadiyah Malang.