Konten dari Pengguna

Resolusi Warsa Baru 2021

Sugeng Winarno
Pegiat Literasi Media, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)
31 Desember 2020 16:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sugeng Winarno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Sugeng Winarno*
Menutup tahun 2020 dan membuka lembaran tahun 2021, tak sedikit orang membuat resolusi. Sejumlah orang menuliskan beragam harapan dan janji-janji yang akan dilakukan di tahun (warsa) yang baru. Tentu berbagai pengharapan itu untuk hal-hal yang baik dan positif. Yang baik tahun lalu diteruskan, sementara yang buruk dibuang tak lagi diulang. Bagi kelompok ini, resolusi adalah sebuah pengharapan baru. Sebuah hope.
ADVERTISEMENT
Namun tak semua orang biasa membuat resolusi. Banyak yang hanya mengalir begitu saja. “urip melu mili banyu” (hidup mengikuti seperti aliran air). Seperti halnya air yang mengalir, ia melaju begitu saja. Aliran air itu akan berbelok ketika di depannya ada batu besar. Atau air harus terjun melewati tebing yang tinggi. Air terpaksa kadang harus menggenang karena memang salurannya mampet. Air itu mengalir mengikuti medan yang dialirinya.
Bagi penganut filosofi air ini, tak penting membuat resolusi. Tak perlu membuat daftar catatan panjang apa yang akan dilakukan pada warsa 2021 mendatang. Kelompok ini akan menjalani hidup di tahun 2021 biasa saja seperti tahun-tahun sebelumnya. Orang yang hidupnya mengalir tak mau repot dengan target-target yang dibuat, sementara untuk mencapai sejumlah target itu harus bersusah payah dan tersiksa. Belum lagi kalau berbagai target yang sudah diputuskan meleset, tak terealisasi. Pasti kecewa rasanya.
Lantas mana yang baik, membuat resolusi atau membiarkan mengalir apa adanya? Jawabnya tentu tergantung pada masing-masing orang. Setiap pribadi punya karakter dan sifat masing-masing. Setiap orang punya cara dalam menjalani hidup dan kehidupan. Orang yang membuat resolusi bisa berarti mereka menancapkan pengharapan. Namun, bukan berarti mereka yang tak membuat resolusi itu padam harapan. Ini hanya soal ekspresi saja dalam memasuki warsa yang baru.
ADVERTISEMENT
Banyak rencana gagal di tahun 2020 gegara pandemi membuat tak sedikit orang enggan menyusun resolusi. Kenyataan ini membuktikan bahwa manusia itu sejatinya hanya bisa berencana. Segala keputusan hanya milik yang kuasa. Tak ada satu pun orang yang ingin atau merencanakan dirinya dinyatakan positif terkena COVID-19. Namun kalau Tuhan berkehendak, apa pun bisa terjadi.
Menyambut warsa baru biasanya ada yang mengisinya dengan pengajian, bermuhasabah, dan berdoa. Namun tak sedikit pula yang melewati pergantian tahun dengan pesta, hura-hura, bersuka ria sambil menyalakan kembang api aneka warna. Beragam acara digelar di tempat-tempat keramaian, alun-alun, tempat rekreasi, tempat hiburan malam, ruang-ruang karaoke, dan cafe.
Kini beragam pesta pora yang biasa dilakukan sambut warsa baru tak boleh ada. Pemerintah pusat dan daerah melarang perayaan pergantian tahun. Banyak daerah memberlakukan jam malam. Pusat perbelanjaan dan pusat hiburan harus tutup lebih awal. Alun-alun ditutup total. Petugas berjaga-jaga agar tak muncul kerumunan. Razia penerapan 3M diberlakukan di mana-mana. Disiplin memakai masker, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan harus terus ditegakkan demi kesehatan dan keselamatan bersama.
ADVERTISEMENT
Semua yang bepergian harus tes rapid antigen/swab. Yang reaktif dan positif harus balik arah. Musti dikarantina. Mulut dan hidung juga harus selalu tertutup masker. Tangan juga harus selalu dicuci dengan antiseptik dan sesering mungkin tangan juga harus disemprot disinfektan setelah menyentuh sesuatu. Kursi tempat duduk berjejer harus diberi jeda dengan tanda lakban merah, kuning, atau hitam agak tak diduduki untuk memastikan jarak fisik terjaga. Warsa baru tak boleh dirayakan seperti tahun-tahun sebelumnya. Kini, semua harus di rumah saja.
Lantas, resolusi siapakah ini? Adakah yang tahun lalu membuat resolusi agar perayaan warsa baru ini dalam situasi yang tak biasa, sepi dan benar-benar beda? Tentu tak ada yang membuat resolusi menutup 2020 dengan situasi tak menyenangkan seperti saat ini. Pasti tak ada yang membuat resolusi agar ada wabah. Pandemi COVID-19 itu musibah, bukan atas resolusi manusia.
ADVERTISEMENT
Resolusi sejatinya adalah pengharapan baru yang lebih baik. Biasanya resolusi berupa daftar beragam rencana tentang sesuatu yang baik-baik saja. Tak ada orang membuat resolusi agar di tahun 2021 berharap terkena wabah, tertimpa bencana, atau bertemu duka. Resolusi itu, misalnya di tahun 2021 akan menikah, punya rumah, mobil, atau menjadi pribadi yang lebih baik, menjalani hidup yang lebih sehat, dan seterusnya.
Jelang tutup tahun, banyak resolusi beredar lewat media sosial (medsos) dan WhatsApp (WA). Berderet daftar pengharapan di warsa baru dibuat dan diviralkan banyak orang. Ada yang beresolusi dengan mengatakan selamat tinggal; kesedihan, kekecewaan, kesusahan, keburukan, kemalasan, kesakitan, kelemahan, kemarahan, kekalahan, dan kegagalan. Selanjutnya selamat datang; kegembiraan, kebahagiaan, kesenangan, kebaikan, kerajinan, kesehatan, kekuatan, kesabaran, kemenangan, dan kejayaan.
ADVERTISEMENT
Manusia memang hanya bisa berencana. Tuhan yang maha kuasa. Ini penting dipahami bagi orang yang membuat resolusi. Bahwa hidup ini tak semuanya selalu berjalan mulus dan baik-baik saja sesuai rencana. Hidup ini warna-warni. Ada suka, ada duka. Baik-buruknya Tuhan yang menentukannya.
Warsa baru 2021 memang harus dihadapi dengan sejumlah harapan baik. Semoga pandemi ini segera berlalu. Semoga dengan datangnya vaksin dan peningkatan disiplin masyarakat menjalankan protokol kesehatan menjadikan pagebluk COVID-19 segera berlalu. Entah perlu ditulis sebagai resolusi atau tidak, yang pasti semua orang pasti ingin kehidupan yang lebih baik di warsa 2021.
2020 menjadi tahun kesedihan dan duka karena pandemi. Semoga warsa 2021 menjadi tahun anti klimaks dari situasi buruk tahun lalu. Semoga sandungan batu besar berupa pandemi ini mampu diterjang aliran air yang mengalir mengikuti arus kehidupan yang sedang terjadi.
ADVERTISEMENT
Selamat Warsa Baru 2021. Semoga sehat selalu. (*).
*). Penulis adalah Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).