Touring MURid: Menyusuri Lereng Bromo, Melintasi Baliho Politik

Sugeng Winarno
Pegiat Literasi Media, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)
Konten dari Pengguna
9 Januari 2024 14:35 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sugeng Winarno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Oleh: Sugeng Winarno
Pose para MURid sebelum berangkat touring
Kami para MURid (Muhammadiyah University Riders) memutuskan touring pada Minggu 7 Januari 2024. Seperti biasa, setelah salah satu dari kami menawarkan rute, dibahas di WhatsApp Group (WAG), dan disepakati berangkat.
ADVERTISEMENT
Tak banyak yang ikut bergabung dalam perjalanan motoran kali ini.
Kami bertujuh; saya, Pak Mahfud, Pak Ari, Pak Bayu, Pak Adhyatman, Pak Zamzami, dan Pak Luqman.
Saya termasuk yang sangat bersemangat menyambut ajakan touring kali ini.
Sudah cukup lama saya tidak ikut touring. Pak Mahfud sering menyindir kami, ban sepeda motor akan berlumut kalau tak dipakai touring.
Kalau beberapa kali touring sebelumnya saya tunggangi Yamaha XSR 155, motor konsep modern retro itu, namun kali ini saya coba motor Yamaha versi lain.
Ya, motor XSR saya tukar dengan MT 15, sama-sama dari pabrikan Yamaha.
Posisi riding MT 15 bagi saya yang bertubuh tambun dan tak terlalu tinggi serasa lebih pas duduk di jok MT 15 ketimbang XSR.
ADVERTISEMENT
Jarak tangan ke stang kemudi lebih dekat MT 15 daripada XSR. MT 15 tak terlalu pegel di tangan. Badan tak tertumpu di lengan seperti di XSR. Posisi dada lebih membusung dan maju saat mengendarai MT 15.
Bagi saya posisi ini pas. Memang posisi riding seseorang berbeda-beda. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Cerita teman lama saya yang setiap hari menunggangi XSR yang dirasakan juga nyaman-nyaman saja. Ya, semua merk, style, CC,….. motor memang personal sifatnya. Sangat tergantung selera, postur tubuh, dan tujuan bermotor.
MURid memang club motor yang tak mengharuskan anggotanya bermotor seragam. Di MURid, motor apa saja boleh bergabung. Motor sport, retro klasik, manual, matic, bebek,….. Semua boleh bergabung ngegas bareng MURid.
ADVERTISEMENT
MURid hanyalah club motor santai yang tak flexing dengan aneka tipe, merk, dan CC motor. MURid hanyalah kelompok penggemar motor amatiran yang bermotornya hanya sesekali untuk penghilang kepenatan dari rutinitas kerja.
Touring MURid kali ini dikomandani Pak Ari, selaku Wakil Kepala Sekolah MURid, karena pak Zakariya, sebagai Kepala Sekolah MURid ada tugas kantor yang bersamaan waktunya.
Pak Ari mengumumkan bahwa touring akan diawali dari Pom Bensin Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Walaupun molor sekitar satu jam dari kesepakatan waktu pemberangkatan, akhirnya sekitar pukul 6 pagi kami bertujuh bersepakat berangkat.
Pak Ari menjelaskan teknis jalur perjalanan yang akan dilalui.
Kata pak Ari, "jalur yang akan ditempuh adalah jalur uji coba. Artinya, jalur ini belum pernah ada sebelumnya diantara kami yang pernah melintasi."
ADVERTISEMENT
Pak Adhyatman bertugas memantau rute lewat Google Map. Sambil di helm-nya tertempel kamera GoPro yang akan merekam gambar bergerak perjalanan kami.
Setelah kami berdo’a bersama, Pak Ari mengatur urutan motor dalam rangkaian perjalanan kami bertujuh.
Kata Pak Ari, "misi perjalanan kami kali ini adalah Lumbang Probolinggo."
Untuk menuju destinasi akhir itu, direncanakan jalur yang ditempuh melalui: Jabung-Nongkojajar-Bringin-Lumbang.
Karena ini adalah perjalanan uji jalur, dan belum ada yang berpengalami melintasi jalur dimaksud, ternyata dalam perjalanan terjadi sedikit pergeseran dari jalur semula.
Kami bertujuh menyusuri jalanan dengan pemandangan sawah, kebuh apel, tanaman sayur, dan teras siring areal pertanian yang indah.
Kami bertujuh hanya berpedoman pada Google Map. Setelah melintas daerah perkebunan apel di Nongkojajar, kami pun seperti kebingungan setiap bertemu persimpangan jalan.
ADVERTISEMENT
Wajah pak Adhyatman selaku pemandu jalur seperti sedang menebak-nebak jalur yang tepat.
Kamipun memacu motor dengan kecepatan rendah, karena memang jalannya naik turun.
Kami benar-benar menikmati pemandangan indah pagi itu yang berselimut kabut.
Tak hanya hamparan persawahan yang kami pandangi selama perjalanan. Sejumlah baliho dan spanduk politik aneka warna, nomor partai, dan wajah-wajah dengan foto editan berjejer di pinggir-pinggir jalan.
Ya, ini memang tahun politik. Upaya tebar pesona lewat aneka baliho politik itu terpasang tak hanya di sudut-sudut jalan kota, namun juga sampai ke pelosok kampung dan desa.
Aneka baliho dan spanduk politik itu ada wajah-wajah calon legislatif (caleg) dari sejumlah partai. Model dan visualnya masih serupa dengan baliho dan spanduk politik pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Yang bapak-bapak tampil dengan wajah tersenyum yang terlihat seperti dipaksakan. Banyak diantara foto-foto baliho itu para bapak berkopyah dan berkumis. Hampir semua posenya seragam.
Sementara foto caleg perempuan kebanyakan juga menggunakan gambar wajah dan kata-kata bujuk rayu yang indah. Aneka baliho dan spanduk yang bertebaran hampir semua isinya menjanjikan kehidupan yang lebih baik, kehidupan yang menyejahterahkan, dan aneka janji manis lainnya.
Sambil menikmati perjalanan jalur berliku, menikuk, turun dan naik, kami melintasi aneka baliho yang bertebaran itu.
Istirahat sambil menikmati kopi dan jajanan di lereng Bromo
Rombongan kami berhenti sejenak di pinggir jalan. Kami gelar tikar, bikin kopi, dan mengeluarkan makanan dan jajanan yang kami bawa dari rumah. Pak Bayu membawa tempe mendoan bikinan istri tercintanya. Komplit, mendoan dan sambel kecap. Padanan yang pas dinikmati saat hawa dingin berbalut kabut tebal di lereng Bromo.
ADVERTISEMENT
Ada yang membawa telur rebus, kurma, aneka roti, serta buah dukuh dan kelengkeng. Komplit pokoknya.
Sementara Pak Ari, sudah menyiapakan kompor gas kecil lengkap dengan kebutuhan untuk bikin kopi dan teh.
Top box di motor Bandit Pak Ari dan motor Vixion Pak Bayu penuh diisi logistik dalam perjalanan MURid kali ini.
Kopi panas buatan Pak Ari sudah tersaji. Kami tak langsung menyeruputnya. Sambil menunggu kopi agak dingin, kami nikmati aneka panganan yang tersedia sambil ngobrol sana-sini yang sering mengundang tawa kami bersama.
Di bawah pohon pinus, di tepi jalan lereng Bromo itu kami benar-benar menikmati suasana di luar keseharian kami.
Bikin segar dan fresh.
Berpose sebelum melanjutkan menyusuri jalanan lereng Bromo
(bersambung,…)
ADVERTISEMENT