Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengupas Buku Fahri Hamzah Negara, Pasar, dan Rakyat
3 Mei 2018 9:26 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Sugih Satrio Wibowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Globalisasi ekonomi : Wajah baru kolonialisme negara maju
Istilah globalisasi memang tidak hanya merujuk pada bidang ekonomi saja, pertukaran budaya, bahasa dan ilmu pengetahuan juga menjadi tipis sekali batasnya dalam era sekarang. Penekanan hanya globalisasi ekonomi saja dalam judul mengartikan dalam penerapannya tak ubahnya seperti proses perdagangan dengan cakupan yang lebih luas. Fahri Hamzah dalam bukunya menyebut hal ini hanya akan berujung pada basis pasar dan sumber bahan baku. Setebal apapun kosmetik globalisasi mencoba menutupi sejarahnya, wajah aslinya akan tetap muncul. Begitu analoginya. Kalimat ini seakan-akan ingin menegaskan betapa globalisasi hanya menguntungkan sebagian negara saja dan menjadikan negara lainnya tempat transaksi kebutuhan. Keuntungan penjualan dan roda ekonomi yang berputar dari pembelian membuat nalar kemandirian mulai pudar dan terjebak dalam jurang kenikmatan semu.
ADVERTISEMENT
Halaman selanjutnya dalam buku ini menjelaskan lebih dalam mengenai waktu-waktu silam, saat negara Eropa mengemban misi 3G (Gold, Gospel dan Glory) pada tanah yang tidak berpenghuni. Menarik kasus tersebut pada era sekarang, ketika setiap tanah sudah resmi dimiliki oleh suatu negara maka bagaimana caranya untuk tetap bisa menguasai Gold, Gospel dan Glory nya ? Analisis dalam buku ini, negara berkembang hanya mengandalkan sumber daya alam dan tenaga buruh murah untuk mendorong investasi masuk dalam negaranya dan menggenjot pertumbuhan ekonomi negara dalam skala Internasional. Itulah alasan mengapa istilah globalisasi menjadi penting untuk disebarluaskan, namun bagi yang jeli melihat, ini semua tak ubahnya seperti kolonialisme yang siap menciptakan negara miskin baru.
ADVERTISEMENT
Menjadi bagian dari dunia begitu penting dalam perputaran kehidupan antar negara, jika tidak maka bersiaplah mendapat serbuan investasi sumber daya manusia yang tidak hanya berkompetisi dalam ranah profesional tetapi juga dalam pekerjaan buruh kasar. Mereka lebih giat dalam bekerja dengan price rate yang tidak jauh berbeda dengan buruh lokal. Aspek preventif perlu dilakukan sebagai upaya menyelamatkan subjek yang seharusnya tidak perlu dibenturkan dengan globalisasi.
Dampak ketagihan bagi negara berkembang sebagai penikmat globalisasi ekonomi dijelaskan Fahri seperti injeksi cepat guna untuk meningkatkan produk domestik negara. Melepas ketergantungan harus melaui lompatan jauh sebuah ilmu pengetahuan untuk membangun indsustri negara sendiri. Menjaga ketersediaan sumber daya alam dan tenaga kerja yang murah hanya akan menimbulkan masalah baru dihari esok. Protes kenaikan upah dan pencemaran lingkungan yang terjadi hanya akan merelokasi roda industri bergulir pada negara berkembang selanjutnya.
ADVERTISEMENT
Selamat hari buruh. Selamat berkarya untuk bangsa !