Merenung Lebih Dalam dengan Menjadi Solo Traveller

Sugih Satrio Wibowo
Penikmat Perjalanan || Senang Berkarya || Programme Officer @aksiberbagi
Konten dari Pengguna
3 Desember 2018 5:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sugih Satrio Wibowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Waktu itu adalah hari terakhir gua di Bangkok.
Masih ingat betul, suasana pagi itu. Tak ada suara ayam jago, begitu sunyi pagi itu. Sinar matahari terang bersinar, tak jauh beda dengan Bogor.
ADVERTISEMENT
Menginap di hostel ala kadarnya, tak menyurutkan semangat gua untuk mengawali hari ke-11 di sini. Ini pengalaman pertama gua menginap di hostel, harganya cuma 50 ribuan. Gua lupa harga pastinya tapi masih di bawah 55 ribu kok.
Harga segitu enggak usah lah ya mengharap banyak, bisa tidur nyaman saja sudah enak, tetapi ternyata Subway Hostel menawarkan lebih dari ekspektasi gua. Satu kamar terdiri dari tujuh orang, tentu saja dengan ranjang bertingkat. Roomate gua dari Rusia dan Korea.
Ini foto kondisi di dalam hostel saat breakfast.
Ada yang menarik. Hal ini membuat gua benar-benar kaget.
Ternyata, kamar yang gua tempati tidak memisahkan kamar pria dan wanita. Artinya, betul sekali. Selain gua dan mas-mas Oppa Korea yang ganteng itu, lima orang Rusia lainnya adalah wanita.
ADVERTISEMENT
Saat gua pertama kali datang dan membuka pintu kamar, bukan main jantung ini berdetak. Kenceng banget pokoknya.
Dua orang di antara mereka baru selesai mandi dan sedang mengganti baju. Lalu, dengan santainya mereka menyapa gua. “Hi! Welcome we’re going share space with you,” kata salah satu dari mereka.
Gua pun langsung gugup, enggak tahu mau jawab apa. Bukan karena enggak terbiasa ngomong sama bule tapi karena dia menyapa gua cuma pakai daleman doang. Sumpah!
“Yaaa hi. It was my eleven day in Bangkok," jawab gua sambil sedikit gugup.
"Wanna going out tonight?” dengan basa-basi gua pun menimpali pertanyaan mereka
Bodoh, kenapa gua ngajakin jalan nanti malam? Duh, makin banyak dosa aja nih, haha... Tapi untungnya mereka enggak mau, sih.
ADVERTISEMENT
Bukan.. Bukan..
Bukan karena yang ngajakin cowok kurus kaya pentol korek macam gua, tetapi karena mereka punya rencana pergi ke Kamboja besok paginya. Jadi, malam ini mereka mau istirahat. Hostel ini udah kerja sama bareng travel agent gitu buat memfasilitasi para traveller yang mau ke Kamboja lewat darat by bus.
Ada yang menarik lagi loh.
Bukan. Bukann..
Bukan tentang lima cewek Rusia itu lagi, haha... Oh ya, lima cewek itu masih mahasiswa loh. Mereka habis internship di Vietnam, jurusan mereka tentang keperawatan *tolong rawat abang dek
**
Jadi, yang menarik itu si lelaki Korea.
Untung ada dia, yang karena keberadaannya membuat gua tertolong tidak menjadi lelaki satu-satunya di kamar tersebut.
ADVERTISEMENT
Hal menariknya itu, dia satu tipe sama gua masalah travelling.
Tipe pejalan yang gak pernah mikirin rute destinasi secara detail. Hal pertama yang dilakukan cuma booking tiket pesawat dan hostel. Setelah sampe di hostel baru deh mikir,
“mao kemana yah gue” ..
Ini beneran. Dia udah 2 minggu di Bangkok.
Pekerjaannya di Adelaide itu as horse driver certified.
Dia sengaja ngambil break time buat keliling Asia Tenggara. Sebelum ke Thailand, dia sudah menjelajah Kamboja dan akan ke Vietnam dari Bangkok.
“What’s your plan in Vietnam ?
Have you arrange your destinations like place of interest you want to visit ?” gua nyoba nanya aja.
ADVERTISEMENT
Dan ternyata sesuai dugaan, dia hanya menjawab,
Nope. Let it flow and let my soul take to right places”
Biasanya tipe traveller kaya gini emang lebih senang berinteraksi sama masyarakat lokal. Sesekali observasi aktivitas mereka dan juga close touch bareng traveller lain yang dia temui di jalan.
Soal destinasi apa yang akan dituju, yaaa liat aja nanti siapa yang bakal ngajak jalan hehe
Kalo gua nyoba berpikir lebih dalam, hal ini mirip seperti kehidupan.
Kadang kita ditawarkan banyak pilihan.
Saat memilih yang kita sukai, ternyata tidak diterima dan akhirnya menjalani apa yang ada di depan mata.
Apapun itu, selama kita menjalani dengan tanggung jawab and as best as we can gua rasa akan banyak penawaran yang akan datang ditengah jalan.
ADVERTISEMENT
Seperti gua yang menawarkan destinasi hang out malam itu ke Mas-mas Korea.
Bukan karena dia gak well prepared dan bukan berarti dia gak siap terjun ke medan peperangan karena bertindak tanpa rencana.
Tapi dia butuh waktu yang tepat.
Butuh ruang bersama dirinya terlebih dahulu. Merenungi segala hal yang sudah terjadi sebelum pergi dengan rencana pasti.
Seperti mungkin sebagian dari kita yang belum dikabulkan do’a nya oleh Allah SWT. Hal ini bukan karena kita belum well prepared atau bukan berarti kita belum siap menerima amanah itu.
Bukan.
Bisa jadi kita butuh merenung.
Bersujud lebih dalam atas apa yang sudah diterima. Sebelum beranjak ke hal lainnya yang sudah ditakdirkan oleh Nya.
ADVERTISEMENT