Konten dari Pengguna

Sejarah Perang Kemerdekaan RI Dicatat Dalam "Film The East"

17 Mei 2019 9:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sugiri Ahmad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
(Pusjarah TNI). Pusat Sejarah TNI telah mengambil langka besar dengan melakukan pembuatan film tentang sejarah perang mempertahankan kemerdekaan RI pada kurun waktu tahun 1946 – 1949, dengan judul Film The East.
ADVERTISEMENT
Hal ini ditandai oleh Kepala Pusat Sejarah TNI (Kapusjarah TNI) Brigjen TNI Prantara Santosa, S.Sos. M.Si. M.Tr.(Han) pada saat membuka Rapat Evaluasi pembuatan film The East di kantor Pusjarah TNI, Jalan Jenderal Gatot Subroto No 16, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (16/5/2019).
Sebagaimana dipahami bersama bahwa Pusjarah TNI telah melaksanakan supervisi dan pendampingan terkait dengan skenario dan aspek sejarah yang terjadi pada masa perang kemerdekaan, selama proses pembuatan Film The East di Indonesia. Pendampingan ini penting karena terkait dengan marwah dan kedaulatan bangsa Indonesia sebagai bangsa pejuang kemerdekaan, tegas Kapusjarah TNI.
Rapat Pembahasan Film The East menghadirkan nara sumber Ibu Shanty Harmain selaku co-produser dari Rumah Produksi Salto Film Indonesia, bertempat di Jalan Jenderal Gatot Subroto No 16, Kuningan, Jakarta SelatanKamis (16/Mei 2019).
Proses evaluasi dimulai dengan menyaksikan potongan potongan (clips) film yang diambil di lokasi lokasi syuting di Indonesia, diantaranya Yogyakarta, Semarang, Magelang, Pacitan dan Bandung. Selanjutnya dilakukan tanya jawab dan diskusi dengan nara sumber film The East, Ibu Shanty Harmain selaku co-produser dari Rumah Produksi Salto Film Indonesia. Lebih lanjut Shanty menyampaikan bahwa selain skenario telah sesuai dengan kejadian sejarah perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia, film The East merupakan film drama perang yang ditujukan untuk konsumsi masyarakat Belanda khususnya dan Eropa pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Film The East menyajikan gejolak psikologis tokoh Johan seorang perwira muda tentara Belanda yang dikirimkan ke daerah misi di Indonesia. Dalam menjalankan tugasnya, Johan mendapat bimbingan dari seorang tokoh perang yang bernama The Turk atau lebih dikenal dengan nama Westerling. Johan merasa bahwa mentoring dari The Turk terhadap dirinya semakin membuatnya sadar bahwa tugasnya berperang di Indonesia bertentangan dengan prinsip prinsip kemanusiaan, demikian Shanty Harmain menjelaskan sedikit tentang faktor kemanusiaan fim perang The East ini. Keputusan politik pemerintah Belanda untuk mengirimkan kembali pasukan ke Indonesia adalah keputusan yang keliru dan telah menyebabkan banyaknya korban kemanusiaan, pungkas Shanty Harmain.
Sebagai bangsa yang besar kita patut berterima kasih kepada TNI yang telah meluangkan waktunya untuk membuat Film sejarah in. Bunga Karno pernah berkata, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri.” Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak sekali sejarah, dari zaman pra-sejarah hingga zaman reformasi sekarang.
ADVERTISEMENT
Bukankah sejarah memiliki nilai yang sangat penting dan berharga di kehidupan masa depan, karena anak cucu kita nanti akan mengetahui bagaimana bangsa ini berdiri, bagaimana perjuangan untuk mempertahankan bangsa ini, dan bagaimana kehidupan masyarakatnya. Makanya TNI telah mengingatkan kita dengan sejarah bangsa Indonesia melalui Film The East. (Puspen TNI)