Tiga Tahapan Menuju Kebangkitan Islam

suhail eresmair
Student at Indonesia International Islamic University (UIII)
Konten dari Pengguna
1 November 2021 14:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari suhail eresmair tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto : Kegiatan Launching The Ghazali Project Sumber : Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto : Kegiatan Launching The Ghazali Project Sumber : Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jakarta, Indonesia.- Saat ini, umat Islam dihadapkan pada perang pemikiran yang menjadikan pola pikir, sadar ataupun tidak sadar, terkolonisasi oleh cara pandang barat. Kondisi ini seringkali membuat kebanyakan Muslim melewatkan cara pandang Islam (Islamic Worldview), sehingga tidak menyadari potensi diri dan pedoman hidup sangat penting yang ada di dalam Al-Quran. The Ghazali Project yang diinisiasi oleh Prof. Dr. Asad Zaman hadir sebagai ikhtiar untuk memberikan kesadaran bahwa konflik antara akal dan hati perlu direkonsiliasi melalui tiga tahapan karya Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, yaitu pembebasan dari kesalahan (al munqid minal dalal: deliverance from error), penolakan terhadap ilmu pengetahuan barat (tahafatal falasifa: incoherence of philosophers), dan kebangkitan ilmu pengetahuan Islam (ihya ulumidin: revival of the religious sciences).
ADVERTISEMENT
Hasil terjemahan sembilan sesi kelas seri kebangitan Islam, berbagai tulisan Prof. Dr. Asad Zaman, dan juga karya-karya Imam Al-Ghazali dalam bahasa Indonesia dapat diakses melalui website theghazaliproject.com. The Ghazali Project Indonesia kedepannya akan mengadakan berbagai agenda, termasuk program rutin untuk mengkaji karya-karya Imam Al-Ghazali dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan Islamic Worldview, demikian yang disampaikan oleh Dr. Lisa Listiana sebagai koordinator The Ghazali Project Indonesia ketika memberikan sambutan.
The Ghazali Project Chapter Indonesia diresmikan secara langsung oleh Prof. Dr. Asad Zaman dan dihadiri Ustadz Akmal Sjafril selaku Kepala Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Pusat sebagai narasumber. Acara yang disiarkan secara virtual melalui platform Zoom dan Youtube ini dihadiri oleh peserta dari dalam dan luar negeri. Kegiatan ini didukung oleh beberapa partner strategis, termasuk Visi Peradaban Foundation, IQRA’ Alfatih Institute, ThRU, Pusat Studi Kajian Kitab Klasik Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia, dan Visi Finansial.
ADVERTISEMENT
Dalam penyampaian materi, Prof. Dr Asad Zaman menyampaikan bahwa ilmu yang hakiki berasal dari cahaya Allah. Ilmu tersebut terkandung dalam Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia yang lengkap dan sempurna yang di masa lalu berhasil mengantarkan umat manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman kejayaan. Oleh karena itu, dalam mencari kebenaran ilmu pengetahuan dibutuhkan keterlibatan hati nurani, bukan hanya akal semata. Ilmu pengetahuan dalam Islam harus diawali dengan memurnikan hati yang kemudian dapat dicapai melalui kedekatan dengan Allah SWT.
Mengapa umat Islam tidak menyadari aspek-aspek dasar ini? Karena pendidikan barat yang diaplikasikan secara universal di negara-negara Islam saat ini mengajarkan pelajaran yang berlawanan. Dengan pendidikan ala barat, orientasi hidup ditujukan untuk mengejar kesenangan, keuntungan, kekuasaan. Segala jenis pengetahuan yang dapat memberi kita ketenaran, popularitas, uang, rasa hormat adalah berguna dan perlu untuk diraih. Kolonisasi pikiran yang dilakukan oleh barat kemudian menjadikan mayoritas Muslim lemah dalam pemikirannya. Mereka menjalankan agama Islam hanya sebagai ritual semata, bukan sebagai jalan hidup yang berharga. Oleh karena itu, cara untuk membebaskan pikiran dari kolonisasi barat adalah dengan memfokuskan diri kepada pertanyaan-pertanyaan sentral, termasuk siapa kita. siapa pencipta kita, apa tujuan hidup kita? “Revolusi pertama yang dapat dilakukan adalah dimulai dari diri kita sendiri, yaitu memulai untuk menjadi sebaik-baik ciptaan-Nya,” papar Prof. Asad Zaman sebagai inisiator The Ghazali Project.
Ustadz Akmal, selaku Kepala Sekolah SPI Pusat, menambahkan bahwa tafsir dari Al-Alaq ayat 1-5 menekankan ilmu pengetahuan sebagai pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Kunci dari kebahagiaan manusia adalah pengetahuan. Hal ini dijelaskan dalam salah satu karya Imam Al-Ghazali yang berjudul “Alchemy of Happiness” atau Kimia Kebahagiaan. Seorang manusia dapat belajar dan menguasai materi kimia, fisika, biologi, dan lainnya, namun tidak akan pernah bisa menjawab tujuan hidupnya selain dengan ilmu agama. Diawali dengan pengetahuan tentang diri sendiri yang kemudian akan mendorong diri untuk mengenal siapa penciptanya dan kepada siapa diri akan kembali. Pengetahuan ini yang akan menuntun kita menuju tiga jenis kebahagiaan yang hakiki, yaitu kebahagiaan ketika mendapat apa yang kita inginkan melalui jalan yang Allah ridhoi, kenikmatan dan ketenangan spiritual yang permanen, hingga kebahagiaan menatap wajah Allah di surga. Semoga kita termasuk dalam orang-orang yang akan merasakan tiga jenis kebahagiaan tersebut. Wallahu a’lam bishawab.
ADVERTISEMENT